Paul langsung mendirikan tubuhnya ketika melihat Chandra berjalan masuk. Dengan panik dia menjelaskan, “Kak Chandra,ini nggak seperti yang dilihat. Aku nggak kenal dia sama sekali. Aku hanya menabraknya di jalan dan dia langsung merepotkan aku dengan memintaku mengurus dia dan menghidupi dia selama tiga bulan.”“Oh?”Chandra menatap perempuan yang duduk di kursi itu. Perempuan berusia sekitar 20 tahunan dengan rambut berwarna merah dan bedak tebal, serta pakaian terbuka. Dia tidak berencana ikut campur dengan urusan Paul sehingga Chandra hanya tertawa dan melemparkan dokumen pada lelaki itu.“Kak, ini apa?”“Kamu lihat sendiri saja.”Paul langsung membuka dokumen tersebut.Perempuan yang duduk di kursi tadi melihat cap yang ada di dokumen tersebut. Dia yang juga pernah melihat dokumen sejenis tahu kalau dokumen tersebut merupakan sebuah data rahasia. Mendadak dia merasa antusias, ternyata di klinik kecil ini dia bisa melihat dokumen rahasia.“Ini apa?” tanya Senny dengan penasaran. Se
Paul benar-benar kenal dengan Arya! Bahkan mereka terlihat sedang bercanda.“Balik,” kata Arya pada Abdul.“Eh, tunggu sebentar,” ujar Chandra dengan cepat.Dia membuka pintu mobil dan tertawa sambil berkata, “Numpang dong, antar aku pulang ke rumah.”“Paul, selama aku nggak ada, kamu tahan sedikit dan jangan terlalu lupa diri,” kata Chandra pada Paul.Paul terlihat tersenyum masam. Kemarin malam dia memang terlalu lupa diri sehingga bisa mabuk dan tidak tahu sudah bersama dengan berapa banyak orang. Bayangan kemarin malam membuatnya kembali memanas.Hingga mobil Arya sudah menghilang dari pandangannya, Paul baru tersadar dan menarik napas dalam-dalam sambil bergumam, “Nggak boleh kayak kemarin lagi.”Dia membalik tubuhnya dan langsung terlonjak kaget. Senny yang ada di belakang tubuhnya membuat dia luar biasa terkejut sehingga berseru marah, “Mau mati ya?! Kenapa langkah kaki kamu nggak ada suaranya?”Senny menggigit jarinya dan menatap Paul sambil bertanya, “Kak Paul, sebenarnya kamu
Chandra pulang ke rumah Nova, tapi tidak ada satu orang pun di sana. Semuanya berangkat ke Imperial Residences untuk melihat vila. Sedangkan Chandra lupa membawa kunci ketika dia berangkat tadi karena buru-buru.Dia ingin menghubungi Nova, tetapi setelah dipikirkan kembali dia mengurungkan niatnya. Chandra duduk di bagian ujung tangga depan pintu sambil menghisap rokok. Dia mengeluarkan ponselnya dan bermain permainan di ponselnya untuk menghabiskan waktu.Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan siang hari. Keluarganya masih belum ada yang kembali, hanya Nova yang baru tiba. Dia melihat Chandra yang duduk di tangga dan menghampirinya dengan kening berkerut sambil bertanya, “Kenapa kamu duduk di sini?”Chandra bergegas berdiri ketika mendengar suara Nova dan sambil tertawa berkata, “Tadi waktu keluar aku nggak bawa kunci, di rumah nggak ada orang jadi aku tunggu di sini.”Nova meliriknya sekilas dan tidak banyak berbicara lagi. Perempuan itu berbalik dan berjalan menuju pintu masuk. Dia me
Meski di bibirnya dia berkata seperti itu, dalam hatinya masih ada rasa kecewa. Siapa pun itu pasti lebih menyukai lelaki yang berhasil. Tidak ada yang suka dengan lelaki yang sibuk memasak di rumah dan tidak ada niat untuk maju.“Aku mau ke Wasa Group.”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Nova berbalik pergi. Ekspresi perempuan itu tidak luput dari pandangan Chandra. Dia tidak pernah melihat sorot kecewa di diri Nova sebelumnya. Sepertinya setelah bertemu dengan tuan muda misterius itu, pandangan Nova pada dirinya sudah berubah tanpa disadari oleh perempuan itu.Sedangkan para keluarganya yang lain terlihat sangat girang ketika mendengar mereka bisa menempati vila mewah itu. Mereka mulai berkumpul dan mendiskusikan hari yang baik untuk pindah dan melupakan sosok Chandra.Chandra sendiri juga tidak peduli. Dia duduk di balkon dan sibuk menghisap rokok sambil memikirkan hidupnya. Baru saja Nova pergi, Toni sudah datang ke rumah mereka. Keluarga Kurniawan memanfaatkan semua relasi merek
Yani terlihat luar biasa girang setelah berjanjian dengan Christian. Sedangkan Chandra memutuskan untuk keluar. Tidak ada orang yang memperhatikan lelaki itu saat keluar tadi karena keluarga Kurniawan tidak ada yang peduli padanya.“Keluarga Winata …” gumam Chandra. Dia tahu keluarga Winata yang terbilang hebat dan memiliki kemampuan besar, tetapi mereka tidak pernah memberitakan atau memamerkannya pada publik.Keluarga Winata merupakan salah satu perwakilan dari Fiveprov Group. Kota New Era di Rivera merupakan hasil pembangunan dari Fiveprov Group. Awalnya Fiveprov Group berencana membentuk Kota New Era menjadi sebuah pusat bisnis yang paling besar di seluruh dunia, dengan begitu nama Fiveprov Group akan menjadi semakin terkenal.Namun siapa yang menyangka ternyata Chandra juga tertarik dengan proyek itu. Dia menggunakan kekuasaannya untuk menekan harga dan mendapatkan harga paling rendah untuk mendapatkan kota New Era. Lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ichsan. Ponsel
Lelaki itu juga menghadiri acara ulang tahun Toni, tetapi Chandra tidak hadir dan dia juga tidak tahu kalau yang ada di depannya ini adalah menantu keluarga Kurniawan. Tetapi mendengar cara bicara lelaki itu, Doddy yakin kalau orang ini adalah Naga Hitam.“Baik.”Doddy mengangguk dan mengikuti langkah Chandra.Christian menarik ayahnya dan berkata, “Pa, Papa ngapain? Dia bukan Naga Hitam, tapi menantunya keluarga Kurniawan yang bernama Chandra.”“Hmmm? Menantu? Keluarga Kurniawan?”Kening Doddy berkerut seakan teringat akan sesuatu. Wajahnya seketika berubah dan berseru, “Cepat pergi! Dia beneran Naga Hitam!”Kejadian ketika ulang tahun Toni membuat Doddy selalu merasa ada yang aneh. Atasannya mengizinkan Toni mengadakan ulang tahun di vila Imperial Residences, tetapi kenapa hingga akhirnya terjadi hal seperti itu?Kenapa Mawar juga ikut hadir dan kenapa Arya datang menangkap orang? Ternyata semua ini adalah perintah Naga Hitam.Dengan cepat Doddy berlari mengikuti langkah Chandra. Sed
Chandra sudah menyelesaikan masalah Christian dan kembali pulang ke rumah Nova. Lelaki itu diam di dalam rumah sepanjang sore tanpa ada pergi ke mana pun.Sedangkan Yani dan yang lainnya sedang menyetor uang tunai di bank. Nova juga pergi ke Wasa Group. Dia yang baru saja menerima perusahaan itu tampak sibuk karena banyak urusan. Perempuan itu masih belum pulang ketika jarum jam menunjukan pukul enam.Yani yang sudah janjian dengan Christian merasa khawatir ketika Nova masih tidak pulang. Dia menghubungi perempuan itu dan memintanya untuk segera pulang. Nova pikir ada masalah besar yang terjadi sehingga dia bergegas kembali.“Nova, cepat ganti baju kamu dengan baju yang bagus. Aksesori perhiasan kalau bisa dipakai juga.”“Ma, mau ngapain?” tanya Nova dengan bingung.“Mama sudah mengajak Christian makan malam bersama. Cepat! Jangan lelet! Christian sangat sibuk, kamu nggak boleh buang waktu dia yang padat itu.”Wajah Nova menggelap dan berkata, “Aku nggak mau pergi, kalau mau biar Mama
Baru saja Nova duduk, Harion masuk ke dalam dengan senyuman lebar dan menyambutnya, “Bu Nova, kamu sudah datang?” Setelah itu dia menjentikkan jarinya.Beberapa pelayan yang sangat cantik berjalan masuk dengan membawa beberapa hadiah. Ada baju, kalung dan juga tas.“Bu Nova, barang-barang ini sudah lama sekali aku cari,” kata lelaki itu yang membuat kening Nova berkerut. Kenapa setiap kali dia datang Harion selalu bersikap ramah dengan dirinya? Padahal dia sudah menolaknya berulang kali.“Pak Harion, jangan begitu,” kata Yani yang bangkit berdiri sambil menerima hadiah tersebut.“Ma, ngapain?! Nggak boleh diterima!” ujar Nova dengan cepat.Yani tertawa dan berkata, “Nggak boleh buat Pak Harion kecewa.”“Benar, ini hanya barang kecil dan nggak berharga,” kata Harion.“Biar saya mewakili Nova untuk menerimanya,” jawab YaniAkhir-akhir ini dia sering sekali menerima hadiah hingga tangannya pegal dan mulutnya terus tersenyum lebar. Harion bergegas pergi setelah selesai memberikan hadiah. S
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd
Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie
Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba
Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.
Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l