Setelah Chandra mulai memurnikan dan menyerap inti dalam Kura Sakti, berbagai keinginan yang belum pernah dia miliki sebelumnya muncul di benaknya. Terlebih lagi, keinginan tersebut sangat kuat.Chandra berhenti sejenak dan tidak menyerap inti dalam itu untuk sementara waktu. Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Nova.Di sisi lain, Nova sudah dalam perjalanan menuju ke bandara. Begitu menerima telepon dari Chandra, dia langsung angkat telepon dan bertanya, “Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?”“Begini, Nova. Saat aku memurnikan dan serap inti dalam Kura Sakti, begitu aku serap energi dari inti dalam itu, darahku langsung terasa seperti mendidih. Selain itu, ada keinginan kuat yang muncul di dalam pikiranku. Kondisinya hampir sama dengan Darah Kuramu. Aku mau minta Metode Pemeliharaan Tubuh yang kamu latih. Aku mau lihat bisa nggak hilangkan efek negatifnya dengan metode itu.”Chandra menjelaskan situasinya kepada Nova secara singkat dan jelas.“Hmm.” Nova ber
“Oh, kerja sama?”Yuli, kepala keluarga Luandi, melirik Sonia sambil mengerutkan bibirnya dan tersenyum, “Kerja sama dalam bentuk apa?”“Empat Keluarga Kuno, yang katanya selalu menyembunyikan diri, tapi sebenarnya dalam beberapa dekade terakhir, mereka selalu melakukan kontak dengan dunia luar untuk berbisnis. Mereka semua memiliki perusahaan sendiri. Setahu saya, kinerja perusahaan keluarga Luandi di Dunia Fana menurun. Meski nggak sampai ada krisis kebangkrutan, tetap saja rantai modal keluarga Luandi sudah putus,” ujar Sonia.“Haha!”Yuli tertawa pelan, “Keluarga Luandi sama sekali nggak peduli dengan bisnis di Dunia Fana. Bisnis itu hanya dikelola oleh generasi yang lebih muda. Terlebih lagi, keluarga Luandi nggak kekurangan uang. Kami sudah kumpulkan cukup banyak kekayaan selama bertahun-tahun. Sekalipun perusahaan di luar sana bangkrut, keluarga Luandi juga tetap dapat hidup tanpa kekurangan selama ratusan tahun.”Pada saat ini, telepon Sonia berdering.“Maaf, saya angkat telepo
Kata-kata Nova telah mengejutkan Sonia. Dia sama sekali tidak menyangka Nova bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.“Nova, kamu ....”Sonia menatap Nova dengan bingung. Nova hanya tersenyum dan berkata, “Aku hanya bercanda. Tapi Sonia, kamu benar-benar harus lebih berusaha. Sekarang Chandra punya banyak musuh. Dia benar-benar baru bisa pensiun setelah selesaikan semua masalah ini. Kalau nggak, dia nggak akan bisa hidup dengan tenang.”“Aku tahu.” Sonia juga tidak berpikir terlalu banyak soal sikap Nova barusan. Dia tampak khawatir, “Aku juga ingin bantu Chandra. Aku juga sudah berusaha keras. Tapi, kekuatanku terlalu rendah. Nggak ada seorang pun di keluar Atmaja yang percaya dan mau tunduk padaku. Ditambah lagi, Farhat .... Huh.”Di akhir kalimat, Sonia hanya bisa menghela napas tanpa daya. Nova hanya mendengarkan dengan tenang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun dia tidak senang dengan Sonia, Sonia benar-benar sangat cerdas. Dengan bantuannya, Chandra tidak perlu terlalu kh
“Keluarga Atmaja?” Marvin tertegun sejenak.“Ya.” Nova mengangguk, “Aku perlu tahu semua informasinya sebelum hari gelap. Sudah, hanya itu dulu. Kamu pergi saja.”“Baik.”Marvin langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Setelah meninggalkan kamar hotel, dia langsung ambruk ke lantai dan duduk di sana. Sesaat kemudian, dia baru berdiri. Wajahnya tampak serius, tidak tahu apakah harus memberitahu hal ini kepada Kepala Istana.Namun, setelah dipikir-pikir, Marvin merasa itu bukanlah masalah besar. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak memberitahu dulu. Marvin pun segera pergi dan mulai menyelidiki Farhat dari keluarga Atmaja.Sedangkan Nova hanya menunggu di hotel. Marvin sangat cepat dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dia telah kembali ke hotel sebelum malam tiba.“Ketua, semua informasi yang Ketua inginkan ada di sini.”Nova mengambil berkas yang diserahkan oleh Marvin. Kemudian, dia membuka berkas itu dan membacanya dengan cermat.Farhat adalah anggota keluarga Atmaja sekaligu
Di antara orang-orang yang berkumpul di ruangan itu, ada beberapa yang dibawa Farhat dari keluarga Atmaja di Kota Narda. Mereka adalah orang kepercayaan Farhat. Setelah Farhat gaga mendapatkan posisi sebagai kepala keluarga, mereka mengikutinya pergi ke Kota Narda. Ada juga beberapa dari keluarga Atmaja di Kota Diwangsa. Kalau mereka tunduk kepada Konrad. Mereka semua tidak suka Sonia menjadi kepala keluarga. Oleh karena itu, mereka mengikuti Farhat.Lebih dari 30 orang berkumpul bersama, mendiskusikan bagaimana caranya menghadapi Sonia, bagaimana caranya mengusir perempuan itu dari keluarga Atmaja.Tiba-tiba angin bertiup kencang hingga pintu ruangan terbuka. Sebagian besar orang melihat ke arah pintu dengan ekspresi bingung. Salah satu anggota keluarga yang lebih muda pergi untuk menutup pintu. Namun, begitu dia sampai di depan pintu ....Sret! Terdengar suara hembusan angin.“Argh!”Anak muda yang hendak menutup pintu sangat ketakutan hingga dia merangkak kembali ke dalam ruangan.
Kemudian, Farhat tertawa terbahak-bahak. Dia menertawakan orang di depannya yang tidak tahu apa-apa itu. Dia tertawa karena dia sudah terlalu lama mengasingkan diri dari dunia. Sehingga siapa saja berani datang dan memintanya untuk menyerah.Setelah tertawa sejenak, wajah tua Farhat menjadi muram. Dia tiba-tiba mengangkat tangan dan menunjuk ke arah Nova.“Itu tergantung apakah kamu punya kemampuan.”Begitu selesai bicara, keempat bawahannya langsung menyerang Nova pada saat yang bersamaan. Kekuatan keempat orang itu berada di Alam Keenam.Empat orang menyerang pada saat yang sama, maka serangan itu setara dengan serangan kekuatan Alam Ketujuh. Empat serangan yang kencang menyerbu ke arah Nova.“Mati.”Nova meraung dengan suara berat. Dia mengangkat Pedang Keji Sejati di tangannya, kekuatan yang menakutkan terpancar dari pedang tersebut.Pada detik berikutnya, ruangan itu langsung porak-poranda oleh kekuatan pedang itu. Orang-orang yang berada di dalam ruangan juga terhempas keluar. S
Di pinggiran Kota Diwangsa, jalan raya tanpa orang. Di pinggir jalan, di jalur penghijauan. Sosok bertopeng menakutkan dan memakai mantel hitam besar melempar seorang pria tua ke tanah.Pria yang dilempar ke tanah tidak lain adalah Farhat. Dia jatuh ke tanah dengan menyedihkan. Pada detik berikutnya, dia menatap Nova yang berdiri di depannya dengan topeng yang menakutkan. Wajah tuanya tampak suram.“Siapa kamu? Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu bawa aku ke sini?”Ada sedikit rasa takut di dalam hati Farhat. Berhadapan dengan Nova yang sangat kuat, dia justru tidak punya keinginan untuk bertarung. Farhat tidak tahu siapa orang di depannya, juga tidak tahu mengapa orang itu membawanya ke sini. Hanya saja, Farhat bisa merasakan ancaman kematian yang mendekat.Nova menatap Farhat yang jatuh ke tanah. Darah di dalam tubuhnya telah tenang kembali. Pikirannya sangat jernih, dia tahu apa yang sedang dia lakukan.“Farhat, sekarang kamu hanya ada dua pilihan. Yang pertama, mati. Yang kedua, ker
“Ketua.”Begitu Farhat pulang, sebagian besar anggota keluarga Atmaja terlihat gembira. Farhat menatap Sonia yang berada di kursi utama, lalu menatap keluarga Atmaja lainnya.“Tuan, siapa yang bawa Tuan pergi?” salah satu dari empat bawahan Farhat mendekat dan bertanya.Farhat mengangkat tangan dan memotong perkataan orang itu. Dia tidak menjawab, tapi melihat ke arah Sonia yang berada di kursi utama. Kemudian, dia berjalan ke depan Sonia.Sonia juga menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresi Farhat. Oleh karena itu, dia spontan berdiri dan mundur beberapa langkah.“A-apa yang ingin kamu lakukan?”“Huh!” Farhat tiba-tiba tertawa. Hal itu membuat Sonia menjadi semakin bingung.“Sonia, mulai sekarang, kamu adalah kepala keluarga Atmaja,” kata Farhat.Satu kalimat dari Farhat bagaikan sebuah batu yang menimbulkan ombak besar. Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, semua orang terkejut bukan main.“Apa maksud Kakek Farhat?”“Ketua, kenapa kamu mengalah? Bagaimana gadis kecil sepert
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal
Chandra yakin dirinya bisa membunuh Anak Dewa. Oleh karena itu, Basita tidak berusaha menghentikannya. “Chandra, aku tidak akan menghentikanmu jika kamu sudah bertekad untuk membunuh Anak Dewa. Tapi, Anak Dewa bukanlah makhluk terkuat dari dunia lain. Sosok yang terkuat adalah Dusky yang sudah mencapai tingkat enam Alam Trasenden. Ada enam tingkatan di Alam Trasenden dan orang yang sudah melampaui tingkat enam akan masuk ke dalam Alam Suci.”“Kamu tidak boleh bertindak gegabah ketika kamu pergi ke Kota Dusky lagi. Kamu harus berbicara dengan baik agar Dusky mengizinkanmu untuk menghadapi Anak Dewa. Kamu juga harus membuat Dusky berjanji, masalah ini selesai jika Anak Dewa berhasil kamu bunuh.”“Apa kamu mengerti?”Chandra berkata dengan santai, “Ya, aku mengerti. Lagi pula, aku punya caraku sendiri.”Chandra pergi setelah selesai berdiskusi dengan Basita tentang niatnya untuk menantang Anak Dewa. Setengah hari kemudian, Chandra sudah muncul kembali di Gunung Bushu lalu bergegas pergi
Bagaimana mungkin Chandra bisa menanggapi dengan santai apa yang terjadi di Kota Dusky? Chandra menatap prajurit yang menghadangnya dengan tenang. Kemudian dia berkata, “Kedatanganku ke sini karena ingin menemui Basita. Aku akan pergi ke Kota Dusky setelah bertemu dengan Basita.”“Oke, kamu tunggu di sini. Aku akan melapor dulu.”Salah satu dari beberapa prajurit itu berbalik dan pergi, sedangkan prajurit lainnya menatap Chandra dengan waspada. Namun, Chandra tidak terlalu memikirkan sikap dingin para prajurit ini. Lagi pula, prajurit dari dunia lain memang sangat kuat, jadi wajar saja kalau prajurit bumi takut untuk menyinggung mereka. Chandra pasti akan melakukan hal yang sama kalau saja dia berada di posisi para prajurit bumi. Bagaimanapun juga, para prajurit dunia lain sudah banyak memakan korban manusia bumi. Tidak lama kemudian, prajurit yang melapor kembali lalu berkata, “Ketua bersedia bertemu denganmu. Ketua ada di gunung belakang.”Chandra melangkah maju dan mulai menaiki