Dia sudah berada di dalam laut ketika dia tersadar. Chandra pun bergegas keluar dari dalam laut.Duar!Tubuhnya Bagai air mancur yang keluar dari dalam air. Dia melayang lebih dari 50 meter di atas langit. Sampai tiba-tiba saja, dia merasakan angin hembusan telapak tangan yang sangat kuat itu. “Kurang ajar, kenapa cepat sekali!” kutuk Chandra di dalam hati. Saat ini, dia tidak lagi berani mengambil risiko. Jadi, dia langsung mengaktifkan kekuatan Ilmu Keabadian Vajra dan tiba-tiba saja hembusan telapak tangan itu menghantam Chandra. Lingkaran cahaya berwarna tembaga dalam sekejap langsung pecah dan membuat tubuhnya terpental. Dia terbang mundur dan seteguk darah tampak muncrat keluar dari mulutnya. Saat ini, tiba-tiba saja Akasa muncul. Dia tidak bisa mempercayai matanya ketika melihat orang itu berhasil menghancurkan Ilmu Keabadian Vajra yang dikerahkan oleh Chandra. Bahkan Chandra sampai memuntahkan darah dari mulutnya.“Bagaimana mungkin orang aneh itu bisa melakukan hal sedahsya
Chandra tidak berani untuk tetap berada di dalam laut lebih lama lagi. Namun, dia juga tidak berani untuk muncul di permukaan karena laki-laki berbulu lebat itu sangatlah kuat dan jauh lebih unggul darinya. Sekarang, Chandra sudah berada di Tangga Langit Kesembilan dengan kekuatan yang tidak mungkin bisa dia tingkatkan lagi. Dia juga menggunakan Ilmu Keabadian Vajra yang tidak mungkin untuk dihancurkan. Namun nyatanya, laki-laki berbulu lebat itu tetap saja berhasil menghancurkannya. Laki-laki berbulu itu sungguh luar biasa menakutkan. Sekarang, Chandra tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya. Sampai akhirnya, Chandra tidak lagi bisa menahan napasnya. Bagaimanapun juga, energi sejatinya sudah terkuras habis yang membuatnya tidak bisa bertahan lama di dalam air. Dia harus segera muncul di permukaan, jika tidak dia pasti akan mati. Akhirnya, Chandra memutuskan untuk muncul ke permukaan. Dia langsung menghela napas lega setelah melihat ke sekelilingnya dan tidak menemukan siapa pun
Dia pun melepaskan secarik kertas yang terikat di kaki burung itu. Kemudian dia mengambilnya dan membacanya perlahan. “Apa? Chandra sudah mati?” ujarnya dengan penuh keterkejutan. Dia mengetahui dengan baik, bagaimana kondisi kekuatan Chandra. Sekarang, pemuda itu sudah berada di Tangga Langit Kesembilan. Dia adalah satu-satunya orang yang paling mendekati Alam Tingkat Sembilan dalam seribu tahun terakhir. Namun sekarang, dia justru tewas secara tiba-tiba. “Shadow!” panggil Basita. Kemudian sesosok manusia yang mengenakan jubah hitam datang menghampirinya dengan sangat cepat. Sosok itu berlutut dengan penuh hormat di hadapan Basita. “Master, silakan berikan perintah,” ujar sosok itu sambil menempelkan dahinya di atas tanah. “Ada kabar yang mengatakan kalau Chandra sudah mati. Sekarang, kamu cari Akasa dan tanyakan kebenaran atas hal ini,” ujar Basita. “Baik,” balas laki-laki berjubah hitam sambil mengangguk lalu pergi dengan cepat. Berita tentang kematian Chandra berasal dari
Setelah menelepon Kadir, Nova duduk menunggu di rumah. Satu jam berlalu, tapi rasanya seperti sepuluh tahun yang penuh penyiksaan. Waktu seolah-olah berjalan dengan lambat, membuat Nova hampir tidak percaya dirinya bisa bertahan.Akhirnya, saat satu jam telah berlalu, Nova duduk di ayunan di halaman vila keluarga Kurniawan. Tiba-tiba, seseorang melompat masuk dari luar vila dan muncul di hadapannya. Nova terkejut, langsung berdiri, menatap sosok tak diundang itu.Ternyata itu Kadir. Melihat Nova yang ketakutan, Kadir segera berkata, “Nova, tenang. Ini aku, Kadir.”Mendengar itu, Nova merasa lega dan segera bertanya, “Oh, ternyata Pak Kadir! Tidak setua yang dikatakan Chandra, ya? Aku panggil Kak Kadir saja, ya? Kak Kadir, bagaimana keadaan Chandra sekarang?”Ekspresi Kadir berubah serius. Ia baru saja mendengar kabar tentang kematian Chandra dan bahkan telah menyelidikinya sendiri. Kadir mencari Titan, yang mengatakan bahwa Chandra telah mati, bahkan menjelaskan secara rinci bagaimana
Chandra kembali ke tepi pulau dan duduk di atas sebongkah batu besar, memandangi gelombang yang terus-menerus menghantam pantai di bawahnya. Pikirannya melayang pada sosok aneh dari Lethran. Ketika pertama kali bertemu dengannya, sosok itu masih tampak waras dan dapat diajak berkomunikasi. Namun, saat Chandra kembali ke gua untuk kedua kalinya, keadaan berubah. Pada awalnya sosok itu masih rasional, tetapi tiba-tiba saja dia seolah menjadi gila."Apakah mungkin dia terkontaminasi oleh darah naga seribu tahun yang lalu? Darah naga itu, seperti Darah Kura, mungkin bisa membuat seseorang kehilangan akal," Chandra merenung dalam pikirannya.Namun, teori ini tampak tidak masuk akal baginya. Klan Darah juga berasal dari darah naga, tetapi mereka tidak kehilangan akal. Jika bukan karena kehilangan akal, lalu mengapa orang-orang di pulau itu tiba-tiba menyerangnya? Apakah dia tanpa sadar menyentuh sesuatu yang menjadi pantangan bagi sosok itu? Chandra mencoba mencerna semuanya, tetapi tetap ti
Nova pulih dengan sangat cepat. Dalam setengah hari, ingatannya kembali, dan kekuatannya pun pulih sepenuhnya. Kini, kekuatannya telah mencapai puncak Tangga Langit Enam. Namun, sebagian besar energi dari darah yang dia minum belum terserap sepenuhnya. Nova baru menyerap kekuatan dari Darah Kura dan sebagian kecil dari darah yang diberikan oleh Basita. Dari darah Basita, dia baru menyerap kurang dari sepersepuluhnya. Jika dia berhasil menyerap semuanya, kekuatannya bisa mencapai Tangga Langit Sembilan.Sementara itu, di Rivera, di sebuah vila, Robi sedang duduk di sofa, memijat pelipisnya dengan lembut. Seorang pria datang dan berlutut di depannya, melapor, "Pak, baru saja ada kabar bahwa di rumah keluarga Kurniawan terdeteksi aura yang sangat menakutkan.""Oh? Keluarga Kurniawan?" Robi segera tersadar dari lamunannya dan berkata, "Baiklah, aku akan memeriksanya sendiri."Robi segera berangkat menuju rumah keluarga Kurniawan. Saat dia tiba, Nova sudah pulih sepenuhnya. Dia juga telah m
Nova terkejut dan berseru, "Benarkah itu?"“Hampir bisa dipastikan,” jawab Robi. “Aku telah meneliti naskah-naskah kuno dan menemukan bahwa Rintoku pertama kali muncul 1.800 tahun yang lalu, dan pemimpinnya pada waktu itu juga disebut Basita. Aku tidak percaya ini hanya kebetulan.”Ekspresi Robi tampak serius. Sejak mengetahui bahwa Basita memberikan darah dari makhluk legendaris, kecurigaannya semakin kuat. Kini, setelah Basita memberikan darah yang tidak kalah kuat dari Darah Kura, Robi menduga kuat bahwa itu adalah Darah Krylin. Dia berspekulasi bahwa 1.800 tahun yang lalu, Basita memburu Krylin dan mendapatkan darahnya, yang memberinya usia panjang dan kekuatan luar biasa."Nova, simpanlah darah naga ini baik-baik. Sekarang kau sudah memiliki Darah Kura, Darah Krylin, dan sekarang Darah Naga. Kau memiliki darah dari tiga makhluk legendaris. Aku tidak tahu apakah Darah Krylin dan Darah Naga ini akan membantumu bertahan hidup lebih lama, tapi setidaknya mereka akan meningkatkan kekua
Saat ini, Chandra kembali ke pulau di mana Lethran berada. Chandra bisa merasakan kalau sebenarnya, manusia berbulu itu tidaklah jahat. Namun kemungkinan besar, orang itu sudah dirasuki oleh sesuatu yang membuat dirinya seperti itu, sama halnya seperti Nova yang dirasuki oleh Darah Kura. Namun, Nova masih bisa menekan kekuatan jahat di dalam tubuhnya karena dia memiliki metode pemeliharaan tubuh, sedangkan manusia berbulu ini sepertinya tidak menguasai ilmu tersebut. Oleh karena itu, Chandra kembali datang ke pulau terpencil untuk memeriksa analisanya ini. Selain itu, dia juga ingin menanyakan perihal naga kepada orang tersebut. Karena Chandra yakin, orang berbulu itu pasti mengetahui tentang keberadaan naga. Kemampuan Chandra untuk bisa menyelamatkan nyawa Nova sekarang, berada di tangan orang berbulu itu. Chandra berhasil memulihkan setengah dari energinya setelah dua hari berlalu. Chandra juga tidak terburu-buru untuk menemui manusia berbulu itu sesampainya dia di pulai terpencil
Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah
Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar
Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb
Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi
Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere