"Karman, kamu kenapa bersuara keras-keras begitu?" tanya Alden dengan nada tinggi segera setelah Nova pergi. Dia berpaling dan menatap sosok Karman yang sebenarnya adalah Robi. Alden bertanya dengan nada tegas, "Apa maksudmu, heh? Kenapa begitu kamu menyebut Chandra, Ketua Langit Mistika langsung pergi?"Robi hanya mengangkat bahu dengan enteng dan menjawab, "Saya cuma menduga bahwa Ketua Langit Mistika itu adalah Robi. Siapa sangka tebakanku benar.""Oh ya?" Alden masih tidak percaya."Iya, saya tadi hanya menduga, jadi saya coba tes. Coba pikirkan, di seluruh dunia ini, siapa lagi yang memiliki kekuatan seperti itu selain Robi?"Kata-kata Robi, meskipun hanya berdasarkan dugaan, membuat Alden tidak bisa meragukannya. Memang masuk akal. Robi telah mendapatkan manfaat terbesar dari Kura Sakti; kekuatannya memang yang terkuat di dunia.Saat itu, Alden ingin membunuh Ronald. Ronald terluka parah, bahkan salah satu lengannya telah terputus. Ronald mengira dirinya pasti akan mati, tetapi k
Chandra terbangun, perlahan membuka matanya, dan yang pertama terlihat adalah langit-langit berwarna putih. "Aku ... aku di mana?" Suara Chandra terdengar lemah saat dia mencoba berbicara. Chandra mencoba untuk bangun, namun segera merasakan sakit yang sangat hebat. "Ah..." Rintihan kesakitan terdengar.Nova yang tertidur seketika tersadar, dan segera menggenggam tangan Chandra. "Suamiku, aku di sini, aku ada di sini. Nggak apa-apa, jangan takut." Suara Nova menenangkan Chandra. Chandra perlahan memalingkan kepalanya, melihat Nova yang duduk di sampingnya, dan berkata dengan lemah, "Nova, kamu... kenapa kamu di sini? Oh iya, aku di mana?"Pada saat itu, pikiran Chandra sangat kacau. Banyak hal yang tidak bisa dia ingat. Chandra menutup mata, mencoba mengingat kembali. Setelah sesaat, barulah dia teringat. Dirinya pergi ke Negara Meguya. Di Negara Meguya, Chandra tertangkap, dan akhirnya Ronald mengambil energi sejati miliknya, setelah itu dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi s
Chandra adalah berkah besar bagi keluarga Kurniawan. Berkat identitas Chandra, keluarga ini mendapatkan pengaruh yang kuat di Rivera. Tidak ada yang berani melawan keluarga Kurniawan, bahkan keluarga besar lain pun harus memberi hormat kepada mereka. Dalam waktu hanya beberapa bulan, bisnis keluarga Kurniawan telah berkembang pesat, meningkat beberapa kali lipat, dan saat ini perusahaan mereka, Yorda Group, sedang bersiap untuk go public. Begitu sahamnya terdaftar, maka itu akan menjadi momen besar untuk mengumpulkan kekayaan lebih banyak lagi.Ketika melihat Chandra telah sadar, wajah Hendro terlihat sangat bahagia. Dia mendekat sambil berkata, "Kakak ipar, kamu sudah bangun. Bagus lah"Nova merasa Chandra masih membutuhkan banyak istirahat. Dia segera memberi isyarat kepada Hendro untuk pergi. "Kalau nggak ada hal yang penting, mungkin lebih baik kamu pulang dulu," ujarnya."Oke, Nova," Hendro menjawab tanpa rasa kecewa dan langsung meninggalkan ruangan.Setelah Hendro pergi, Nova d
Setelah memasuki rumah, segalanya tampak baru dan berbeda. Semua perabotan telah diganti. "Sayang, kamu mau makan apa? Aku masak buat kamu," tanya Nova dengan penuh perhatian."Terserah kamu saja," jawab Chandra tanpa banyak semangat. Chandra sebenarnya tidak terlalu lapar. Menyepi memang telah lama menjadi keinginannya, tapi kini ketika dia telah benar-benar menyepi, dia merasa belum siap karena tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan penyesalan di tempat yang tidak dikenal orang. Namun, dengan kondisi saat ini, Chandra merasa tidak mampu melakukan apa pun. Nova pun beranjak ke dapur.Chandra duduk di kursi roda. Dia ingin bergerak tetapi tidak bisa. Ronald benar-benar telah mengambil tindakan yang kejam. Serangan energi sejati yang mengerikan telah menghancurkan anggota tubuhnya, membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit. Dokter sudah memeriksa dan menyatakan bahwa anggota tubuhnya tidak bisa diselamatkan, harus diamputasi. Namun, Nova tidak setuju untuk melakukan amputasi. S
Chandra memutar kursi rodanya. Dia berada di pusat desa, di sebuah rumah besar yang berdiri sendiri. Rumah ini dibangun dari batu bata dan merupakan rumah satu lantai. Di halaman, Chandra melihat asap minyak keluar dari dapur. Melalui jendela, dia bisa melihat Nova yang sibuk di dapur. Melihat pemandangan itu, hati Chandra terasa tidak enak. Sangat tidak enak. Dia tidak ingin terus-menerus seperti ini."Ah!" Chandra berteriak dalam hati. Dia tidak berani berteriak keras-keras. Chandra takut jika dia berteriak, dia akan mengganggu Nova. "Aku nggak bisa seperti ini terus. Aku nggak bisa seumur hidup duduk di kursi roda." Hati Chandra dipenuhi tekad kuat. "Aku harus sembuh. Nggak ada pilihan lain." Chandra tahu, berada di posisinya saat ini, bahkan jika pun dia ingin pensiun dengan tenang, musuh-musuhnya tetap tidak akan mengizinkannya. Chandra memiliki banyak rahasia. Jika dalam pertempuran Negara Meguya, Alden tidak mati, Alden pasti tidak akan melepaskannya. Alden ingin mendapatkan
Nova mendekatinya lalu mencium kening Chandra dan mengusap wajahnya dengan lembut seraya berkata, “Tidur yang nyenyak, ya. Aku akan pulang menjelang malam.”Chandra merasa hangat ketika Nova mengusap wajahnya. Dia teringat bagaimana dirinya merawat Nova ketika mereka pertama kali bertemu. Dia tidak pernah menduga kalau sekarang giliran Nova yang merawatnya seperti ini. Chandra menutup matanya dan tidak mengatakan apa pun lagi. Kemudian Nova berbalik dan berjalan keluar kamar. Dia mengambil cangkul yang ada di halaman lalu berjalan keluar dari desa. Chandra menatap langit-langit dengan wajah bingung tanpa bisa menggerakkan tubuhnya. Waktu terus berlalu detik demi detik sampai akhirnya Chandra tertidur dengan perasaan yang dipenuhi dengan kebingungan. Entah pukul berapa ketika seorang laki-laki muncul di dalam kamar Chandra. Laki-laki itu berusia sekitar 40 tahunan dengan rambut pendek dan pakaian putih longgar. Dia berdiri di samping tempat tidur sambil menatap Chandra dengan raut wa
Di sebuah bungalo yang berada di Someria. Chandra berbaring dengan tenang di atas sebuah tempat tidur. Robi sudah menekan titik akupunktur Chandra yang membuat Chandra tidak akan bangun sampai Robi membuka titik akupunkturnya. Robi duduk di samping tempat tidur Chandra sambil menatap Chandra yang masih tertidur. Ekspresi wajah Robi tampak campur aduk tak menentu. Robi mengirim orang untuk memata-matai Chandra setelah pemuda itu pergi meninggalkan Gurun Selatan menuju Rivera tahun lalu. Robi tahu di mana pun Chandra berada. Dia juga tahu kalau Chandra pernah pergi ke Sekte Dantra. Robi pun juga pernah pergi ke Sekte Dantra sebelumnya. Bagaimanapun juga, Robi sudah pernah menjelajah dunia dan pergi ke berbagai macam sekte yang ada di dunia ini selama beberapa puluh tahun terakhir. Robi selalu pergi menuju sekte yang cukup terkenal sekaligus mempelajari ilmu bela diri dari sekte tersebut secara diam-diam. Oleh karena itu, Robi juga mengetahui tentang ilmu rahasia yang ada di catatan
“Oke, kalau begitu,” ujar Chandra dengan wajah penuh kegembiraan. Keinginannya yang terdalam adalah mengembalikan kekuatannya. Kitab Sembilan Kekuatan memiliki ilmu yang sangat mendalam dan dia tidak bisa memahaminya dengan baik. Selain itu, ilmu bela diri yang ada di dalam Kitab Sembilan Kekuatan merupakan salah satu ilmu bela diri yang terbaik di dunia. Robi diam-diam menyusup ke dalam Sekte Dantra sepuluh tahun yang lalu dan mempelajari ilmu bela diri yang ada di dalam sekte ini. Selain itu, dia juga sudah mempelajari banyak ilmu bela diri dari berbagai sekte lainnya yang ada di dunia ini. Tujuan dia mempelajari semua seni bela diri itu adalah agar dia bisa menciptakan seni bela diri yang tak terkalahkan di dunia ini.Walaupun Robi sebenarnya belum bisa mempraktikkan ilmu bela diri yang ada di dalam Kitab Sembilan Kekuatan, tapi secara garis besar dia sudah menguasai isi dari kitab itu. Robi mulai memberitahu Chandra semua yang diketahuinya tentang Kitab Sembilan Kekuatan secara d
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni