Share

Bab 1861

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 18:00:01
Dalam waktu tiga tahun yang singkat, Sandra berhasil menduduki posisi CEO. Chandra melihat jam dan menyadari bahwa waktu sudah hampir menunjukkan tengah hari.

"Aku selalu ingat, aku masih berutang satu kali makan padamu. Apa hari ini kamu punya waktu?" kata Chandra sambil tersenyum.

Dia merasa agak sungkan untuk datang menemui Sandra lagi. Setiap kali ada masalah, dia selalu meminta bantuan Sandra. Namun, situasi kali ini sangat luar biasa, menyangkut kelangsungan hidup umat manusia, jadi dia datang meski dengan perasaan tidak enak.

Sandra melirik jam dan tampak sedikit ragu, lalu berkata, "Sebenarnya ada rapat yang harus kuhadiri, tapi mengingat kau datang jauh-jauh ke Rivera hanya untuk mengajakku makan, kalau aku menolak, itu akan sangat tidak sopan."

Sambil berkata begitu, Sandra bangkit dari tempat duduknya dan dengan elegan membuat gerakan mempersilakan, "Ayo, kita pergi."

Chandra pun berdiri, dan mereka berdua meninggalkan kantor.

Di Rivera, di sebuah restoran mewah yang menyaji
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 1862

    Sandra memiliki paras yang cantik, kepribadian yang menawan, dan kemampuan yang luar biasa. Selama tiga tahun terakhir, banyak pria yang mengejarnya. Namun, dia menolak semuanya. Di dalam hatinya, sudah ada seseorang yang tinggal, bagaimana mungkin ada ruang untuk orang lain? Namun, dia tahu bahwa dirinya dan Chandra tidak akan pernah memiliki kesempatan bersama.Setelah itu, mereka mengobrol ringan tentang berbagai hal. Karena keputusan Chandra kali ini mendadak dan masih banyak hal yang harus dia tangani, mereka hanya makan sedikit sebelum Chandra berpamitan kepada Sandra.Sandra kembali ke kantornya untuk mengurus pengunduran dirinya, sekaligus bersiap-siap untuk pergi ke ibu kota dan kembali memimpin Kelompok Niaga Baru. Sementara itu, Chandra pergi menemui Arya dan memberitahukan rencananya."Saudaraku, aku membutuhkan seseorang untuk memimpin Gurun Selatan, dan orang itu harus memiliki reputasi yang sangat besar. Kamu adalah seorang panglima militer, jadi kamu sangat cocok untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Jenderal Naga   Bab 1863

    "Aku membutuhkan bantuan dari Kelompok Gunung Langit," kata Chandra dengan tegas.Tanpa berpikir panjang, Maniso menjawab, "Tidak masalah, aku akan mengirim putriku bersama beberapa murid Kelompok Gunung Langit untuk pergi ke Gurun Selatan dan membantumu menyelesaikan rencana sepuluh tahun ini."Maniso sangat mendukung Chandra.Chandra kemudian menatap Wanto dan melanjutkan, "Kelompok Gunung Langit juga tidak boleh berdiam diri. Dari apa yang aku pelajari, di masa depan, wilayah bumi akan meluas. Banyak daratan dan pegunungan baru akan muncul. Jika umat manusia ingin bertahan hidup, mereka harus menguasai cukup banyak wilayah. Kelompok Gunung Langit juga bisa menjadikan ini sebagai pijakan untuk membangun kota-kota. Mengenai hal-hal lain, lakukan saja, negara akan memberikan dukungan yang cukup."Wanto berdiri dan berkata, "Terima kasih atas informasi ini. Namun, aku masih memiliki beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu, Chandra.""Silakan," jawab Chandra.Wanto bertanya, "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Jenderal Naga   Bab 1864

    Demi mendapatkan bantuan dari Kelompok Gunung Langit, Chandra akhirnya memberikan Metode Semesta kepada Wanto dari Kelompok Gunung Langit. Namun, yang dia berikan hanya versi yang telah disederhanakan, karena Chandra masih belum sepenuhnya percaya pada Wanto, dan di dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran.Setelah menerima Metode Semesta, Wanto sangat bersemangat sampai tangannya bergetar. Bahkan Maniso pun penasaran tentang seperti apa teknik tersebut, meskipun dia tidak terlalu banyak bertanya, melainkan mengalihkan pembicaraan."Kak Chandra, kapan kamu akan berangkat ke Gurun Selatan?" tanya Maniso.Chandra menjawab, "Aku sudah siap, dan aku berencana segera berangkat ke Gurun Selatan. Setelah menyelesaikan masalah di Gurun Selatan, aku akan memberitahu para pesilat kuno di Someria mengenai segel yang sedang kita hadapi."Mendengar hal itu, Maniso menoleh kepada Maggie."Maggie," katanya."Ya, Ayah?" Maggie berdiri dengan penuh hormat."Aku ingin kamu memimpin sepuluh ribu murid Kelo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Jenderal Naga   Bab 1865

    Pada saat itu, pintu ruang rapat terbuka. Seorang pria muda masuk. Dia seketika menjadi pusat perhatian semua orang di ruangan itu. Pria itu adalah Chandra, yang baru saja kembali dari Kelompok Gunung Langit.Di perjalanan, Chandra sudah mengatur rapat ini. Sementara itu, Paul sudah kembali ke Gurun Selatan beberapa hari sebelumnya untuk menyelidiki situasi di sana. Kini, Paul sudah mengetahui kondisi orang-orang di Gurun Selatan dengan sangat baik.Di dalam militer Gurun Selatan, sudah lama ada masalah internal. Chandra sudah lama ingin membereskannya, tetapi dia belum sempat melakukannya. Sekarang, karena dia akan mendirikan negara, pembersihan ini menjadi keharusan.Begitu Chandra masuk, semua orang langsung berdiri. Chandra berjalan ke depan, duduk di kursi utama, dan dengan gerakan tangan kecil, dia memberi isyarat kepada semua orang untuk duduk kembali."Raja Naga," kata Paul setelah semua orang duduk. Dia berdiri dan berjalan mendekati Chandra sambil menyerahkan sebuah berkas. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Jenderal Naga   Bab 1866

    "Berita besar! Raja Naga Chandra muncul di Gurun Selatan. Lebih dari sepuluh jenderal telah ditangkap, termasuk seorang jenderal bintang satu."Berita tentang apa yang terjadi di Gurun Selatan dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, memicu gelombang besar perbincangan di masyarakat. Banyak orang membahas peristiwa ini. Namun, sebelum kegemparan ini mereda, Chandra pertama kali muncul di media sosial dan memposting sebuah pengumuman."Gurun Selatan, Kota Naga, mendeklarasikan kemerdekaannya."Pada saat yang sama, di pusat Kota Naga, Gurun Selatan, sebuah gedung setinggi delapan belas lantai, dipenuhi oleh para wartawan dari seluruh penjuru negeri. Suara Chandra menggema di seluruh ruangan, siaran langsung ini ditonton oleh orang-orang di seluruh Someria, bahkan di seluruh dunia. Pesan yang disampaikan Chandra melalui media sosial sudah menyebar, dan banyak orang sedang menonton siaran langsung tersebut."Apa yang terjadi?""Kenapa tiba-tiba Kota Naga mendeklarasikan kemerdekaannya dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Jenderal Naga   Bab 1867

    Saat Jamal muncul, Chandra menyapanya, “Paman.”“Hmm,” jawab Jamal sambil berkata, “Tadi malam, Gunung Bushu memancarkan cahaya terang yang menarik perhatian dari berbagai tempat. Menurut ayah, ini mungkin disebabkan oleh energi spiritual dari alam yang terlepas, menyebabkan mutasi pada tumbuhan dan lahirnya buah-buah spiritual. Tujuan kita kali ini adalah pergi ke Gunung Bushu dan mengusir Suku Mistik.”Chandra memandang Jamal dan bertanya, “Paman, bagaimana dengan kekuatanmu sekarang?”Chandra tahu bahwa Jamal sudah lama mencapai Alam Kesembilan, tetapi dia tidak tahu seberapa jauh Jamal dari mencapai Alam Mahasakti.Jamal tersenyum ringan dan berkata, “Masih ada jarak yang cukup jauh menuju Alam Mahasakti, tetapi untuk menghadapi Suku Mistik, kekuatanku cukup.”Mendengar hal itu, Chandra merasa senang dan berkata, “Bagus sekali, ayo naik ke pesawat.” Chandra mempersilakan Jamal naik ke pesawat pribadi mereka.Di dalam pesawat, keduanya membicarakan berbagai hal tentang seni bela dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Jenderal Naga   Bab 1868

    Jamal mengatakan bahwa lebih dari dua ribu tahun yang lalu, adalah puncak kejayaan seni bela diri kuno di Someria. Pada masa itu, segel di Gunung Bushu entah bagaimana melemah, dan Empat Hewan Pembawa Keberuntungan muncul dari tempat segel itu dan muncul di bumi. Informasi ini diperoleh Jamal dari makam Kaisar Pertama, yang ditinggalkan oleh sang Kaisar.Chandra juga mengetahui bahwa Kaisar Pertama membawa beberapa orang dan berhasil membuka sebagian dari segel itu dan memasuki tempat tersegel.Setelah setengah hari berlalu, pesawat yang ditumpangi Chandra dan Jamal tiba di dekat Gunung Bushu. Keduanya turun dari pesawat.Saat itu masih siang hari, tetapi dari kejauhan, cahaya berkilauan terpancar dari pegunungan, begitu terang dan memukau, seolah-olah ada dewa yang turun dari surga.Chandra terkejut melihat pemandangan tersebut.“Ini siang hari, tetapi bagaimana bisa ada cahaya ilahi yang begitu terang?”Jamal juga menatap pemandangan itu dengan penuh perhatian, dan senyuman kegembira

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Jenderal Naga   Bab 1869

    Chandra baru menyadari bahwa ketiga orang di hadapannya adalah leluhur dari Sekte Dantra. Ketiga Tetua Dantra itu sedang berkumpul, serius membicarakan rencana untuk menghadapi situasi yang genting. Di saat yang sama, dari kejauhan, tiba-tiba seseorang jatuh dari langit dengan keras, menghantam tanah hingga debu berterbangan.Orang itu segera bangkit, tetapi begitu berdiri, darah segar langsung muncrat dari mulutnya. Chandra segera mengenali sosok yang terjatuh itu — kakeknya, Robi. Ia bergegas mendekat dengan cemas.“Kakek baik-baik saja?” tanya Chandra khawatir.Robi menyeka darah di sudut bibirnya, dengan ekspresi berat ia berkata, “Suku Mistik benar-benar mengerikan. Begitu banyak dari kita menyerang Gunung Bushu, tapi tetap saja kita belum bisa mengusir mereka.”Tak lama kemudian, seseorang lagi terlempar dari atas gunung. Kali ini Titan, dengan luka parah dan tampak berantakan, rambutnya acak-acakan. Satu per satu ahli terbaik terhempas turun, semuanya dalam keadaan terluka.“Tem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1963

    Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar

  • Jenderal Naga   Bab 1962

    Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

DMCA.com Protection Status