"Chandra, jangan terlalu sombong. Kamu pikir kamu bisa hidup dengan tenang? Di luar sana ada ribuan orang yang mengharapkan kematianmu. Kamu nggak akan bisa lolos." Ekspresi Filbert terlihat muram."Kamu nggak perlu mengkhawatirkan masalah itu." Chandra menatap Filbert. "Aku hitung sampai 3. Jangan salahkan aku.""Satu ....""Dua ....""Ti ....""Baik, baik, aku akan mematuhi perintahmu." Filbert terpaksa mengalah.Chandra adalah Naga Hitam, Filbert tak bisa mengalahkannya. Jika ingin hidup, Filbert tak punya pilihan selain mematuhi perintah Chandra.Daripada mati, lebih baik Filbert mengikuti kemauan Chandra.Chandra tersenyum. Semua berjalan sesuai rencananya."Orang-orangmu sudah aku habisi. Mulai sekarang Pasukan Naga Hitam akan membantumu bertugas," kata Chandra.Filbert membelalak. Ternyata benar, Pasukan Naga Hitam menyelundup ke Rivera."Filbert, bisnis informasi rahasia yang kamu bangun masih belum cukup kuat. Kamu harus memperluas koneksimu. Aku ingin kamu memperluas jaringan
Rumah Sakit Militer, Unit Perawatan Intensif.Senny sedang mengelap tubuh Paul.Paul sudah sadarkan diri, hanya saja kondisinya masih lemah.Ketika Chandra dan Dahlia masuk ke ruang perawatan, Senny mengangkat kepalanya dan menyapa Chandra, "Kak Chandra."Chandra lega melihat Paul yang sudah sadar. Pemulihan Paul jauh lebih cepat daripada perkiraan."Kak Chandra ...." Paul berbaring di tempat tidur, suaranya terdengar lemah dan kecil. "Kak, maafkan aku. Maaf merepotkanmu.""Semua sudah lewat, yang penting kondisimu segera pulih. Cepat sembuh biar kita bisa berjuang bersama-sama lagi," kata Chandra sambil duduk di samping Paul."Em." Paul mengangguk lemas.Chandra memeriksa denyut nadi Paul untuk mengecek kondisinya. Setelah memastikan keadaan Paul, Chandra memberikan resep obat untuknya.Chandra mengobrol sebentar dengan Senny, lalu pergi menelepon Arya."Arya, aku lagi di rumah sakit militer. Bisa datang sebentar?" tanya Chandra.Arya sedang diawasi, makanya Chandra tidak langsung per
Paul adalah jenderal Gurun Selatan, dia tahu betapa menakutkannya 28 pesilat unggul yang ingin membunuh Chandra.Paul terharu setelah mengetahui bahwa Chandra datang untuk menyelamatkannya. Chandra tak menyerah, dia membawa Paul dan berusaha meloloskan diri dari para tentara bayaran yang ingin menghabisinya."Kak Chandra, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Paul.Chandra melambaikan tangan dan berkata, "Rawat dirimu dulu, kondisimu belum pulih. Kita bicarakan setelah kamu sudah bisa bangun.""Em." Paul menganggukkan kepala.Tak berapa lama Arya kembali sambil membawa sebuah kartu identitas. Arya memberikan kartu identitasnya kepada Chandra dan berkata, "Ini, sudah jadi."Chandra melihat nama yang tertera di kartu identitas."Dahlia Atmaja?" Chandra kebingungan.Arya menjelaskan, "Dia adalah saudara jauhmu yang terpisah 10 tahun lalu. Dia adalah adik sepupumu."Chandra mengangguk tersenyum, lalu memberikan kartu identitasnya kepada Dahlia.Dahlia terharu melihat nama yang tertera di kartu
Chandra sama sekali tidak mengkhawatirkan kompetisi konferensi medis kali ini.Mendapat gelar Dokter Sakti bukanlah hal yang sulit. Justru Chandra sedang memikirkan cara agar kemenangannya tidak terlalu mengejutkan dunia.Nova lebih tenang setelah mendengar ucapan Chandra. Sekarang Nova hanya bisa berharap kepada Chandra, hanya dia yang bisa menyelamatkan Keluarga Kurniawan.Jika Chandra tak bisa membantu, Keluarga Kurniawan akan benar-benar hancur, keluarga mereka akan dimusnahkan.Chandra, Nova, dan yang lainnya sedang makan malam."Tok, tok, tok." Terdengar suara ketukan pintu.Chandra bangkit berdiri dan bergegas membuka pintu. Begitu pintu terbuka, dia melihat Toni, Hardi, Jaka, dan yang lainnya sedang menunggu di depan."Kakek, ada apa?" Chandra kebingungan melihat dua puluhan orang yang berdiri di depan."Hah, kita bicarakan di dalam." Toni menghela napas."Kakek, silakan masuk." Chandra mempersilakan semua anggota Keluarga Kurniawan masuk.Sesaat melihat Keluarga Kurniawan, rau
Sudah dikasih uang, masih berani datang untuk memaki Nova. Jika bukan demi menjaga nama baik Nova, Chandra pasti sudah menghajar Leon, Linda, dan setiap orang yang memarahi Nova.Toni kembali menghela napas. "Setelah Keluarga Kurniawan diserang, semua kerabat langsung memutus hubungan kekeluargaan. Nggak ada yang mau membantu kami.""Semua ini gara-gara Nova, pembawa sial! Keluargaku sendiri sampai mengusirku, mereka nggak mau menerimaku lagi. Nova, kenapa kamu menghancurkan keluargamu sendiri?" Liana melampiaskan kekesalannya pada Nova.Liana memelototi Nova, tatapannya tampak mengerikan. Seandainya Toni tidak ada di tempat, mungkin Liana akan menampar Nova."Aduh ...." Toni menghela napas. "Hidup memang begini, kadang di atas, kadang di bawah. Semua orang datang di saat kita kaya, lalu menjauh di saat kita susah."Nova menarik pergelangan baju Chandra dan berbisik, "Sayang, gimana ini? Kita harus mencari tempat tinggal untuk Kakek.""Em, sebentar." Chandra mengangguk kecil.Kemudian
Sembari mengantar Keluarga Kurniawan pergi, Chandra memberikan nama dan alamat hotel kepada Toni."Chandra, bagaimana kalau kamu mengantar kami sampai ke hotel?" tanya salah seorang anggota Keluarga Kurniawan.Hari ini mereka sudah banyak menerima cemooh dan perlakuan yang buruk. Agen properti, hotel bintang 5, bahkan sampai penginapan-penginapan kecil tak ada yang mau menerima Keluarga Kurniawan.Keluarga Kurniawan benar-benar takut kalau sampai diusir lagi. Mereka tidak mau tidur di jalan."Nggak perlu, aku sudah urus semuanya. Nggak bakal ada masalah, kok." Chandra melambaikan tangan.Chandra tidak punya waktu untuk mengantar Keluarga Kurniawan. Sebenarnya Chandra sendiri juga malas membantu Keluarga Kurniawan. Kalau bukan karena Nova, Chandra tidak mungkin ikut campur."Sekarang keuangan kita lagi susah, untuk makan saja harus mikir-mikir. Jangan naik taksi, kita pakai angkutan umum saja." Toni berpesan kepada semua anggota Keluarga Kurniawan.Keluarga Kurniawan tampak enggan, teta
Plak! Tamparan Linda terdengar nyaring."Sialan, berani memukulku?" Kosim mengangkat kakinya dan menendang perut Linda.Linda langsung jatuh dan tersungkur di lantai. "Ah ....""Ada yang membuat keributan, terjadi pemukulan," Leon berteriak.Satpam yang berjaga langsung datang untuk melerai pertikaian mereka."Aku adalah Kosim Prasetyo, kalian berani menyentuhku?" Kosim memelototi beberapa satpam yang datang melerai.Mana satpam-satpam ini tahu siapa Keluarga Prasetyo? Namun mereka tidak berani bertindak sembarangan, mereka ketakutan melihat ekspresi Kosim yang mengerikan."Tuan Toni, mari saya antar ke kamar," kata resepsionis yang melayani mereka.Kosim tertegun melihatnya, hotel ini benar-benar menerima Keluarga Kurniawan?"Eh, di mana manajer kalian? Mereka anggota Keluarga Kurniawan, kalian nggak dengar perintah Keluarga Kosasih dan Keluarga Winata? Semua hotel di Rivera nggak boleh menerima Keluarga Kurniawan. Siapa pun yang berani membantu Keluarga Kurniawan, berarti menantang K
Satpam mengusir semua anggota Keluarga Kurniawan."Kakek, aku sudah bilang, Chandra nggak bisa diandalkan. Sudah diatur? Apa yang diatur? Dia pasti sengaja mau mempermalukan kita.""Pantas saja tadi dia bilang keluarga nggak bisa andalkan. Ternyata ini maksud ucapannya, dia nggak mau bantu kita."Semua orang memaki-maki Chandra.Di saat bersamaan, Kosim keluar dari hotel. Walaupun dia pernah berpacaran dengan Linda, Kosim harus memanfaatkan peluang untuk mencari simpatinya Keluarga Kosasih.Awalnya Kosim tidak mau menyerang Keluarga Kurniawan, tetapi Keluarga Kosasih terlalu kuat untuk dilawan. Daripada membahayakan keluarga sendiri, lebih baik Kosim membantu Keluarga Prosetyo untuk mendekati Keluarga Kosasih dan Keluarga Winata.Kosim harus menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin, keberuntungan tidak datang dua kali."Nggak nyangka Keluarga Kurniawan yang terhormat bakal jadi gini. Tua bangka, aku sudah muak melihatmu. Sudah nggak punya uang masih mau berlagak. Lihat karma yang kamu
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd