Cahaya pedang yang menyilaukan memancar dari Pedang Api, membawa kekuatan yang luar biasa, menyerang Chandra dengan dahsyat. Namun, Chandra hanya tersenyum tipis. Dengan gerakan anggun, dia mengangkat Pedang Naga Pertama untuk menahan serangan tersebut.Saat berhasil menahan serangan, Zeno dengan kecepatan luar biasa bergerak di belakang Chandra. Tubuhnya dan Pedang Api menyatu dalam satu garis lurus, siap menusuk punggung Chandra. Pedang Api pun menembus tubuh Chandra."Ini ...?"Kerumunan di luar arena terkejut. "Apakah Chandra sudah kalah?"Namun, saat semua orang berpikir Chandra telah kalah, tubuhnya yang tertusuk mulai memudar, berubah menjadi bayangan samar."Itu ... hanya bayangan.""Kecepatannya luar biasa, sampai-sampai meninggalkan bayangan di tempatnya."Zeno terkejut. Saat dia masih dalam kebingungan, dia merasakan sesuatu menempel di punggungnya. Perlahan, dia berbalik dan melihat Chandra yang sudah berada di belakangnya, dengan Pedang Naga Pertama mengarah langsung kepad
Bhadra dari Butang, nama yang pernah didengar Chandra sebelumnya. Titan pernah bercerita tentangnya. Bhadra adalah sosok legendaris dari dua ratus tahun yang lalu, seorang pertapa yang jarang terlihat. Bahkan ketika Kelompok Gunung Langit membunuh kura-kura roh, Bhadra tidak muncul. Namun, kini dia hadir di sini. Titan pernah mengatakan bahwa Bhadra sangat kuat, setidaknya setara dengan tingkat Lima Tangga Langit. Selain itu, kemahirannya dalam seni bela diri sangat tinggi. Seseorang yang telah berlatih seni bela diri selama lebih dari dua ratus tahun tentu telah mencapai tingkat yang luar biasa, kecuali jika dia benar-benar tidak berbakat. Namun, jika Bhadra tidak berbakat, dia tidak akan bisa mencapai tingkatan ini.Chandra memperhatikan Bhadra. Orang ini tampak sangat biasa, seperti seseorang yang bisa ditemui di jalanan tanpa menarik perhatian. Bhadra melangkah mendekat, membawa pedang panjang di punggungnya. Setelah berjarak sekitar seratus meter dari Chandra, pedang panjang itu
Sebuah energi pedang yang kuat melesat keluar, membelah udara. Bhadra bereaksi cepat, tubuhnya langsung melayang ke udara, sekitar dua puluh meter dari tanah.Boom! Di tanah, muncul sebuah lubang dalam yang segera meluas, membentuk jurang sepanjang seratus meter. Dari sini, bisa terlihat betapa dahsyatnya kekuatan serangan pedang Chandra.Saat itu juga, Chandra merasakan aura menakutkan datang dari atas. Dia mendongak dan melihat Bhadra, tubuhnya sejajar dengan pedang besi yang dipegangnya, membentuk garis lurus saat meluncur dari langit, menyerang dengan kecepatan luar biasa. Belum sampai mendekat, energi pedang yang dahsyat sudah terpancar, menyapu sekitarnya dengan kekuatan luar biasa. Namun, Chandra tidak menunjukkan sedikitpun rasa takut, malah dengan berani bergerak melawan arah serangan.Kedua ujung pedang akhirnya bertemu. Kekuatan Chandra ternyata lebih besar daripada Bhadra, membuat tubuh Bhadra terpental jauh. Di saat yang sama, tiga belas energi pedang terpancar dari pe
Tidak ada yang melihat dengan jelas bagaimana Chandra mengayunkan pedangnya. Bahkan ahli tingkat tinggi yang hadir, seperti Robi dan Titan, tidak bisa melihatnya dengan jelas. Mereka hanya melihat kilatan cahaya pedang, dan tiba-tiba pedang di tangan Bhadra sudah terpotong, dan tubuhnya terlempar.Keheningan menyelimuti tempat itu. Semua orang menahan napas, memandang Chandra yang berdiri di reruntuhan. Saat ini, pedang Chandra sudah disarungkan kembali.Di kejauhan, Maniso bertanya, "Maggie, apa kamu melihat dengan jelas pedang apa yang digunakan Chandra?"Maggie menggelengkan kepala, "Tidak, aku tidak melihatnya."Maniso tampak terkejut, "Tidak kusangka, dia sekarang menjadi begitu kuat. Bhadra adalah tokoh terkenal dari dua ratus tahun yang lalu, yang tidak terkalahkan pada masanya. Tak disangka, dua ratus tahun kemudian, dia bisa dikalahkan."Di medan pertempuran, Bhadra perlahan bangkit dari reruntuhan. Rambutnya berantakan, dan darah mengalir dari sudut bibirnya. Penampilannya sa
Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang menggemuruh. Dari kejauhan, seorang pria tua berjalan mendekat. Dia mengenakan jubah panjang hitam dan topi di kepalanya. Setiap langkah yang dia ambil membuat tanah bergetar, seolah-olah terjadi gempa bumi. Beberapa orang yang kekuatannya sedikit lebih lemah tidak bisa berdiri tegak.Maggie yang kekuatannya lebih lemah tidak bisa berdiri dengan stabil. Jika tidak ditahan oleh Maniso, dia sudah terjatuh ke tanah."Siapa orang ini?""Betapa kuatnya auranya.""Ini adalah seorang ahli."Kehadiran ahli dari Klan Darah ini mengejutkan semua orang yang hadir. Pria ini adalah Wesley, salah satu ahli sejati dari Klan Darah.Dia berjalan mendekat, tampak lambat tetapi sebenarnya sangat cepat. Dalam beberapa tarikan napas, dia sudah berada di depan Chandra. Dengan perlahan, dia melepaskan topinya dan memandang Chandra, memberi isyarat dengan tangan dan berkata, "Kalahkan aku, maka kau akan menjadi yang terkuat di dunia. Kalahkan aku, maka kau akan
Pukulan Sepuluh Tangan Aryani dikenal dengan gerakannya yang besar dan kuat, tak terkalahkan di medan laga. Selama satu tahun terakhir, Chandra berhasil menguasai Pukulan Sepuluh Tangan Aryani hingga ke tingkat sepuluh."Pukulan Sepuluh Tangan Aryani, Serangan Pemusnah!" Tubuh Chandra tiba-tiba melayang di udara, lebih dari tiga puluh meter di atas tanah. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya emas—ini adalah tanda dari energi batin yang keluar dari tubuhnya.Di telapak tangannya, muncul sebuah bayangan tangan raksasa yang terus membesar. Dalam sekejap, bayangan itu berubah menjadi telapak tangan sebesar seratus meter, seakan-akan sebuah gunung raksasa yang turun dari langit. Wesley segera merasakan ancaman yang mengerikan. Dia mencoba menghindar secepat mungkin, namun serangan itu terlalu cepat. Selain itu, saat Chandra melepaskan Serangan Pemusnah, ruang di sekitarnya seolah-olah membeku, gerakan Wesley terasa tertahan, seakan-akan ada beban ribuan kilogram yang menekan tubuhnya. La
Tanpa diduga, pedang itu benar-benar ada.Di tengah medan pertempuran, Wesley menggenggam Pedang Penghisap Darah dengan ekspresi serius. Tatapannya tertuju pada Chandra saat ia berkata, “Chandra, pedang ini sangat berbahaya. Sekali kamu terkena serangannya, darahmu akan tersedot habis dalam sekejap. Ini bukan pertarungan hidup-mati, aku tak ingin kamu terluka. Sebaiknya kamu menyerah saja.”Suara Wesley bergema di seluruh medan.“Menyerah?” Chandra tersenyum tipis. Apa dia akan menyerah? Tentu saja tidak. Dia masih punya tujuan—mendapatkan darah naga, menemukan keberadaan naga. Dia harus membunuh naga itu, mengambil darahnya, dan menyelamatkan Nova.Dengan satu gerakan tangan, Pedang Pertama Naga yang berada jauh darinya langsung terbang ke tangannya. Saat pedang itu berada di genggamannya, Chandra merasakan kekuatan yang mengalir deras dari dalam pedang. Kepercayaan diri yang tak tergoyahkan pun muncul di hatinya.“Silakan,” ucap Chandra sambil mengangkat pedangnya sedikit.“Ah ... ji
Meskipun Chandra hanya terkena tebasan ringan di lengannya dari Pedang Penghisap Darah, luka itu langsung mengucurkan darah segar. Biasanya, Chandra bisa menggunakan energi sejatinya untuk mengendalikan aliran darah. Namun kali ini, darahnya terus mengalir, seakan-akan ada kekuatan yang menariknya keluar."Sial, apa yang terjadi?" pikir Chandra dengan cemas.Dia segera mundur, menjauh hingga seribu meter. Namun, Wesley tidak mengejarnya. Dari kejauhan, Wesley berteriak, "Chandra, aku sudah bilang, begitu kamu terluka, darahmu akan terus mengalir sampai habis."Meskipun jaraknya cukup jauh, Chandra masih bisa mendengar suara Wesley dengan jelas. Dia mencoba lagi menghentikan pendarahan dengan energi sejatinya, tapi tetap tidak berhasil. Tanpa membuang waktu, Chandra mengambil Jarum 81 Langit dan mulai menusukkannya di sekitar luka di lengannya. Setelah beberapa tusukan, aliran darahnya berhenti, membuat Chandra merasa lega.Wesley menatapnya dengan terkejut. “Bagaimana mungkin?” pikirny
“Chandra keberuntunganmu besar juga, ya. Sekarang, aku mau melihat, apa mungkin kamu masih bisa menerima serangan pedangku ini?” Anak Dewa mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan aura di tubuhnya berubah dengan napas panas yang menyapu sekitarnya. Pedang di tangannya berangsur-angsur berubah warna menjadi merah. Beberapa pemandangan tentang semesta yang terbakar tampak muncul di pedangnya. Pemandangan yang muncul di pedangnya menandakan, Anak Dewa akan menggunakan jurus Pedang Terik Matahari yang siap membakar bumi dan langit. “Bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim adalah pedang terik matahari.”“Aku tidak menyangka, ternyata Anak Dewa juga menguasai bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim. Bagian pertama saja sudah cukup sulit dikuasai, tapi sekarang dia bisa menguasai bagian kedua.”“Benar-benar menakjubkan.”“Chandra pasti akan mati sekarang.”Para prajurit dari Alam Niskala tampak sangat bersemangat. Para prajurit dari alam lainnya juga tampak terkejut dengan kekuatan Anak Dewa.
Chandra jatuh tersungkur di balik reruntuhan gunung. “Mati?”“Ini adalah jurus Pedang 4 Musim yang merupakan jurus terkenal dari orang terkuat di Alam Niskala. Anak Dewa sudah melayangkan serangan pertama dengan jurus pedang ini dengan kekuatan yang luar biasa kuat. Jadi, wajar saja kalau Chandra mati karenanya.”Para prajurit Alam Niskala mengira kalau Chandra sudah mati. Bagaimanapun juga, jurus Pedang 4 Musim adalah salah satu jurus pedang yang tersohor karena kedahsyatannya di Alam Niskala. Anak Dewa berdiri di langit dengan rambut tidak karuan dan penuh kewibawaan sambil menatap reruntuhan yang ada di bawahnya. Rasa percaya diri perlahan muncul di dalam hatinya. Jurus pedang yang ditunjukkannya adalah jurus pedang unik dan dahsyat dari gurunya. Jurus ini memiliki empat bagian serangan yang tidak akan mampu ditahan oleh siapa pun, termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kekuatan di atasnya. Oleh karena itu, Anak Dewa sangat yakin kalau Chandra pasti sudah mati karena jurusnya
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m