Keberhasilan Akasa masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan memberikan kejutan tak terduga bagi Basita. Karena Basita sendiri membutuhkan waktu ratusan tahun untuk bisa masuk ke dalam Alam tingkat Sembilan. Namun, Akasa berhasil hanya dalam waktu beberapa tahun saja dengan bantuan dari darah Naga dan Naga Yu. Basita menatap Akasa dengan tenang lalu berkata, “Kenapa kamu tiba-tiba datang ke Rintoku padahal kamu sudah tenang di Negara Akasa-mu itu?”“Guru, kedatanganku ke sini karena aku ingin menantangmu,” jawab Akasa penuh ketenangan. Basita sama sekali tidak terkejut dengan jawaban Akasa. Bagaimanapun juga, dia memperhatikan Akasa tumbuh menjadi orang yang sangat ambisius. Muridnya ini sangat fokus dengan tujuannya, yaitu berdiri di puncak piramida dunia. Namun, sulit bagi Akasa untuk bisa melakukannya tanpa mengalahkan gurunya terlebih dahulu. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menantang Basita. “Bagus sekali! Kamu adalah orang yang sangat ambisius, jadi aku akan memberimu kesempat
Sebenarnya, Chandra sangat ingin menyaksikan pertarungan langka yang jarang terjadi itu. Selain itu, Chandra juga ingin bertanya kepada Basita dan Akasa, bagaimana mereka bisa masuk ke Alam tingkat Sembilan. “Kamu bisa pergi kalau kamu mau,” ujar Nova bijak.Nova tahu kalau Chandra sudah berlatih ilmu bela diri dengan sangat gigih selama beberapa tahun belakangan. Dia juga tahu kalau tujuan Chandra adalah untuk masuk ke dalam Alam tingkat Sembilan. Nova menyadari kekhawatiran Chandra, jadi dia pun berkata, “Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Lagi pula, aku bukanlah anak kecil. Walaupun aku sedang hamil, tapi kekuatanku tetap ada, kok. Prajurit biasa pasti tidak akan mungkin bisa mendekatiku. Terlebih lagi, ada Pedang Keji Sejati di sampingku yang pastinya bisa menangkis serangan orang-orang kuat.”Chandra langsung menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Lupakan saja, aku nggak akan pergi ke mana pun. Lagi pula, Kak Kadir sudah mengatakan kalau ada orang yang mengincarku. Pastinya a
Panggilan itu memang terdengar sedikit berantakan. Chandra memiliki panggilan yang berbeda bagi setiap orang yang memanggilnya. Mata Chandra terus tertuju ke arah Maggie. Gadis itu mengenakan gaun retro berwarna merah dengan rambut hitam panjang berkilau layaknya mutiara. Fitur wajahnya halus dengan kulit yang cerah. Dia juga terlihat sedang memegang sebilah pedang di tangannya.Tidak lama kemudian, orang-orang dari kelompok Gunung Langit datang menghampiri mereka lalu menyapa Chandra. Tiga tahun yang lalu, semua orang sudah mengetahui tentang Chandra yang mengasingkan diri dari dunia Seni Bela Diri Kuno, sekalipun dia tidak mengumumkannya sama sekali. Bagaimanapun juga, Chandra adalah sosok yang paling menonjol di generasi muda tiga tahun yang lalu. Jadi, wajar saja kalau segala informasi tentang Chandra akan menyebar dengan mudah di dunia Seni Bela Diri Kuno. Selain itu, ada juga Nova yang merupakan orang biasa. Namun, bisa berhasil menjadi seorang master bela diri hanya dalam wakt
“Membantuku?” ujar Akasa dengan ekspresi merendahkan. “Bagaimana bisa kamu membantuku? Apa yang akan kamu gunakan? Apa kamu pikir kalau kamu bisa membantuku hanya karena kamu memiliki Naga Yu dan darah Naga?” tanya Akasa. “Aku punya cara untuk membantumu. Aku akan membuat Negara Akasa menjadi negara terbesar dan penguasa dunia ini selama kamu mengikuti caraku. Tidak akan sulit menjajah negara lain dan menjadikan dunia ini sebagai satu negara,” jawab Sonia tenang seakan mereka sedang membicarakan masalah sepele. Akasa terlihat ragu setelah mendengar penjelasan Sonia dan Sonia pun menyadarinya. Beberapa tahun yang lalu, Kamar Dagang Era baru bisa tumbuh besar dengan bantuan Sonia. Kemudian Sonia menyerahkan Kamar Dagang Era Baru kepada pihak lain. Karena Sonia tahu kalau sudah terlalu banyak orang yang membantu Chandra dan dirinya pasti akan mengalami kekalahan jika dia terus bersaing. Namun, Sonia saat itu tidak pernah menduga kalau dirinya bisa tertipu oleh klan Darah. Sekarang, Ak
Robi mengangguk lalu berkata, “Sonia, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Bukankah cukup menyenangkan menjadi kepala keluarga Atmaja? Lalu kenapa kamu memisahkan diri dari kami dan membangun Istana Gugur Bunga?”Sonia langsung menundukkan kepalanya lalu berbisik, “Aku bosan dengan keluarga Atmaja. Aku ingin mencari hal lainnya untuk membunuh kebosananku, makanya aku membangun Istana Gugur Bunga. Aku tidak menyangka, ternyata aku semakin bosan setelah selesai membangunnya.”Kemudian Sonia mengangkat kepalanya lalu bertanya sambil menatap Robi, “Oh iya, apa Kakek pernah bertemu dengan Chandra selama beberapa tahun ini? Kakek mendirikan Dinasti Atmaja pasti dengan bantuan Chandra, kan?”Robi tampak sedih ketika mendengar nama Chandra. Dia sudah berusaha membujuk Chandra tiga tahun yang lalu. Namun, Chandra tetap bersikeras untuk tidak membantunya.“Kakek belum pernah bertemu dengan Chandra beberapa tahun belakangan,” jawab Robi.“Apa? Kakek benar-benar belum pernah bertemu dengannya? Bagai
Robi melihat Chandra dari kejauhan, lalu berjalan mendekat bersama para pengikutnya. Nova yang lebih dulu menyadari kedatangan Robi segera menatapnya dengan hormat dan meyapa, "Kakek." Sambil menarik lengan Chandra.Chandra yang tersadar menatap Robi dengan ekspresi datar, lalu berkata, “Selamat, akhirnya kamu menjadi penguasa sebuah negara.” Namun, nada bicaranya mengandung sedikit ketidakramahan.Dalam hati, Chandra sebenarnya tidak pernah mendukung ambisi sang kakek untuk mendirikan negara dan mengejar kekuasaan. Sejak dulu, orang-orang yang memilih jalan itu jarang berakhir dengan baik. Apalagi sekarang dunia dalam kedamaian. Chandra tidak ingin munculnya negara-negara baru itu hanya akan membuat kekacauan demi memperebutkan wilayah."Nova, selamat, ya," kata Robi dengan tersenyum saat melihat perut Nova yang besar. "Keluarga Atmaja sebentar lagi akan memiliki darah baru. Jika anakmu laki-laki, aku pasti akan membimbingnya menjadi calon kaisar Dinasti Atmaja di masa depan.""Terima
Chandra hanya bisa mengucapkan terima kasih mendengar ucapan selamat dari Raja Januar dan Jamal. Mereka berkumpul bersama.Raja Januar tiba-tiba bertanya, “Ngomong-ngomong, Chandra, kamu sudah pensiun, tapi kenapa sekarang muncul lagi? Kamu punya rencana apa ke depannya? Bagaimana kalau kamu bergabung dengan Negara Januar?” Raja Januar mengundang Chandra.“Negara Januar mungkin sekarang belum bisa dibandingkan dengan Someria, tapi aku memiliki umur yang tak terbatas. Nanti jika aku sudah mengembangkan negaraku selama puluhan bahkan ratusan tahun, Negara Januar pasti akan menjadi salah satu negara terkuat di dunia ini. Bahkan dalam waktu dekat, bisa jadi negara terkuat satu-satunya.”Raja Januar sendiri berasal dari keluarga kerajaan. Hanya saja, seribu tahun yang lalu, dia kalah dalam perebutan kekuasaan. Demi bangkit kembali, dia mengumpulkan para pejuang terkuat di dunia.Pada puncak kekuasaannya, Raja Januar menyadari keberadaan Basita. Dia merasa takut pada Basita, dan karena itu b
“Selain itu, ada juga yang disebut hasrat.”“Apa itu hasrat?”“Hasrat adalah menjadi yang terkuat di dunia, sebuah ambisi yang sangat kuat. Ketika hasrat itu mencapai puncaknya, ditambah dengan kekuatan Naga Yu, dia akhirnya berhasil menembus batas dan mencapai Alam Sembilan.”“Kakekmu, Robi, juga sama. Hasratnya sangat kuat dan dia juga sangat licik. Dengan bantuan Naga Yu, dia berhasil mencapai setengah tahap suci.”“Hasrat manusia itu sangat mengerikan.”Sambil berkata begitu, Raja Januar menatap Chandra dan tersenyum, “Kamu, yang tidak memiliki hasrat atau ambisi, tidak bisa menggunakan cara ini. Satu-satunya jalan untukmu adalah menggunakan kekuatan alam.”“Hm?” Chandra bertanya, “Apa itu kekuatan alam? Tolong jelaskan,” lanjut Chandra. Raja Januar menjelaskan, “Kekuatan Alam adalah kekuatan yang sangat luar biasa, kekuatan dari alam semesta itu sendiri. Kamu harus bebas dari keinginan, hatimu tenang, memahami alam, merasakan energi alam, menyerap kekuatan dari alam untuk menguba
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb
Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi
Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere
"Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu
Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers
"Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J
Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita