Kadir juga ingin pergi ke Klan Darah. Chandra langsung berkata, "Perjalanan kali ini ke Klan Darah, Titan pasti punya niat tertentu. Di dalam Klan Darah pasti ada sesuatu yang Titan inginkan. Kalau aku tidak salah, mungkin itu adalah darah naga, dan kabar ini mungkin disebarkan oleh Titan sendiri.""Tujuan Titan mungkin untuk menyebarkan kabar ini dan menarik perhatian para pendekar dunia terhadap Klan Darah. Pasti akan ada yang pergi ke Klan Darah untuk melihat situasi, dan Titan bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan darah naga."Chandra mengutarakan dugaannya. Dia juga tidak tahu apakah Titan pergi ke Klan Darah benar-benar untuk darah naga, atau apakah di dalam Klan Darah masih ada darah naga yang tersisa sejak ribuan tahun yang lalu.Selain darah naga, Chandra tidak bisa memikirkan alasan lain mengapa Titan pergi ke Klan Darah. Karena itu, membawa Kadir akan berbahaya. Meskipun Kadir juga seorang pendekar yang kuat, Chandra tidak ingin Kadir mengambil risiko."Baiklah,
Gunung Rinto. Di balik gunung, Basita duduk di atas sebuah batu besar. Di tangannya ada sebuah seruling. Suara seruling itu menggema, seperti aliran air di pegunungan, panjang dan merdu.Tiba-tiba, dia berhenti bermain seruling. Dia menatap langit malam yang gelap dan berkata dengan lantang, "Jika sudah datang, kenapa tidak menunjukkan diri?"WHUSH!Seiring dengan suaranya yang menggema, sebuah bayangan dengan cepat terbang dari kejauhan dan berdiri dengan tenang di depan Basita.Itu adalah seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun, mengenakan jubah putih, dengan rambut pendek berwarna hitam, tampak sangat bersemangat, dan memancarkan aura yang sangat kuat. Dia adalah Robi.Basita memandang Robi dan bertanya, "Robi, kunjungan larut malam ini ada apa?"Robi berjalan mendekat, duduk di atas batu besar di depannya, menatap Basita dan bertanya dengan nada datar, "Basita, apa yang sedang kamu lakukan? Bagaimana kamu bisa tahu tentang Klan Darah? Kenapa kamu menyebarkan berita tentang K
Basita berbicara pelan kepada dirinya sendiri, kemudian meninggalkan Gunung Rinto.Di suatu tempat di Someria, terdapat sebuah gunung besar yang terpencil dan tak berpenghuni. Di dalam gunung tersebut, ada sebuah rumah sederhana. Saat ini, Titan sedang duduk di dalam rumah itu, bersila dengan kaki bersilang, memancarkan aura yang sangat kuat. Dia sedang berlatih, berusaha mencapai Alam Sembilan.Tiba-tiba, tubuhnya terjatuh ke tanah, dan dia memuntahkan darah segar. Dia perlahan bangkit dari tanah, mengusap darah di sudut mulutnya, dengan wajah pucat menunjukkan ekspresi tak berdaya. Dia berbicara pada dirinya sendiri, "Gagal lagi, kenapa bisa begini? Kekuatanku sudah mencapai batasnya, tidak bisa meningkat lagi. Kenapa aku tidak bisa mencapai Alam Sembilan?"Titan benar-benar tidak mengerti masalah ini. Terdengar suara langkah kaki dari luar pintu. Titan bangkit dan keluar. Di depan pintu, muncul seseorang. Orang ini memakai topeng merah yang menutupi sebagian besar wajahnya, sehingga
Tama berdiri dan berbalik pergi. Setelah kepergian Tama, ekspresi Jamal berubah serius. Dia bangkit dan menuju bagian terdalam istana bawah tanah untuk menemui ayahnya. Setelah bertemu dengan ayahnya, dia menceritakan semua kejadian yang sedang ramai dibicarakan belakangan ini."Ayah, apakah Basita sudah mulai bergerak?""Huh!" Orang yang tampak muda namun berwajah penuh keriput itu tertawa pelan. "Basita sangat kuat. Kalau dulu aku tidak berpura-pura mati, mungkin aku sudah benar-benar mati di tangannya. Selama bertahun-tahun, aku selalu bersembunyi di sini dan tidak pernah keluar, dia tidak tahu tentang keberadaanku. Tapi, setiap gerakanku selalu dia awasi.""Ayah, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?""Basita sudah hidup begitu lama, mungkin dia bosan dan ingin menciptakan beberapa pesilat kuat untuk bersenang-senang. Kalau begitu, aku harus bermain-main dengannya, biar dia tahu bahwa di atas langit masih ada langit, di atas orang kuat masih ada yang lebih kuat."Mendengar itu,
Avalon, sebuah negara kecil yang tersembunyi di Aropa, hampir tidak dikenal di dunia internasional. Dengan luas wilayah yang sangat kecil dan populasi hanya sekitar puluhan ribu jiwa, Avalon mungkin tampak tak penting. Namun, negara ini adalah markas besar dari keluarga Vampir yang legendaris.Di dalam sebuah kastil megah di Avalon, Raja Darah Pertama berlutut di hadapan seorang pria tua yang duduk di atas mimbar utama di aula besar. Pria itu memiliki kulit pucat dan rambut panjang yang menunjukkan usianya yang tampaknya lebih dari seratus tahun. Penampilannya begitu renta dan menyeramkan, dengan wajah yang sama sekali tidak menunjukkan warna kehidupan."Guru," kata Raja Darah Pertama dengan penuh hormat sambil berlutut. "Di luar sana, banyak yang mulai berbicara tentang keluarga kita. Mereka bilang keluarga kita sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dan mereka percaya kita memiliki darah naga. Mereka yakin bahwa dengan mendapatkan darah naga, seseorang bisa hidup abadi."Pria tua di atas
Pria tua itu mulai berbicara. Dia adalah salah satu tokoh dengan kedudukan sangat tinggi dalam Klan Darah. Urusan luar biasa Klan Darah ditentukan olehnya, bahkan Raja Darah Pertama pun mendengarkan perintahnya. Namanya adalah Wesley, cucu dari Victor. Dia telah hidup lebih dari lima ratus tahun, meskipun belum mencapai Alam Sembilan, namun dia berada di puncak Tangga Langit Sembilan.Victor berpikir sejenak, lalu tiba-tiba mendapat ide cemerlang. Dia berkata, "Begini saja, serahkan darah naga yang masih ada di dalam keluarga kita, sekaligus beri tahu keberadaan naga tersebut. Tapi, kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk melemahkan kekuatan Prajurit Kuno dari Someria."Wesley berkata, "Kakek, kami siap menerima perintah."Victor melanjutkan, "Buat orang-orang Someria saling bertarung satu sama lain. Siapa yang menang, akan mendapatkan darah naga dan informasi tentang naga tersebut.""Kakek, itu ide yang brilian," kata Wesley dengan terkagum-kagum."Benar, ide kakek luar biasa," t
Titan menatap Chandra dengan senyum yang terlihat ramah, tetapi di dalam hatinya, dia mendengus dingin. Chandra adalah ancaman besar baginya, dan Titan tahu dia harus mencari cara untuk menyingkirkan Chandra secara permanen. Namun, sekarang bukanlah waktu yang tepat. Titan memutuskan untuk menunggu sampai pertempuran di Gurun Avalon selesai sebelum mencari peluang untuk menghancurkan Chandra.Meskipun kekuatan mereka setara, energi Chandra lebih kuat. Dalam pertarungan langsung, Titan tahu dia tidak akan menang. Tetapi jika dia bisa menyergap Chandra, sekuat apa pun Chandra, jika lengah, dia bisa terluka parah. Dalam keadaan itu, Titan yakin hasilnya akan berbeda.Chandra juga tersenyum saat melihat Titan. Dia tahu Titan ingin menyingkirkannya, dan dia pun tidak mempercayai Titan. Sejak dia dijebak oleh Tama di makam Kaisar Pertama setahun yang lalu, Chandra selalu waspada terhadap Titan di setiap langkahnya."Semoga kerja sama kita menyenangkan," kata Titan sambil tersenyum, mengulurk
Chandra melirik sekilas ke arah para wanita itu. Mereka semua cantik, dengan tubuh yang indah dan wajah menawan. Untuk sesaat, pikiran jahat sempat melintas di benaknya, membayangkan bagaimana rasanya dilayani oleh sekelompok wanita seperti ini. Namun, dia segera menepis pikiran itu.Menatap Raja Darah Pertama, Chandra tersenyum dan berkata, "Terima kasih, tapi tidak perlu."Raja Darah Pertama, yang mengira Chandra tidak tertarik pada wanita-wanita itu, bertanya, "Chandra, tipe wanita seperti apa yang kau sukai? Aku bisa mencarikannya untukmu segera. Atau mungkin kau suka sesuatu yang lebih istimewa? Bagaimana kalau beberapa putri kerajaan?"Chandra mengangkat tangannya sedikit, menolak tawaran itu dengan lembut. "Ini sudah cukup baik, tapi aku sudah punya istri.""Oh, aku mengerti," Raja Darah Pertama tertawa. "Pria baik seperti kamu memang jarang. Kalau begitu, kami tidak akan mengganggu lagi."Setelah berkata begitu, dia membawa para wanita berambut pirang itu pergi. Chandra hanya b
“Chandra keberuntunganmu besar juga, ya. Sekarang, aku mau melihat, apa mungkin kamu masih bisa menerima serangan pedangku ini?” Anak Dewa mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan aura di tubuhnya berubah dengan napas panas yang menyapu sekitarnya. Pedang di tangannya berangsur-angsur berubah warna menjadi merah. Beberapa pemandangan tentang semesta yang terbakar tampak muncul di pedangnya. Pemandangan yang muncul di pedangnya menandakan, Anak Dewa akan menggunakan jurus Pedang Terik Matahari yang siap membakar bumi dan langit. “Bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim adalah pedang terik matahari.”“Aku tidak menyangka, ternyata Anak Dewa juga menguasai bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim. Bagian pertama saja sudah cukup sulit dikuasai, tapi sekarang dia bisa menguasai bagian kedua.”“Benar-benar menakjubkan.”“Chandra pasti akan mati sekarang.”Para prajurit dari Alam Niskala tampak sangat bersemangat. Para prajurit dari alam lainnya juga tampak terkejut dengan kekuatan Anak Dewa.
Chandra jatuh tersungkur di balik reruntuhan gunung. “Mati?”“Ini adalah jurus Pedang 4 Musim yang merupakan jurus terkenal dari orang terkuat di Alam Niskala. Anak Dewa sudah melayangkan serangan pertama dengan jurus pedang ini dengan kekuatan yang luar biasa kuat. Jadi, wajar saja kalau Chandra mati karenanya.”Para prajurit Alam Niskala mengira kalau Chandra sudah mati. Bagaimanapun juga, jurus Pedang 4 Musim adalah salah satu jurus pedang yang tersohor karena kedahsyatannya di Alam Niskala. Anak Dewa berdiri di langit dengan rambut tidak karuan dan penuh kewibawaan sambil menatap reruntuhan yang ada di bawahnya. Rasa percaya diri perlahan muncul di dalam hatinya. Jurus pedang yang ditunjukkannya adalah jurus pedang unik dan dahsyat dari gurunya. Jurus ini memiliki empat bagian serangan yang tidak akan mampu ditahan oleh siapa pun, termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kekuatan di atasnya. Oleh karena itu, Anak Dewa sangat yakin kalau Chandra pasti sudah mati karena jurusnya
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m