Semua yang dibuat oleh Cakra dan Kimin adalah racun mematikan yang akan langsung menunjukkan kondisi keracunan setelah ditelan. Nurul dan Deska terkapar di lantai dengan gejala keracunan yang berbeda.Cakra bergegas berjongkok, lalu mulai memeriksa nadi dan kondisi tubuh Nurul. Di sisi lain, Kimin juga melakukan hal yang sama dan mulai memeriksa kondisi tubuh Deska. Ada belasan kamera di panggung yang meliput segala tindakan Cakra dan Kimin dengan sangat jelas.Setelah melakukan pemeriksaan dasar, Cakra segera mengeluarkan jarum perak untuk memblokir semua titik akupunktur dan meridian di tubuh Nurul serta mencegah penyebaran racun."Hanya 10 menit," gumam Cakra.Setelah melakukan pemeriksaan, Cakra sudah memiliki kesimpulan dalam hatinya. Dia harus membuat penawarnya dalam waktu 10 menit, lalu mengeluarkan racun dari tubuh Nurul. Jika tidak, nyawa Nurul akan terancam.Jika racunnya tidak dinetralkan dalam waktu 10 menit, sekalipun dia mengaku kalah dan Kimin memberikan penawarnya, tub
Namun, Kimin juga bukan orang biasa. Racun yang dibuat olehnya sangat mematikan dan menyebar dengan sangat cepat. Kecepatannya itu membuat Cakra tidak bisa menetralkannya dalam waktu singkat. Jika penyebaran racunnya lebih lambat dan memberikan Cakra sedikit waktu lagi, dia pasti bisa menemukan penawarnya.Waktu terus-menerus berlalu, saat ini hanya tersisa dua menit sebelum 10 menit berakhir. Racun di tubuh Deska hampir sepenuhnya telah dikeluarkan dan wajahnya sudah kembali memerah. Cakra melirik Kimin sekilas dan mendapati bahwa Kimin sudah membantu menetralkan racun Deska. Cakra pun tahu bahwa dia sudah kalah dalam kompetisi kali ini.Kemudian, dia bangkit dan berucap, "Aku mengaku kalah karena tidak bisa membuat penawarnya dalam waktu singkat. Cepat berikan penawarnya."Jika dia tidak mengaku kalah dan membiarkan racun menyebar, nyawa Nurul akan terancam. Sebuah tindakan kecil sontak memicu reaksi yang besar. Apakah Cakra mengaku kalah? Cakra yang sudah mempertahankan gelar sebaga
Di atas panggung, Kimin melihat Cakra dan mengatakan setiap katanya dengan jelas, "Pak Cakra, apa kamu meragukan perkataanku?"Cakra mengernyitkan alisnya dan wajahnya tampak serius. Dia sejak awal sudah tahu bahwa Kimin berasal dari Negara Gorli. Dia juga tahu bahwa dulunya penduduk Negara Someria hanya bermigrasi ke Negara Gorli. Dia sama sekali tidak menyangka Kimin berpartisipasi dalam konferensi ilmu pengobatan tradisional karena memiliki tujuan seperti ini. Dalam hal membuat racun, Cakra memang tidak sebanding dengan Kimin."Pak Cakra, bicaralah. Kamu sudah mempelajari sedikit ilmu pengobatan Gorli, lalu merasa bahwa itu adalah bentuk sesungguhnya dari ilmu pengobatan tradisional dan mendirikan Asosiasi Pengobatan Tradisional. Aku akan memberimu satu kesempatan untuk menantangku lagi. Kalau gagal, bubarkan Asosiasi Pengobatan Tradisional atau ganti namanya. Ini tidak keterlaluan, 'kan?"Kimin terus mengucapkan perkataan yang mendesak."Dokter Sakti Cakra, kenapa memangnya kalau m
"Jika kalian menantangku dalam hal keterampilan medis, aku akan menerimanya selama itu berhubungan dengan ilmu pengobatan Gorli. Jika aku kalah, aku akan segera mengaku kalah dan meminta maaf. Setelah itu, aku akan kembali ke Gorli dan tidak akan melangkah ke Someria seumur hidupku lagi."Kimin terlalu keterlaluan dan telah membuat emosi banyak orang, tetapi semua dokter itu tidak berani berbicara. Bagaimanapun juga, Kimin sudah menunjukkan kemampuan yang menakutkan yang bahkan bisa mengalahkan Dokter Sakti Cakra. Jika bertanding dengan Kimin, mereka tidak punya peluang untuk menang."Bagaimana? Apa kalian tidak berani? Apa sesulit itu untuk mengakui ilmu pengobatan tradisional berasal dari ilmu pengobatan Gorli? Ini adalah faktanya, kenapa kalian tidak mengakuinya? Kalau tidak berani bertanding, ambil keputusan dan bubarkan Asosiasi Pengobatan Tradisional," kata Kimin yang terus mendesak.Para bos dari berbagai perusahaan yang ada di bawah panggung menunjukkan ekspresi serius dan sed
Kimin sangat sombong. Dia bukan hanya ingin seratus dokter pengobatan tradisional yang hadir di konferensi medis kali ini menantangnya, dia bahkan juga menantang seluruh penonton di seluruh negeri dengan kekuatannya sendiri."Sombong sekali!""Tolong kalahkan si Tua Renta itu.""Kita tunggu seseorang yang hebat muncul untuk mempermalukan si Tua Renta ini secara langsung."….Di internet dipenuhi oleh makian."Aku akan menantangmu."Di bawah panggung, ada seorang pria tua yang berjalan naik. Dia merupakan seorang dokter di sebuah klinik Jalan Medis. Umurnya sekitar 70 tahun lebih, mulai belajar ilmu pengobatan tradisional sejak umur belasan tahun dan telah bekerja sebagai dokter selama 50 tahun. Dalam pemikirannya yang tertutup, ilmu pengobatan tradisional sudah diwariskan selama ribuan tahun dan sangat mendalam sehingga tidak boleh dihina oleh orang asing.Setelah naik ke atas panggung, keahlian yang dimilikinya adalah pijat titik akupresur. Dia bisa terkenal di Jalan Medis karena meng
"Tidak apa-apa, makanlah."Chandra tidak mengatakan apa pun lagi dan langsung menyantap makanannya dengan sendok. Tampilannya yang makan dengan sangat lahap saat ini sangat tidak sesuai dengan dandanannya. Saat melihatnya makan dengan lahap, Nova sontak teringat dengan suaminya. Gaya makan mereka benar-benar sama persis. Apa mungkin gaya makan prajurit dari Gurun Selatan itu seperti ini?Nova merasa curiga, tetap dia tidak bertanya dan ikut menyantap makanannya. Selesai makan, mereka kembali ke aula utama Jalan Medis. Keduanya hanya menghabiskan waktu selama satu jam untuk pergi makan dan kembali. Namun, saat mereka kembali, semua orang di ruang konferensi juga sudah balik. Mereka tidak selera makan sehingga hanya sekadar makan mi instan dan segera kembali.Beberapa orang yang berkuasa itu bahkan tidak makan dan terus berkumpul untuk berdiskusi selama satu jam. Akan tetapi, mereka juga tidak menemukan caranya setelah berdiskusi selama satu jam. Mereka tidak bisa berbuat apa pun saat me
"Aku?" Nova sedikit tertegun, lalu segera menggelengkan kepalanya."Aku … aku tidak bisa. Semua dokter ternama itu saja kalah, aku sama sekali tidak bisa keterampilan medis. Bagaimana aku bisa?" ucap Nova yang sama sekali tidak percaya diri.Meskipun dia tidak menyukai sikap sombong Kimin yang berasal dari Gorli itu, dia memang tidak memiliki kemampuan untuk membantu.Chandra pun berkata sambil tersenyum, "Aku bilang bisa, berarti kamu bisa. Tenang saja, ada aku di sini, aku akan membantumu."Begitu mendengar hal itu, Nova tiba-tiba tersadarkan. Dia adalah Naga Hitam! Dirumorkan, Naga Hitam memiliki kemampuan yang tidak tertandingi dan keterampilan medis yang luar biasa. Namun, tidak ada orang yang tahu seberapa hebat keterampilan medisnya itu."Oh, ya!" Nova pun bertanya, "Dirumorkan kalau keterampilan medismu sangat luar biasa. Kenapa bisa beredar rumor seperti ini?"Chandra sedikit tersenyum. Mengenai rumor keterampilan medisnya, itu harus dimulai dari beberapa tahun yang lalu. Saat
"Bagus," ucap Kimin.Kimin pun berkata dengan lantang, "Karena kamu tidak terima, kalau begitu aku akan mengalahkanmu secara terang-terangan. Aku ingin lihat apa yang bisa kalian katakan lagi. Apa yang ingin kamu tandingkan?"Chandra menjawab dengan acuh tak acuh, "Bertanding kemahiranmu."Sesuatu hal yang kecil memicu reaksi yang besar. Semua orang sudah melihat keterampilan medis Kimin, dia sangat hebat di dalam aspek mana pun. Sekarang, Chandra malah begitu sombong ingin bertanding dalam bidang yang dikuasai oleh Kimin. "Ilmu pengobatan Gorli itu apa? Omong kosong saja! Ilmu pengobatan tradisional yang sesungguhnya itu sangat luas dan mendalam, kami semua hanya menguasai sedikit saja. Karena kamu bilang ilmu pengobatan Gorli adalah aliran utama dari ilmu pengobatan tradisional, kamu pasti sudah menguasai aliran utama itu."Chandra berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Bertanding keahlianmu karena aku ingin membuatmu mengakui kekalahan dengan sepenuh hati agar kamu tahu apa itu ilmu
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara