Tama mengangguk setelah mendengar perkataan Chandra. Bebatuan itu memang tampak seperti permainan bagi mereka. Laki-laki tua itu berjalan 3 langkah ke depan lalu berhenti di depan sebuah batu lainnya. Dia kembali menginjak batu itu dengan keras dan batu itu kembali tenggelam. Namun, batu yang sebelumnya juga diinjak laki-laki itu kembali muncul ketika dia menginjak batu lainnya. Si laki-laki tua mengabaikan hal itu dan terus melanjutkan langkahnya. Sekitar 10 menit berlalu tiba-tiba saja terdengar suara. “Klik!”Lempengan batu seketika menghilang setelah muncul suara itu. Kemudian sebuah lorong dengan diameter 5 meter muncul di hadapan mereka. Daniel bergegas berjalan masuk ke dalam lorong dengan wajah gembira diikuti oleh Chandra di belakangnya. Kemudian dia memperhatikan ke sekelilingnya dan melihat ada tangga menuju ke bawah di dalam lorong itu. Daniel dengan penuh keberanian melangkah melewati tangga itu. Chandra berada di belakangnya, diikuti oleh Tama dan para anggota keluar
Akasa sudah berhasil masuk ke dalam wilayah makam Kaisar Pertama. Namun, langkahnya tertahan oleh pintu batu di depannya. “Kurang ajar!” kutuk Akasa penuh amarah. Kemudian dia mengaktifkan energi sejatinya lalu memukul batu itu dengan tangannya. Namun, dinding batu itu sama sekali tidak bergerak karena bahan yang digunakan sangat istimewa dan membutuhkan mekanisme tersendiri untuk membukanya. Bahkan Akasa yang sudah berada di tangga langit keenam saja tetap tidak bisa menghancurkannya. “Pintu ini harus dibuka dengan menggunakan mekanisme tertentu,” gumamnya lalu berusaha untuk menenangkan diri. Namun, dia tetap saja tidak bisa menemukan cara membuka pintu batu itu setelah lama mencari. Sampai akhirnya, seseorang tiba-tiba saja datang. Orang itu adalah Robi Atmaja. Robi menghampiri Akasa yang tampak kebingungan lalu bertanya, “Ada apa?”Akasa pun berkata, “Aku datang terlambat. Anggota keluarga Aryani sudah berhasil masuk ke dalam. Aku terjebak di sini dan tidak bisa masuk ke dalam
Mereka berdua pun berbalik. Namun, mereka tetap saja tidak berhasil sampai di titik awal mereka setelah melewati banyak rumah batu. “Seharusnya tidak begini. Aku ingat kalau kita tidak melewati rumah batu saat mencapai titik ini. Padahal kita sudah mencoba kembali. Kenapa bisa begini?” ujar Chandra bingung. Raut wajah Tama berubah serius lalu berkata, “Labirin ini berhasil membuat kita kebingungan. Kita merasa kalau kita sudah kembali ke titik awal, tapi nyatanya kita justru masuk semakin dalam ke labirin ini.”“Kalau begitu, di rumah batu yang mana kita berada sekarang?” tanya Chandra lalu mengeluarkan denah kuno itu dan membacanya lagi. “Aku juga tidak tahu,” jawab Tama sambil merentangkan tangannya. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Chandra yang mulai memutar otaknya. “Oh, iya!” seru Tama. “Apa?” tanya Chandra sambil menatap Tama. Tama mendekati Chandra lalu berbisik, “Kak Chandra ....”Chandra mendengarkan bisikan Tama dengan seksama. Namun, tiba-tiba saja T
Tama pergi meninggalkan Chandra yang berusaha memulihkan keadaannya. Tama tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang dikenalnya setelah berjalan melewati beberapa rumah batu. Orang itu adalah Jamal.“Ketua,” sapa Tama penuh hormat. “Bagaimana?” tanya Jamal sambil meletakkan tangannya di belakang punggung. “Chandra adalah pemuda yang sangat sombong. Dia sangat mudah mempercayai orang lain. Dia akan mengendurkan kewaspadaannya ketika mempercayai orang lain. Padahal dia sangat waspada ketika berhadapan dengan Daniel, tapi dia sama sekali tidak merasa waspada denganku. Aku juga sudah menyerangnya secara diam-diam dengan seluruh kekuatanku.”Jamal mengangguk pelan lalu berkata, “Wajar saja kalau dia menjadi sombong dan sedikit gila setelah berhasil menjadi orang terkuat di dunia sebelum usianya mencapai 30 tahun. Biarkan saja dia belajar dari pengalaman ini agar dia bisa jauh lebih bijaksana ke depannya.”“Ketua, kenapa kamu baik sekali kepada pemuda itu?” tanya Tama bingung. Tama mengetahu
“Tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ‘kan?”Saat Chandra merasa tertekan, terdengar suara langkah kaki, lalu pintu batu di belakangnya terbuka. Tama berjalan mendekat.“Jangan bertindak gegabah, Chandra. Aku tidak punya maksud buruk. Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk tidak mudah percaya pada orang lain. Jika aku ingin mengambil nyawamu, aku sudah melakukannya saat kamu terluka sebelumnya. Mengapa aku harus melepaskanmu? Bukankah begitu?” Tama berbicara dengan senyum di wajahnya.Namun, yang menyambut Tama malah serangan pedang yang tajam. Tubuh Tama bergerak seperti cicak, merayap di dinding batu untuk menghindari serangan Chandra. Dinding batu itu sangat keras; bahkan dengan kekuatan Chandra saat ini, ia hanya bisa meninggalkan goresan di permukaannya.“Chandra, tahan pedangmu. Aku bisa membawamu keluar dari labirin bawah tanah ini. Jangan bertindak gegabah. Dengarkan aku dulu,” Tama terus menghindar sambil berbicara.Setelah Chandra meluapkan kemarahannya, dia mulai tenang. Chandra m
Jurus Pedang Pertama terlalu kuat. Chandra hanya dengan melihatnya saja sudah merasa ketakutan. Dengan ilmu pedang sehebat ini, jika jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab, dunia akan berada dalam bahaya besar. Orang itu mungkin malah akan menghancurkan dunia.Jurus Pedang Pertama memiliki persyaratan masuk yang sangat tinggi. Untuk mempelajarinya, seseorang harus memiliki pemahaman mendalam tentang seni pedang. Ambang batas ini setara dengan Rahasia 14 Pedang, salah satu Ilmu Pedang Dantra. Hanya mereka yang mencapai tingkat ini yang berhak mempelajari ilmu pedang tiada tanding ini. Chandra merasa takut. Dia benar-benar takut.Setelah menghancurkan semua ilmu pedang di dinding batu, Chandra menghela napas panjang. Dia sudah mengingat Jurus Pedang Pertama. Ilmu pedang ini terlalu kuat, ingin melupakannya pun sulit. Setelah menghancurkan semua ilmu pedang di dinding batu, barulah Chandra sadar bahwa dirinya berada di tempat berbahaya. Dia mulai mencari jalan keluar. Namun, setela
Titan, sosok yang angkuh dan sombong, kini berdiri di puncak Tangga Langit Enam, mendekati Alam Sembilan. Di antara semua yang hadir, hanya Robi yang bisa menandinginya. Yang lain tak sepadan. Tanpa Robi menghalangi, mungkin tak ada yang bisa mengalahkannya. Saat ini, Titan tengah bertarung sengit melawan tiga orang sekaligus: Daniel, Theo Gondo, dan Wanto. Di sisi lain, Robi juga sedang bertarung melawan dua orang, Moho dan Aman, tuan besar Vila Pedang Deite. Meski melawan banyak lawan, baik Titan maupun Robi masih mampu menekan musuh-musuh mereka. Selain mereka berdua, semua orang telah terluka parah. Daniel, yang masih berada di tahap tengah Alam Delapan dan belum naik ke tangga langit, tubuhnya berantakan, darah mengalir dari sudut bibirnya, dan lengannya hampir terlepas.Titan dengan cepat menyerang, mengarahkan satu telapak tangan ke arah Wanto. Wanto, yang tahu betapa mengerikannya Titan, segera menghindar.BOOM!Telapak tangan Titan menghantam dinding batu, meninggalkan jejak
Setiap orang tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Di tengah ketegangan, Robi dan Titan memerintahkan Chandra untuk mencari Pil Emas Sembilan Putaran. Di hadapan mereka ada sebuah pintu rahasia. Di bawah tatapan penuh harap, Chandra melangkah menuju pintu itu dan mulai mendorongnya perlahan. Pintu itu tidak memiliki mekanisme khusus, tetapi sangat berat, berbobot ribuan jin. Chandra harus mengaktifkan energi sejatinya untuk bisa membukanya.SREK!Pintu rahasia terbuka perlahan, dan debu beterbangan di udara. Chandra melambaikan tangannya untuk menyingkirkan debu dan masuk ke dalam ruangan kecil berukuran sekitar sepuluh meter persegi. Di dinding batu, terdapat beberapa kotak kecil. Dia memeriksa kotak-kotak itu satu per satu. Semua kotak kosong, kecuali yang terakhir. Di dalam kotak terakhir, dia menemukan sebuah botol kecil yang berkilauan. Hatinya bersorak; dia yakin bahwa botol itu berisi Pil Emas Sembilan Putaran. Tanpa membuka botol tersebut, Chandra menyimpannya dan kelu
Chandra, setelah berhasil menembus Alam Mahasakti, meninggalkan Gunung Langit dan tiba-tiba muncul di istana Negara Naga. Kehadirannya disambut oleh Maggie yang segera muncul di hadapannya.“Kak Chandra, sudah berhasil menembus batas? Kok cepat sekali keluar dari pengasingan?” tanya Maggie dengan nada terkejut.“Hmm,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah menembus Alam Mahasakti.”“Ha?!” Maggie terbelalak kaget. “Baru … baru Alam Mahasakti?”Chandra mengangguk sekali lagi, lalu bertanya, “Iya, memangnya kenapa?”Maggie tampak bingung sekaligus heran. “Tapi, Kak … bukankah sebelumnya Kakak berhasil mengalahkan seorang pesilat dengan empat segel kekuatan? Bagaimana mungkin Kakak baru sekarang menembus Alam Mahasakti?”Maggie merasa sulit menerima kenyataan ini. Jika apa yang dikatakan Chandra benar, maka sebelum menembus Alam Mahasakti pun, Chandra sudah memiliki kekuatan luar biasa untuk mengalahkan lawannya. Jadi, seberapa besar sebenarnya kekuatan Chandra? Chandra hanya tersenyum tip
Energi spiritual dari alam terus mengalir masuk ke tubuh Chandra, diserap dan dimurnikan menjadi energi sejati. Tubuhnya mengalami perubahan signifikan, dan kecepatan kultivasinya meningkat berkali-kali lipat. Kini, dia mampu menyerap energi spiritual sepuluh hingga seratus kali lebih cepat dibanding sebelumnya. Energi sejati-nya terus berkembang tanpa henti. Waktu berlalu tanpa terasa. Dalam sekejap, Chandra telah berlatih di Gunung Langit selama setengah bulan. Setelah setengah bulan, dia merasakan batas dari kekuatannya. Energi sejati-nya tidak lagi bisa bertambah, seperti terbentur tembok tak terlihat. Di atas kepalanya, dia dapat merasakan adanya penghalang tak kasat mata—sebuah dinding yang membatasi kultivasinya, menahan energi sejati-nya untuk terus berkembang. “Pecah!” Chandra mengerahkan seluruh kekuatannya. Dengan tinju yang dipenuhi energi sejati, dia menghantam penghalang itu dengan keras. Tubuh barunya memiliki kekuatan luar biasa, bahkan lebih besar daripada
Enam tahun ke depan akan menjadi masa terakhir bumi menikmati kedamaian. Chandra bertekad untuk memastikan bahwa selama waktu ini, makhluk dari Alam Niskala tidak semena-mena mengganggu bumi. Namun, Chandra tahu dirinya belum cukup kuat untuk sepenuhnya menghabisi para makhluk dari Alam Niskala. Setelah diskusi singkat dengan para pemimpin Negara Naga, Chandra meninggalkan istana. “Kak Chandra,” Maggie memanggilnya sambil menyusul dari belakang. “Tiga tahun lalu, tempat tinggalmu sudah dirobohkan, tapi aku menyimpan buah ungu yang kamu letakkan di dalam brankas dengan baik.” Tiga tahun lalu, Chandra mendapatkan sebuah buah misterius berwarna ungu. Namun, karena dia saat itu sedang fokus menyerap energi Feng Yuan, buah itu tidak sempat dikonsumsinya. Hingga kini, buah itu masih tersimpan dengan aman. “Ambilkan untukku,” perintah Chandra. Maggie mengangguk. “Baik, tunggu sebentar.” Tidak butuh waktu lama, sekitar sepuluh menit, Maggie kembali dengan membawa buah ungu itu. Mes
Sandra berusaha menenangkan emosinya. Setelah melepaskan pelukannya, dia berdiri di samping Chandra. Meski air mata masih membekas di wajah Sandra, senyum bahagia mulai merekah. “Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah kamu sudah mati tiga tahun lalu? Sekarang, kenapa kamu bisa hidup kembali? Dan kekuatanmu ... bahkan Yamesa pun bukan tandinganmu,” tanya Sandra penuh rasa ingin tahu. “Benar,” Maggie menimpali. “Yamesa itu pesilat kuat dari Alam Niskala, berada di Alam Mahasakti, dan telah membuka empat segel tubuh manusia. Tapi dia kalah begitu mudah darimu. Bahkan, kau membunuhnya tanpa kesulitan.” “Empat segel tubuh manusia, ya?” Chandra bergumam pelan, tampak berpikir. Chandra tidak terlalu tahu detail kekuatan Yamesa. Tapi, dalam pertarungan tadi, dia benar-benar menghancurkan Yamesa dengan mudah. Bahkan, dia hanya menggunakan sebagian kecil dari kekuatan tubuh barunya. Dia sendiri tidak tahu seberapa kuat tubuhnya jika menggunakan seluruh kekuatannya. Juga, dia masih bertan
Yamesa adalah sosok yang sangat kuat. Dia telah mencapai Alam Mahasakti dan berhasil membuka empat segel tubuh manusia. Dengan kekuatan ini, di bumi, dia hampir tak tertandingi. Yamesa selalu berpikir bahwa di bumi, tempat seni bela diri sudah mulai memudar, dia bisa bertindak semaunya. Dia bahkan berambisi untuk merebut Negara Naga dan menjadi rajanya. Namun, ambisi itu hancur ketika dia bertemu seorang pemuda bernama Chandra. Hanya dengan satu serangan, Chandra menghancurkan Yamesa. Tulang di lengan Yamesa hancur berkeping-keping. Dia jatuh ke tanah dengan keras, mencoba bangkit dengan susah payah. Wajahnya dipenuhi ketakutan saat menatap Chandra. "Kamu ... kamu siapa sebenarnya?" Yamesa bertanya dengan suara bergetar. "Dari aliran mana asalmu? Bahkan di Alam Niskala, aku belum pernah mendengar tentangmu. Apa kamu juga berasal dari Alam Niskala?!" Sebagai pendekar hebat dari Alam Niskala, Yamesa telah bertemu dengan banyak talenta muda di sana. Jikapun dia belum bertemu la
Saat seorang murid dari Paviliun Pedang melancarkan serangannya dengan kekuatan penuh, kecepatannya begitu luar biasa hingga Paul dan yang lainnya hanya bisa tertegun, wajah mereka dipenuhi keterkejutan. Namun, di tengah situasi genting itu, Chandra mengangkat tangannya. Dengan dua jari, ia menjepit pedang panjang yang diarahkan padanya. Murid Paviliun Pedang itu terhenti. Ia baru saja melangkah ke Alam Mahasakti, mengerahkan seluruh kekuatannya. Tapi serangannya bahkan tidak membuat Chandra, pria berbaju hitam di depannya, mundur sedikit pun. Siapa sebenarnya orang ini? pikirnya, kebingungan. Ekspresi Chandra tetap datar. Ia menekan pedang itu dengan sedikit kekuatan. Krek! Pedang itu patah, dan dalam sekejap, energi dahsyat dari Chandra menghantam tubuh murid Paviliun Pedang, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang. "Apa-apaan ini?" Yamesa berseru, wajahnya penuh keterkejutan. Yamesa sangat mengenal kekuatan adik seperguruannya, seorang yang baru saja menembus A
Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah
Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar