Wajah keriput Vaho tampak pucat, dan darah segar mulai mengalir dari sudut bibirnya.“Apa …?”Di kejauhan, semua orang menyaksikan kejadian ini dengan mata terbelalak. Serangan pedang Chandra begitu dahsyat, hingga semua orang yakin Wesley akan mati. Namun, pada detik-detik terakhir, seseorang tiba-tiba muncul dan menahan serangan Rahasia 14 Pedang, menyelamatkan Wesley. Bahkan Sang Kaisar Darah Pertama pun tampak kebingungan.“Siapa orang ini? Apakah dia ahli yang disembunyikan keluarga itu? Bisa menahan serangan pedang itu, luar biasa sekali, bukan?”Jika Sang Kaisar Darah Pertama saja tidak tahu siapa orang ini, apalagi yang lain.“Terima kasih… Terima kasih, Ayah,” ucap Wesley.Barulah semua orang menyadari bahwa penyelamat itu adalah ayah Wesley. Dia adalah Vaho, putra Victor sang Pembunuh Naga, seorang ahli sejati di Alam Sembilan. Namun, bahkan Vaho tidak menyangka serangan Chandra akan sekuat itu hingga membuatnya terluka. Saat ini, darah dalam tubuhnya bergolak, dan dari sudut
Kata-kata Vaho membuat Chandra merasa lega. Saat ini, tenaganya sudah hampir habis, dan jika Klan Darah tidak menepati janji mereka, dia benar-benar tidak akan mampu berbuat apa-apa. Chandra tersenyum tipis dan menyarungkan kembali Pedang Naga Pertama.Titan juga merasakan hal yang sama. Jika seorang ahli dari Klan Darah bisa menahan serangan dahsyat Chandra, kekuatannya pasti luar biasa. Titan pun tidak ingin berhadapan dengan orang seperti itu. Sekarang, dengan Klan Darah bersedia menyerahkan Darah Naga dan memberitahu lokasi naga, ini adalah hasil terbaik yang bisa mereka harapkan.Di kejauhan, banyak orang mulai bersorak. Rully adalah yang pertama mendekat, muncul di hadapan Chandra, dan berkata dengan senyum, "Anak muda, luar biasa. Ternyata kamu benar-benar berhasil menguasai Rahasia 14 Pedang. Aku sendiri tidak menyangka kekuatannya bisa sebesar itu. Jika dugaanku benar, lawanmu tadi adalah seorang ahli Tangga Langit Sembilan, dan yang menahan pedangmu adalah seorang ahli Alam S
"Bagus sekali, Ayah sangat bijaksana," kata Vaho dengan hormat."Pergilah. Identitasmu sudah terungkap. Para ahli Alam Sembilan dari Someria pasti akan mulai memperhatikanmu, juga tempat ini. Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Kami akan segera pergi, sementara kamu tetap di sini. Apa pun yang terjadi, jangan panik. Jika para ahli Alam Sembilan dari Someria datang mencarimu, berpura-puralah tunduk. Yang terpenting, jangan biarkan mereka menyerang klan kita.""Baik, Ayah. Aku akan mengingatnya," jawab Vaho dengan patuh.Victor mengangkat tangannya sedikit sebagai isyarat untuk Vaho pergi, dan tanpa berlama-lama, Vaho segera beranjak. Sementara itu, Chandra sedang beristirahat di kamarnya. Setelah meminum pil yang diberikan oleh Robi, sebagian besar energi sejatinya telah pulih. Namun, karena dia menghabiskan semua energinya, masih butuh beberapa hari lagi untuk benar-benar pulih."TOK TOK TOK." Terdengar ketukan di pintu. Chandra berhenti sejenak sebelum bangkit untuk membukanya
Wesley menghela napas panjang. "Tanpa guru, bisa mencapai kekuatan sebesar ini di usia tiga puluhan, itu benar-benar luar biasa."Chandra, tidak ingin berlama-lama berbicara dengan orang-orang Klan Darah, langsung bertanya, "Mana Darah Naganya?"Wesley melambaikan tangannya, dan dari rak di kejauhan, sebuah botol kecil yang bening melayang mendekat. Botol itu transparan, dan di dalamnya terlihat cairan merah, seperti darah segar. Wesley menyerahkannya kepada Chandra sambil berkata, "Inilah Darah Naga yang diwariskan oleh klan kami sejak seribu tahun yang lalu. Konon, darah ini bisa memberikan keabadian, meskipun kebenarannya masih belum terbukti."Chandra mengambil botol itu dan memperhatikannya dengan saksama. "Jadi ini Darah Naga?""Benar sekali," jawab Wesley."Baiklah." Chandra menyimpan botol itu, lalu bertanya lagi, "Lalu, di mana naga itu berada?"Wesley merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah gulungan kuno yang tampak sangat tua, lalu menyerahkannya kepada Chandra. Chandra
Sambil terus menatap Chandra, Titan bertanya, "Orang-orang Klan Darah tidak memberitahumu lokasi yang lebih spesifik?"Chandra menggelengkan kepala. "Tidak, mereka hanya memberikan peta ini."Titan mengambil peta di atas meja dan memeriksanya dengan saksama. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Kalau begitu, kita hanya bisa kembali dulu dan mencocokkannya dengan peta satelit. Seharusnya tidak terlalu sulit untuk menemukannya.""Baiklah, biarkan aku lihat," kata Chandra sambil mengulurkan tangan.Titan menyerahkan peta itu, tetapi Chandra tidak langsung memeriksanya. Sebaliknya, dia menyimpannya dan berkata, "Aku akan menyimpan peta ini dulu. Kita bisa mempelajarinya bersama nanti setelah kita pulang."Titan mengangguk setuju. Bagaimanapun, meskipun mereka menemukan lokasi naga, Chandra tidak mungkin bisa membunuhnya sendirian. Ini akan membutuhkan kerja sama dari seluruh pesilat Someria, dan itu pun hanya memberikan peluang kecil.Tak lama kemudian, orang-orang Klan Darah datang membaw
Chandra mencoba mengalihkan perhatian Titan. "Kamu tahu, Rahasia 14 Pedang milikku bisa membunuh seorang ahli Tangga Langit Sembilan. Tapi orang-orang Klan Darah berhasil menahan serangan itu. Ini menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan mereka. Bukan hanya kita berdua, bahkan seluruh pesilat Someria sekalipun mungkin tidak akan mampu mengalahkan mereka.""Kalau kamu ingin mati, aku tidak," lanjut Chandra. Padahal, dia tahu bahwa jika harus melawan seorang ahli Alam Sembilan, dia masih punya peluang. Chandra menguasai Ilmu Keabadian Vajra, yang secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanannya. Bahkan melawan seorang ahli Alam Sembilan, dia mungkin bisa bertahan. Namun, saat ini dia tidak ingin Titan mencari masalah dengan Klan Darah.Titan tampak sangat kesal. Apa yang dikatakan Chandra memang benar. Saat ini, kekuatannya tidak cukup untuk menghadapi Klan Darah."Sialan," gumam Titan sambil mengepalkan tinjunya, wajahnya tegang karena amarah. "Suatu hari nanti, aku akan menghanc
Nova menutup pintu dengan keras."Ini ..." Chandra merasa tak berdaya. Nova tidak memberinya kesempatan untuk masuk, dan dia tahu tidak bisa memaksakan diri. Namun, tujuan utamanya hanya untuk memastikan Nova aman, dan setelah itu, dia merasa lega. Chandra pun berbalik dan pergi, langsung menuju markas militer untuk menemui Arya.Di markas militer Rivera, di kantor Arya.Arya menyambut Chandra dengan hangat, menyajikan teh dan air dengan antusias. Hal ini membuat Chandra merasa sedikit tidak nyaman dengan sikap ramah Arya yang berlebihan."Chandra, belakangan ini kamu pasti sedang tidak sibuk, ‘kan?" tanya Arya sambil tersenyum.Chandra memandang Arya sambil mengusap dagunya. "Seharusnya tidak begitu sibuk, ada apa?""Tahun lalu kamu berjanji akan mengajari putraku ..." Arya menatap Chandra dengan penuh harap."Aku benar-benar tidak punya waktu untuk itu," jawab Chandra dengan nada sedikit pasrah. "Begini saja, aku akan memberimu nomor telepon Kadir. Kamu bisa menghubunginya dan tanyak
Kenyataannya memang benar seperti yang diketahui, tapi dalam drama perceraian ini, Chandra juga punya andil. Andai saja dia lebih awal mengungkapkan identitasnya, mungkin Nova tidak akan memilih untuk bercerai."Nova, perceraian ini sepenuhnya salahku. Saat itu, aku menyembunyikan identitasku karena banyak musuh yang mengincarku. Aku terpaksa memilih perceraian demi melindungimu, agar kamu tidak menjadi target mereka."Chandra menatap Nova dengan penuh penyesalan. "Setelah kita berpisah, akulah yang kembali mencarimu. Kamu selalu menjadi wanita yang berhati baik, dan akulah yang mengecewakanmu."Rasa bersalah menyelimuti Chandra. Nova terlihat bingung. "Jadi, sekarang aku harus mempercayaimu atau mereka?"Mendadak, Nova teringat sesuatu. "Tunggu sebentar," katanya tiba-tiba, matanya membulat."Ada apa?" tanya Chandra, terkejut melihat perubahan ekspresi Nova.Nova menjelaskan, "Setelah kamu pergi, ada seseorang yang datang menemuiku. Dia bilang bisa membantuku mengembalikan ingatanku d
Yamesa adalah sosok yang sangat kuat. Dia telah mencapai Alam Mahasakti dan berhasil membuka empat segel tubuh manusia. Dengan kekuatan ini, di bumi, dia hampir tak tertandingi. Yamesa selalu berpikir bahwa di bumi, tempat seni bela diri sudah mulai memudar, dia bisa bertindak semaunya. Dia bahkan berambisi untuk merebut Negara Naga dan menjadi rajanya. Namun, ambisi itu hancur ketika dia bertemu seorang pemuda bernama Chandra. Hanya dengan satu serangan, Chandra menghancurkan Yamesa. Tulang di lengan Yamesa hancur berkeping-keping. Dia jatuh ke tanah dengan keras, mencoba bangkit dengan susah payah. Wajahnya dipenuhi ketakutan saat menatap Chandra. "Kamu ... kamu siapa sebenarnya?" Yamesa bertanya dengan suara bergetar. "Dari aliran mana asalmu? Bahkan di Alam Niskala, aku belum pernah mendengar tentangmu. Apa kamu juga berasal dari Alam Niskala?!" Sebagai pendekar hebat dari Alam Niskala, Yamesa telah bertemu dengan banyak talenta muda di sana. Jikapun dia belum bertemu la
Saat seorang murid dari Paviliun Pedang melancarkan serangannya dengan kekuatan penuh, kecepatannya begitu luar biasa hingga Paul dan yang lainnya hanya bisa tertegun, wajah mereka dipenuhi keterkejutan. Namun, di tengah situasi genting itu, Chandra mengangkat tangannya. Dengan dua jari, ia menjepit pedang panjang yang diarahkan padanya. Murid Paviliun Pedang itu terhenti. Ia baru saja melangkah ke Alam Mahasakti, mengerahkan seluruh kekuatannya. Tapi serangannya bahkan tidak membuat Chandra, pria berbaju hitam di depannya, mundur sedikit pun. Siapa sebenarnya orang ini? pikirnya, kebingungan. Ekspresi Chandra tetap datar. Ia menekan pedang itu dengan sedikit kekuatan. Krek! Pedang itu patah, dan dalam sekejap, energi dahsyat dari Chandra menghantam tubuh murid Paviliun Pedang, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang. "Apa-apaan ini?" Yamesa berseru, wajahnya penuh keterkejutan. Yamesa sangat mengenal kekuatan adik seperguruannya, seorang yang baru saja menembus A
Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah
Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar
Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb