Muncul sebuah papan batu. Nova ingat bahwa Chandra mendapatkan Kitab Pengobatan di bawah patung naga yang ada di gua. Dia mencoba membuka papan batu tersebut dan menemukan sebuah kotak di bawahnya.Nova mengeluarkan kotak tersebut dan memperhatikannya dengan saksama sambil bergumam, “Bagaimana membukanya? Apakah perlu Jarum 81 Penghancur?”Akan tetapi, di tembok batu tersebut tidak memuat informasi mengenai keberadaan Jarum 81 Penghancur. Dia mencoba mengingat kembali dan sepertinya Jarum 81 Langit milik Chandra ditemukan di tubuh patung naga.Nova mulai menggeserkan bebatuan tersebut dan ternyata dia menemukan sebuah kawat besi berwarna hitam. Dia memperhatikan kawat tersebut yang sama persis dengan milik Chandra selain warnanya saja yang berbeda.Dia juga ingat kalau ketika Chandra masuk ke keluarga Kurniawan, dia bahkan pernah menyambungkan Jarum 81 Langit milik Chandra menjadi kawat untuk menjemur pakaian dalam. Wajahnya memerah ketika memikirkan itu. Sebersit raut bahagia menghias
Nurta tidak bisa mencari tahu apa pun tentang Ruby. Oleh karena itu Chandra tahu bahwa yang menculik perempuan itu sudah pasti bukan orang biasa. Dengan kemampuan Nurta, dia masih belum bisa menyentuh tahap itu.Sekarang Chandra sendiri harus pergi ke Negara Sirla yang ada di perbatasan Elang Besar. Siapa tahu dia bisa mendapatkan informasi tentang Ruby dan siapa yang menangkapnya.“Ayo, kita ke Sirla. Paul, segera pesan tiket!” perintah Chandra.“Baik.” Paul mengangguk dan mengeluarkan ponselnya untuk memesan tiket. Lily hanya mengikuti Chandra dari belakangnya.Sudah selama satu hari dia mengikuti lelaki itu, tetapi Lily masih tidak tahu apa yang dilakukan oleh Chandra. Dia tidak tahu siapa orang yang tengah dicari oleh lelaki itu.“Kak Chandra, siapa orang yang kamu cari? Siapa sebenarnya orang yang bernama Ruby itu? Apakah dia begitu penting bagimu? Jangan-jangan dia istrimu?” tanya Lily di belakang tubuhnya.Chandra menggeleng dan menjawab, “Bukan. Masalah ini sangat rumit dan ngg
Chandra berpikir sejenak. Yang pertama seharusnya orang yang dia perintahkan untuk mencari tahu. Yang kedua sudah pasti orang-orangnya Nurta.“Mereka diculik oleh siapa?”Perempuan pemilik kontrakan itu berpikir dan berkata, “Sekitar dua bulan yang lalu, saya ingat tanggal 5 Januari, tepatnya di malam hari, dari kamar mereka terdengar suara orang berantem. Saya keluar untuk melihat keadaan, dan melihat mereka sudah dibawa pergi oleh orang asing.”“Siapa?” tanya Chandra.“Nggak tahu, nggak jelas.”“Warna kulitnya?”“Ada warna kuning langsat, putih, dan beberapa yang berkulit gelap.”“Di sini ada kamera pengintai?”“Nggak ada.”Chandra menanyakan banyak sekali pertanyaan pada pemilik kontrakan tersebut, tetapi tidak ada fungsinya sama sekali.“Lily, ambil kembali uangnya. Informasi itu nggak ada gunanya buatku dan nggak pantas diberikan uang sebanyak itu,” ujar Chandra. Hanya perlu satu telepon dari Lily, maka pihak bank akan mengembalikan uangnya.Mendengar itu pemilik kontrakan tampak
Energi sejati Bintang Iblis cenderung lembut, dingin dan juga pasif. Berbanding terbalik dengan Pernapasan Bintang Biduk yang dilatih oleh Chandra yang bersifat kuat, panas dan aktif. Nova teringat dengan Grace.Karena energi sejati Grace cenderung pasif dan dingin, sehingga dia dan Chandra saling melengkapi dan bisa mempraktekkan metode latihan rahasia yang terdapat dalam Lukisan Gunung Merabu. Meski dalam hatinya tidak rela, dia harus mengakui kalau dia tidak bisa membantu Chandra dalam hal ini.Kalau sekarang dia berlatih Pernapasan Bintang Iblis dan bisa mendapatkan energi sejati Bintang Iblis, maka dia bisa bersama dengan Chandra berlatih ilmu yang terdapat dalam Lukisan Gunung Merabu. Membayangkan itu membuat sebuah keyakinan timbul dalam hati Nova.Dia mencoba berlatih Pernapasan Bintang Iblis. Prosesnya mirip dengan Pernapasan Bintang Biduk. Nova berlatih Pernapasan Bintang Biduk dan sekarang berlatih Pernapasan Bintang Iblis. Dengan begitu dia akan mengalami kemajuan yang sang
Di dalam kamar tersebut ada seorang emat yang membawakan teh.“Maaf, kamarnya terbatas. Malam ini kalian tidur di sini dulu,” ujar lelaki tua itu.“Iya, nggak apa-apa,” jawab Chandra.“Oh iya, kami datang dari Someria. Sebelumnya nggak pernah dengar Gedung Rades dan aku tertarik dengan adat di negara lain. Bisakah kamu menceritakan sejarah dari Gedung Rades ini?”“Oh, seperti itu. Tapi hari ini sudah sangat larut, kalian istirahat dulu. Besok pagi baru saya ceritakan secara lengkap, bagaimana?”“Baik.”“Selamat istirahat, saya pamit dulu,” ujar lelaki itu sambil menunduk kemudian berbalik pergi.“Bos, ada penemuan apa?” tanya Paul setelah lelaki itu pergi.“Sedikit aneh,” jawab Chandra dengan wajah keruh.“Aneh?”“Apa yang aneh? nggak ada yang aneh,” sahut Lily sambil menatap Chandra dengan bingung.Chandra mengerutkan keningnya dan berkata, “Begitu masuk ke kastil, aku merasakan aura dingin yang memantau dalam kegelapan. Seperti ada sesuatu yang jahat tengah mengintaiku dan membuatku
Chandra dapat mendengar suara teriakan yang samar. Setelah didengar dengan lebih teliti lagi, dia tahu bahwa suara tersebut berasal dari bawah tanah. Chandra juga menebak bahwa kastil ini seharusnya ada penjara bawah tanah yang mengurung cukup banyak orang. Namun dia tidak tahu ada siapa saja yang dikurung di dalam sana.Lelaki itu tampak tenggelam dalam pikirannya. Sesaat kemudian, dia memutuskan untuk turun ke bawah dan melihat keadaan penjara bawah tanah. Kemungkinan Ruby dikurung di sini. Chandra memperhatikan kastil ini dan mencoba mencari pintu masuk menuju bawah tanah.Akan tetapi dia tidak menemukannya sama sekali. Chandra duduk bersila dan memejamkan matanya. Pikirannya masuk dalam kondisi jernih dan mulai menebak arah melalui suara yang dia dengar. Ada banyak sekali suara di telinganya dan suara tersebut berasal dari interaksi di dalam kastil.Chandra secara otomatis mengabaikan suara-suara tersebut. Namun detik selanjutnya dia mendengarkan sebuah percakapan,“Ketua, malam i
“Benar.”“Kastil Rades dan prajurit kuno Someria nggak ada masalah apa pun. Lalu apa maksudmu?”“Nggak ada masalah?” ulang Chandra sambil tersenyum miring. Ekspresi wajahnya berubah keruh dan dengan dingin dia bertanya, “Kalau begitu dua bulan lalu apakah ada ibu dan anak dari Someria yang dibawa ke sini?”Ekspresi Ketua yang bernama Radeska itu seketika berubah. Dari raut wajahnya, Chandra yakin jika Ruby dan ibunya dibawa ke sini. Sedetik kemudian, tubuh Chandra mengeluarkan aura menyeramkan. Dia bergerak dengan cepat dan langsung berdiri di hadapan Radeska.Kecepatannya sangat cepat hingga membuat Radeska tidak bisa menyadari apa yang terjadi. Tiba-tiba sebuah pedang panjang sudah berada di lehernya. Chandra sudah mengeluarkan Pedang Penghakiman dan mengarahkannya ke leher lelaki itu.“Jangan bilang aku nggak kasih kamu kesempatan untuk hidup. Jawab semua pertanyaanku! Kalau jawabanmu nggak membuatku puas, maka jangan salahkan aku!”Perasaan takut menghampiri hati Radeska. Dia yang
Baru pertama kalinya Chandra mendengar Peringkat Akash. Setelah mengetahui bahwa orang tersebut adalah orang dari posisi teratas dari seluruh dunia, Chandra menjadi tertarik. Dia menyimpan pedangnya dan bertanya,“Aku tertarik dengan Peringkat Akash. Coba jelaskan.”Dia menyimpan Pedang Penghakiman dan menarik kembali kekuatannya. Setelah itu Radeska baru merasa jauh lebih mendingan. Sedangkan lelaki tua berbaju merah juga tampak menghela napas lega. Jika tidak, dia bahkan tidak berani bernapas sama sekali. Kedua kakinya lemas dan tersungkur di lantai dalam seketika.Radeska mengusap keringat di wajahnya. Dia menatap Chandra dan badannya gemetar hebat. Radeska memang pernah mendengar kehebatan dari prajurit kuno Someria. Namun selama ini dia belum pernah menyaksikannya.Setelah hari ini melihatnya langsung, dia dibuat terkesima dan tercengang. Radeska berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Hingga beberapa saat kemudian dia berkata,“Peringkat Akash dibentuk ratusan tahun lalu. Ket
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal