Semua orang terjebak dan ditangkap. Chandra merasa sangat cemas. Misi mereka kali ini adalah untuk menyelamatkan orang, tetapi bukan hanya gagal menyelamatkan orang, malah semua yang Chandra bawa ikut tertangkap. Dalam keadaan terdesak, Chandra segera mengeluarkan ponselnya. Namun, begitu ponsel itu dipegang, seutas kawat baja tiba-tiba meluncur cepat dan memotong ponselnya menjadi dua bagian. Dalam kepanikan, Pedang Penghakiman yang Chandra pegang pun terjatuh ke tanah. Begitu pedang itu menyentuh tanah, lantai di bawahnya langsung terbelah dan Pedang Penghakiman terjatuh ke dalam, diikuti dengan penutupan cepat dari lantai tersebut."Sialan." Chandra merasa benar-benar frustasi.Pada saat itu, Chandra mengaktifkan Ilmu Keabadian Vajra. Kulitnya berubah menjadi warna tembaga, dan di permukaan tubuhnya tampak lapisan cahaya tembaga yang samar. Itu adalah manifestasi dari penguasaan Ilmu Keabadian Vajra yang sempurna. Lapisan cahaya tersebut adalah energi yang terbentuk dari energi
Baik pencipta Ilmu Keabadian Vajra maupun orang yang menciptakan aura pembunuhan itu, keduanya merupakan tokoh dari era sebelum Raja Januar. Tidak banyak catatan tentang mereka dalam kitab kuno. Keluarga Zondah memang keluarga besar, tapi catatan yang mereka miliki hanya bersifat sepihak dan tidak terlalu rinci. Saat berbicara sampai di sini, Karman mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Jika benar Chandra telah menerima warisan dari pejuang legendaris seribu tahun yang lalu, maka pasti dia juga memiliki Jarum 81 Langit.""Jarum 81 Langit?" Alden menjadi termenung. Alden cukup mengenal Chandra dan tahu beberapa hal yang telah dilakukan Chandra. Dia memang tahu bahwa Chandra memiliki beberapa jarum perak. Namun, sebelumnya Alden tidak terlalu memperhatikannya. Alden kemudian bertanya, "Pak, sebenarnya apa itu Jarum 81 Langit?""Entah, saya hanya membaca sedikit catatan tentangnya dalam arsip keluarga, yang hanya menyebutkan 'menghidupkan kembali yang mati, mengubah takdir melawan al
Di sekeliling Chandra, kawat baja membentuk jaring yang memojokkannya. Jaring itu terus mengerut, mengikat Chandra dengan erat. Dengan segenap kekuatan, Chandra berhasil menghancurkan jaring itu. Namun, kawat baja itu aneh, sangat elastis; setelah terbuka, kawat-kawat itu mengkerut kembali, mengikat Chandra lebih kuat lagi. Meskipun Chandra memiliki perlindungan yang tidak terkalahkan, lapisan cahaya tembaga di permukaan tubuhnya telah retak, dan kawat baja itu telah terikat pada kulitnya. Hal itu membuat urat-urat di wajah Chandra menonjol.Chandra mengaktifkan Ilmu Keabadian Vajra sampai batas maksimum. Tidak peduli seaneh apa pun kawat itu, tidak bisa benar-benar mengikatnya. "Hancurkan!" teriak Chandra dengan marah. Kekuatannya meledak, jaring yang mengikatnya pun hancur berkeping-keping. Adegan itu terlihat jelas oleh kamera pengawas. "Wah, bukan main," kata Karman. Pria itu tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Hebat betul Ilmu Keabadian Vajra! Sampai bisa menghancurkan jar
Chandra terkejut. Dia adalah praktisi Alam Delapan dalam seni bela diri, dan sebuah pukulan dari tangannya bahkan bisa membuat sebuah gunung retak. Namun sekarang, pukulannya ke tubuh patung batu itu tidak mampu menghancurkannya. Patung itu terbuat dari batu apa sebenarnya?Saat Chandra masih terheran, patung-patung lain juga mulai menyerang. Posisi patung-patung itu sangat unik. Mereka menyerang Chandra dari berbagai arah. Chandra mendorong kekuatannya ke puncak, tetapi hanya bisa mendorong patung itu beberapa meter dan tidak mampu menghancurkannya."Sial," ucap Chandra pelan. Saat Chandra terdistraksi, sebuah pedang batu mengenai punggungnya. Meskipun Chandra memiliki perlindungan tubuh yang sangat kuat, dia tetap merasa sangat tidak nyaman. Rasanya seperti ada gunung besar yang baru saja menindihnya. Darah dalam tubuh Chandra bergolak. "Kurang ajar!" Chandra mengumpat sambil cepat menghindar. Sementara itu, Alden yang melihat adegan itu melalui kamera pengawas, tidak bisa menahan t
Di bawah terpaan cahaya yang sangat kuat, Chandra sama sekali tidak bisa membuka matanya. Suara mendengung yang terdengar dari sekitar membuatnya gelisah, dan dalam kondisi ini, Chandra tidak bisa membedakan situasi di sekelilingnya. Tombak-tombak terus menerus menyerangnya. Dan meskipun Chandra tidak terluka, serangan itu tetap saja membuat Chandra merasa hampir tidak tahan.Melihat keadaan ini, Alden tiba-tiba berdiri. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Karman segera. Wajah Alden tampak serius, "Chandra terlalu kuat, aku tidak tenang. Aku akan pergi sendiri untuk menyelesaikannya, jika tidak, mungkin akan terjadi hal yang tidak diinginkan." Alden tahu bahwa ini adalah kesempatan terbaik untuk menaklukkan Chandra. Sekali Chandra bisa memecahkan formasi lagi, maka masalah akan terjadi.Setelah berkata demikian, Aleden pun pergi. Ketika dia tiba di area di mana Chandra berada, dia sudah memakai pelindung mata yang bisa melindungi dari cahaya yang kuat. Sementara itu, Chandra terus menghin
Tubuh Alden terhempas keras ke dinding besi. Ia pun terjatuh ke lantai. Seketika, darah segar tersembur dari mulutnya. Chandra menatap Alden dengan wajah datar. Dia melangkah perlahan mendekati Alden. Alden berdiri pelan, mengusap darah di sudut mulutnya, dan menyunggingkan senyum tipis saat melihat Chandra mendekat."Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh …." Alden mulai menghitung. Seketika itu juga, kegelisahan mulai menyelimuti hati Chandra. "Tiga, dua, satu." Begitu kata terakhir terucap, Chandra merasakan sakit yang menyengat di telapak tangannya. Dia menunduk dan melihat telapak tangannya sudah berubah menjadi hitam.Wajah Chandra pucat, dia mundur tergesa-gesa beberapa langkah. Rasa sakit menyelubungi seluruh tubuhnya, Chandra tidak bisa lagi menggerakkan energi-nya. Setiap kali mencoba, rasa sakit teriris menusuk tubuhnya. Chandra berguling kesakitan di tanah. "Hahaha ...." Alden tertawa terbahak-bahak. "Chandra, kamu masih terlalu remeh berhadapan denganku. Kamu tidak menduga
Chandra memukul Alden. Alden meracuni dirinya sendiri sehingga ketika Chandra menyentuhnya, dia terkena racun dan akhirnya terjatuh ke tangan Alden.Sekarang, Chandra terkurung di penjara yang gelap dan lembap. Dia tidak hanya diracuni parah, tapi juga terkena titik akupunktur yang membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali sementara tubuhnya terasa sangat sakit. Chandra adalah seorang yang belajar ilmu pengobatan. Dia tahu bahwa ini adalah jenis racun yang sangat mengerikan yang disebut Racun Dukun.Racun Dukun tidak hanya merusak tubuhnya, tapi juga ada cacing yang menggerogoti dagingnya. Rasa sakit itu membuat Chandra merasa lebih baik mati saja. Chandra berbaring di lantai, merasakan sakit di kepalanya."Tidak bisa, aku harus segera membebaskan titik akupunktur dan membunuh cacing di dalam tubuh ini," pikir Chandra sambil menggertakkan giginya. Chandra pun mulai mencoba menggerakkan energinya."Ah!" Saat Chandra menggerakkan energi dalam tubuhnya, cacing dalam tubuh Chandra menjad
Baru saja melangkah masuk, mekanisme jebakan ruangan itu terpicu, sehingga pintu keluar pun seketika diblokir. Kadir mundur sejenak, mengumpulkan energi-nya, kemudian memukul dengan keras. Meski kekuatannya luar biasa, dia tetap tidak bisa membuka pintu batu di sana. Wajah Kadir tampak serius saat dia memperhatikan sekeliling. Kadir sedang berusaha mencari mekanisme untuk membuka pintu batu agar bisa melanjutkan misi penyelamatan."Kadir …," terdengar suara dari belakang. Kadir berbalik dan melihat Rully. "Ada apa?" tanya Rully mendekat."Melihat keadaan ini, sepertinya sudah terjadi pertarungan hebat. Kemungkinan besar Chandra dan yang lainnya mungkin sudah tertangkap. Sekarang jalannya diblokir, aku sedang cari cara," jelas Kadir."Biar kucoba." Rully mengangkat tangannya, mengumpulkan energi di telapak tangannya, dan memukul dengan kuat. Boom! Terdengar suara gemuruh yang mengguncang. Pintu batu itu bergetar sejenak. "Tidak ada gunanya," ujar Kadir. "Pintu batu ini sangat berat
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni