“Ternyata karena dia.” Setelah mengetahui alasannya, Nova malah merasa agak kecewa.Sebab anggota Keluarga Atmaja yang Nova selamatkan yang mana juga merupakan lelaki bertopeng yang menyelamatkannya itu, sudah dibunuh oleh Arya.Nova selamanya tidak akan mengetahui identitas orang itu. Dia bahkan tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan orang yang selalu membantunya dengan diam-diam. Itulah sebabnya Nova merasa kecewa.Pada saat ini, kedatangan seorang tokoh besar lagi.Ketika orang itu melihat Chandra, dia pun langsung merinding, dan bahkan kakinya juga terasa lemas hingga hampir terjatuh.Dia segera berjalan mendekati mereka dan menyapa, “Tuan Chandra, Nona Nova.”“Ayah.”Begitu Eko datang, Wahyu pun merasa lebih tenang. Dia lalu berkata, “Ayah, mereka suruh aku bersujud.”Sebelumnya lantaran dalam kondisi terpaksa, Wahyu pun memaksakan diri untuk bersujud.Tapi sekarang ayahnya sudah datang.Keluarga Sutijo tidak termasuk dalam Empat Keluarga Kaya, tapi dia lebih kuat daripada Em
Hanya karena menyelamatkan orang itu, para tetua ini malah jadi bersikap begitu sopan terhadap Nova. Hanya saja, sebenarnya siapa orang yang sudah diselamatkan Nova?Padahal dia sudah mati, kenapa tokoh-tokoh besar ini masih bersikap hormat pada orang itu? Setelah para tokoh besar membantu Nova, mereka pun tidak lagi mengganggu Nova.Jangan-jangan mereka berutang budi terhadap si lelaki bertopeng?Sekarang budi sudah dibalas, apa mereka tidak akan menggubris Nova lagi?Emm, pasti seperti ini.Para hadirin pada menebak-nebak.Ketika memikirkan hal ini, semua orang tidak pergi menjilat Nova lagi. Daripada menjilat Nova, lebih baik mereka menjilat para tokoh besar itu.Di ujung ruangan.Nova sedang terbengong. Chandra pun duduk di sampingnya, lalu berlagak kesal. “Nova, jujurlah padaku. Apa yang sudah terjadi?”“Hah?” Nova baru merespons. Ketika melihat wajah emosi Chandra, dia segera meminta maaf, “Suamiku, maaf, ya. Aku benar-benar minta maaf. Aku sendiri bahkan masih bingung dengan mas
Nova sungguh terkejut. Dia hanyalah seorang rakyat biasa, tidak pernah bertransaksi dengan uang yang nilainya sebesar itu. Uang triliun adalah jumlah yang sangat besar baginya. Keluarga Kurniawan memang memiliki aset senilai triliunan, tapi itu adalah nilai dari perusahaannya. Sudah lumayan apabila keluarga seperti Keluarga Kurniawan bisa memiliki uang tunai sebesar ratusan miliar.Sementara perusahaan seperti Arthur Group memang memiliki nilai pasar ratusan triliun, tapi nilai ratusan triliun hanyalah aset maya saja.Apabila terjadi sesuatu terhadap Arthur Group, misalnya perputaran dana terputus atau perusahaan tidak bisa beroperasional dengan normal, hal ini akan mengakibatkan penurunan nilai pasar perusahaan.Ratusan triliun ini bisa jadi berubah menjadi puluhan triliun, miliaran atau tidak bernilai, dan bahkan bisa minus.Sekelompok bos sedang berkumpul. Mereka sedang membahas masalah investasi mereka terhadap pusat bisnis itu.Mengenai semua ini, Nova tidak begitu memahaminya. D
Keberadaan Duma sudah tidak penting lagi bagi Chandra. Dia lalu bertanya dengan tenang, “Bagaimana dengan Tristan?”Paul langsung membalas, “Nama asli Tristan adalah Margo. Dia juga sama seperti Duma, datang ke Rivera pada tahun 80-an. Hanya saja, dia lebih sadis daripada Duma.”“Dulu dia punya seorang pengikut. Hanya saja pengikutnya menyinggung seorang tokoh besar, alhasil satu jarinya dipotong.”“Kemudian dia pun mengubah namanya menjadi Tristan, yang mana artinya gagah berani. Sama seperti Duma, Chandra juga punya banyak bisnis. Tapi dia lebih fokus di dunia rentenir.”Paul menjelaskan semua yang diketahuinya dengan detail. “Selain itu, Empat Keluarga Besar sudah bergabung sekarang. Mereka juga sudah menghubungi Duma, dan sekarang mereka sedang mencari Tristan.”Setelah mendengar sampai di sini, ekspresi wajah Chandra semakin serius lagi.“Delapan hari lagi adalah hari peringatan kematian Kakek, Ayah, dan anggota Keluarga Atmaja lainnya. Aku akan membunuh mereka semua untuk membal
Para penanggung jawab dari Empat Keluarga Besar dan para tokoh besar sedang berkumpul di dalam vila.Di antaranya terdapat Romi Sinaga si Penanggung Jawab Keluarga Sinaga, Lukas Wangsa si Penanggung Jawab Keluarga Wangsa, Kusnadi Tedjo si Penanggung Jawab Keluarga Tedjo, dan Doni Cahyadi si Penanggung Jawab Keluarga Cahyadi.Keempat orang ini adalah tokoh yang cukup berpengaruh di Kota Rivera. Pada saat ini, raut wajah mereka terlihat sangat serius.Selain keempat orang itu, masih ada banyak tokoh-tokoh hebat lainnya.Seorang lelaki berusia sekitar 50 tahunan yang agak gemuk sedang memainkan sebutir mutiara di tangannya. Si lelaki mengenakan kaus putih dengan kalung emas di lehernya. Tak hanya itu saja, di atas pundaknya juga terdapat seekor burung kakaktua. “Duma, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Romy melihat lelaki yang sedang memainkan mutiara di tangan. Orang itu tak lain adalah Duma.Duma langsung melirik lelaki yang bertampang galak. Di atas wajah si lelaki terdapat bekas
Raut wajah Chandra berubah menjadi sangat menyeramkan.“Ingin main-main? Oke, aku akan temani kalian.” Kemudian Chandra memerintah, “Suruh Arya menemuiku di Klinik Mortal.”Paul melirik Chandra sekilas. Dia ingin sekali mengatakan kalau Arya bukanlah bawahanmu. Tapi dia tidak berani mengatakannya.Alhasil Paul langsung berjalan ke samping, lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Arya.“Arya, iya, ini aku. Kak Chandra suruh kamu ke Klinik Mortal.”Arya baru saja pulang dari pangkalan militer. Dia bahkan belum sempat duduk, dan langsung menerima panggilan dari Paul.Amarah Arya seketika meledak. Dia langsung menendang pintu rumahnya hingga rusak.“Beri tahu Chandra, aku bukan bawahannya yang bisa dipanggil sesuka hatinya.”Suara tendangan terdengar keras di telinga Paul. Dia terkejut spontan melirik Chandra sekilas.Kemudian Paul berbisik, “Arya, aku sarankan lebih baik kamu datang sesegera mungkin. Emosi Kak Chandra sudah berada di ujung tanduk. Kalau dia nggak berhasil menahannya, s
Akhirnya Arya menghela napas lega. Sebelumnya dia sudah sempat menyelidiki latar belakang Chandra. Temperamen Chandra memang buruk, tapi dia tidak akan melukai orang yang tidak bersalah. Dia hanya melukai orang yang memang pantas untuk mati.Jika hanya mati puluhan orang saja, sepertinya hal ini juga bukanlah masalah serius.“Ini adalah terakhir kalinya aku membantumu.” Arya langsung berdiri dan berjalan pergi.Setelah Arya pergi, Chandra juga tidak tinggal lama lagi. Dia berpamitan dengan Paul, lalu meninggalkan Klinik Mortal, dan kembali ke rumah Nova.Setibanya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Saat ini Nova juga sudah pulang. Baru saja Chandra menutup pintu rumah, dia pun langsung dimarahi oleh Yani, “Ke mana kamu seharian ini? Nggak usah masak lagi, ya?”Chandra berjalan masuk rumah, lalu menjelaskan, “Tadi aku ketemu teman lama. Jadi mengobrol sebentar.”“Ibu ….” Nova segera maju untuk membela Chandra, “Ibu, Chandra itu suamiku, bukan pembantu rumah ini. Dia
Nova terlihat duduk di depan komputer, dia sedang mendesain busana.Chandra juga tidak mengerti dengan apa yang sedang dikerjakan Nova. Jadi dia pun tidak mengusik Nova. Dia pergi mengambil tikar dan meletakkannya di atas lantai.Kemudian Chandra tidur sambil menatap sosok Nova yang begitu serius dalam bekerja. Tanpa sadar, Chandra pun tersenyum.Keesokan harinya.Mobil Hendro yang ditabrak sudah selesai diperbaiki. Hari ini dia mesti membawa mobilnya pulang dari bengkel, sekalian mengurus prosedur klaim asuransi dan lain sebagainya.Yani tentu pergi menemani Hendro.Sebelum pergi, Yani pun bertanya, “Chandra, apa kamu bisa setir mobil?”Chandra mengangguk. “Emm, bisa.”Yani melempar kunci mobil, lalu memerintah, “Helen pulang hari ini. Kamu jemput dia pakai mobil Hendro.”Chandra menggaruk kepalanya dan bertanya, “Helen? Siapa dia?”Nova yang berada di samping Chandra pun menjelaskan, “Dia itu adik sepupuku, namanya Helen Sinjaya. Dia baru saja tamat kuliah, dan magang di luar kota. S
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd