Chandra bergegas menangkap prajurit yang terpental. Ternyata orang itu adalah Wanto. “Senior Wanto, apa kamu baik-baik saja?” tanya Chandra setelah mereka sampai di tempat yang aman lalu Chandra menurunkan Wanto.Rambut Wanto sudah tergerai dengan luka di lengannya yang masih terus mengalirkan darah. Wajahnya juga tampak sangat pucat. “Binatang kurang ajar! Sulit sekali mengalahkannya!” kutuk Wanto kesal. Dia kembali memegang pedangnya dan hendak untuk kembali bergabung dalam pertempuran. Namun, Chandra menariknya dengan cepat. “Lebih baik, sembuhkan dulu lukamu itu,” ujar Chandra berusaha mencegah Wanto. “Oke, jawab Wanto yang baru menyadari kalau Naga itu sudah hampir mati. Oleh karena itu, dia harus menyembuhkan lukanya agar bisa memperebutkan harta karun yang ada di tubuh Naga. Energinya harus berada di puncak agar bisa mengalahkan orang-orang itu untuk mendapatkan keuntungan terbanyak.Duar!Petir dan kilat terus menyambar di langit sekitar medan pertempuran. Raja Guntur ber
“Robi, apa kamu menganggap dirimu sehebat itu?” ujar Raja Guntur setelah melihat Robi berusaha memonopoli Naga Yu. Dia adalah orang pertama yang berani membantah Robi. Dia pun berdiri lalu mengangkat tangannya dan bersiap untuk menyambar Robi dengan petir dan kilat yang dikendalikannya.Kemudian dia kembali berkata sambil menatap Robi, “Berani sekali kamu mengatakan Naga Yu sebagai milikmu? Naga Yu itu adalah milikku!”Beberapa anggota kelompok Adidaya langsung melangkah maju setelah mendengar perkataan Raja Guntur. Mereka menatap Robi dan ketiga laki-laki bertopeng dengan raut wajah penuh permusuhan. Mereka akan langsung mengambil tindakan setelah Raja Guntur memberikan perintah kepada mereka. “Hehe!” Robi terkekeh. Dia sama sekali tidak menganggap ancaman Raja Guntur sebagai hal yang serius. Mungkin dia sudah membunuh Raja Guntur dan yang lainnya kalau saja dia tidak membutuhkan kekuatan mereka untuk membunuh Naga.“Kenapa? Kamu tidak suka?” ujar Robi sambil mencibir. “Mati kamu!
Darah Naga tidak akan mengeras setelah disegel. Chandra memperhatikan bagian-bagian tubuh Naga setelah berhasil mengumpulkan Darah Naga yang dibutuhkannya. Sisik naga ini sangatlah kuat. Chandra bisa membuat pakaian yang tidak bisa ditembus oleh berbagai macam serangan dengan menggunakan sisik naga. Namun, orang-orang yang lain memilih untuk mengumpulkan bagian tubuh naga yang lain, seperti daging dan tulang naga. Tidak lama kemudian, tubuh Naga sudah terbagi-bagi. Nova menatap pemandangan ini dengan perasaan lega. Karena tidak ada pertarungan sengit yang terjadi di antara para prajurit setelah Naga berhasil dibunuh. Chandra menatap Bonar lalu menuliskan sesuatu di atas tanah, “Apa kamu mau ikut denganku ke Someria?”Bonar menggelengkan kepalanya lalu menulis di atas tanah, “Aku tidak akan pergi ke mana pun. Aku sudah terbiasa hidup seorang diri dan tidak suka keramaian.”Chandra kembali menulis, “Apa kamu yakin? Kemungkinan besar, tidak akan ada lagi orang yang datang ke sini. Apa k
Naga Yu milik Chandra masih belum berguna sampai saat ini. karena Chandra juga tidak tahu, kapan dia bisa masuk ke dalam Alam tingkat Sembilan, bisa jadi belasan, puluhan atau ratusan tahun lamanya. Sonia juga terlihat cukup senang setelah menerima Naga Yu dari Raja Januar. Dita tidak pernah menduga kalau dirinya juga akan mendapatkan Naga Yu ini. Lagi pula, kekuatannya juga tidak memenuhi syarat untuk memperebutkan Naga Yu. Namun, dia berhasil mendapatkan Naga Yu berdasarkan pembagian yang dilakukan oleh Raja Januar, sekalipun bagiannya jauh lebih kecil dibandingkan Chandra dan Nova. Bagi Sonia, Naga Yu ini cukup berguna baginya. Karena dia bisa masuk ke dalam Alam tingkat Delapan dengan bantuan Naga Yu. “Sayang, apa rencanamu selanjutnya setelah kita tiba di Rivera?” tanya Nova yang berada di dalam pelukan Chandra sambil menatap puas ke arah Sonia. Dia ingin menunjukkan kepada Sonia kalau Chandra adalah miliknya seorang. Sonia tidak akan bisa merebut Chandra darinya, tidak peduli
Nova sudah memberikan instruksi kepada keluarga Kurniawan. Oleh karena itu, Hendro datang ke pelabuhan dengan mengendarai mobil bak terbuka ketika kapal pesiar berlabuh di dermaga. Robi dan Chandra berdiri bersamaan ketika kapal pesiar berhasil berlabuh lalu Chandra pun bertanya, “Kek, kapan Kakek mau membawaku bertemu dengan ayahku? Selain itu, hatiku juga selalu bertanya-tanya, siapa sebenarnya ibuku?”Chandra belum pernah melihat ibunya seumur hidupnya. Keluarganya juga tidak pernah membahas tentang ibunya ketika Chandra sudah bisa mengerti berbagai macam hal. Ayahnya juga sudah menikah lagi dan memberikannya seorang ibu tiri yang bernama Hindi Sinaga. Namun, hal itu justru memberikan kerugian yang cukup besar kepada keluarga Atmaja. Robi hanya tersenyum kecil lalu berkata, “Kamu tinggal di Rivera dulu saja selama beberapa hari. Nanti, aku akan membawa ayahmu untuk menemuimu.”Kemudian Robi pergi begitu saja setelah melontarkan kata-katanya. Namun, Robi sama sekali tidak menyebutk
Seluruh keluarga Kurniawan menyantap daging Naga yang terasa sangat lezat bagi mereka. Mereka juga merasakan ada api berkobar di dalam tubuh mereka setelah mengonsumsi daging itu. Namun anehnya, daging tersebut tidak membuat tubuh mereka terbakar, melainkan membuat tubuh mereka terasa nyaman. Perasaan nyaman ini seolah membuat mereka seperti seorang malaikat. Rasanya sungguh luar biasa. Chandra dan Nova memutuskan untuk kembali ke kamar mereka setelah makan malam ini berakhir dengan cukup cepat. Di dalam kamar yang berada di lantai tiga. Nova keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuhnya. Di tubuhnya ada banyak bekas luka yang mulai mengering akibat dari cakar Naga. Dia berjalan mendekati Chandra sambil mengeringkan rambut indahnya. Dia menatap Chandra yang sedang termenung lalu bertanya dengan suara lembut, “Sayang, kenapa? Apa yang kamu pikirkan?”Chandra dengan cepat tersadar dari lamunannya lalu berkata, “Aku nggak memikirkan apa-apa, kok. Aku hanya bertanya-tanya
Udara saat ini adalah yang paling segar dan murni. “Tarik napas dalam-dalam.”Chandra mulai merenungkan metode Semesta yang terus melintas di benaknya. Dia menyadari banyak hal ketika langit gelap yang berganti terang. Akhirnya, dia memahami makna dari metode Semesta. “Ternyata begitu,” ujar Chandra dengan kegembiraan di wajahnya. Ternyata metode Semesta bukanlah sebuah ilmu biasa, melainkan sebuah pemahaman yang melebihi pengetahuan Chandra mengenai ilmu kultivasi mental. Kekuatan yang disebut sebagai metode Semesta adalah seperangkat teknik pernapasan. Udara yang dihirup pagi-pagi buta bisa juga disebut sebagai aura, aura langit dan bumi. Udara di pagi buta adalah udara yang paling bersih dan aura yang paling kuat. Akhirnya, Chandra mulai bernapas menggunakan metode Semesta. Hufh!Aura langit dan bumi mulai merasuk ke dalam tubuh Chandra seiring dengan udara segar yang dihirupnya. Seluruh pori-pori di dalam tubuhnya terbuka yang membuatnya merasa sangat nyaman. Selain itu, tulang
Basita mengangguk lalu berkata, “Bangunlah.”Akasa perlahan berdiri dengan perasaan cemas. Dia teringat bagaimana pertarungannya dengan Chandra saat itu di Gunung Rinto. Andai saja, dia tahu kalau Basita adalah gurunya, Akasa pastinya tidak akan berani melakukan hal ceroboh seperti itu di sana. Namun, Basita hanya terdiam tanpa bersuara apa pun yang berhasil membuat Akasa semakin panik lalu berkata, “Guru, tolong dengarkan aku. Raja Januar muncul ketika kami bertarung melawan Naga. Aku ... aku ....”Basita melambaikan tangan ringan seraya berkata, “Aku sudah tahu.”“Kalau begitu, kenapa Guru datang mencariku?” tanya Akasa sambil menatap Basita. Akasa sempat berpikir kalau kedatangan Basita adalah untuk menghukumnya. Namun, ternyata dugaannya itu salah. Sayangnya, Akasa juga tidak bisa menebak maksud dan tujuan Basita datang menemuinya saat ini. “Muridku, kemampuanmu saat ini sudah berada di Tangga Langit Kesembilan dan tinggal selangkah lagi untuk bisa masuk ke dalam Alam tingkat Se
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar
Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb
Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi
Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere
"Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu
Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers