Share

Bab 101

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Seorang pria paruh baya berpakaian jas lengkap dengan dasi berdiri di pintu masuk Dynasty dengan kepala yang sudah bercucuran keringat. Pria itu adalah Tendi, pemimpin Sunaryo Group. Dia bergegas datang kemari begitu menerima telepon dari anaknya yang meminta tolong. Dia ketakutan setelah melihat apa yang terjadi di Dynasty.

“Kamu, masuk,” kata prajurit itu kepada Tendi.

“I-iya.”

Jantung Tendi mulai berdebar kencang begitu dia masuk ke dalam Dynasty yang telah dipenuhi oleh tentara yang sedang sibuk menggotong mereka yang terluka. Betapa syoknya Tendi ketika melihat Yansen sudah terluka parah di basemen, serta melihat Abdul yang juga saat itu masih berada di sana.

“Pa, huhuhu, cepat bawa aku pergi dari sini,” ujar Yansen.

Namun bukannya menolong, Tendi justru malah memukuli anaknya sambil memaki, “Dasar anak sial*n, ngapain kamu di sini?”

“Cukup! Jangan bikin malu diri kalian sendiri di sini. Cepat bawa dia pergi, dan bawa juga anak ini pulang ke rumahnya keluarga Kurniawan,” kata Abdu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ardiyandi 340
Author anjing bab nya dikit amat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jenderal Naga    Bab 102

    Pihak militer segera menyegel Dynasty dan menahan banyak orang yang diduga terkait dengan apa yang terjadi di sana, dan hal ini jelas menimbulkan kehebohan yang luar biasa di Rivera.“Padahal Arya baru menjabat, tapi dia sudah langsung menghabisi Bagas.”“Katanya dari dulu Bagas memang sudah sering ngerjain bisnis kotor kayak begini. Mau bertobat pun pun, sudah banyak nyawa yang hilang sama dia.”“Hahaha, senang banget rasanya. Akhirnya si Bagas itu jatuh juga. Kalaupun belum mati, dia pasti bakal habisin sisa hidupnya di penjara.”Setiap keluarga yang cukup berkuasa di Rivera berbondong-bondong menasihati anggotanya untuk tidak menyinggung Arya supaya tidak berakhir seperti Bagas.Sementara itu di kediaman keluarga Kurniawan, mereka semua sedang berkumpul di sofa ruang tamu. Tidak ada satu pun dari mereka yang buka suara, membuat suasana di sana jadi terasa canggung. Nova yang terduduk lesu di sofa terlihat seperti telah kehilangan semua semangatnya. Wajanya dihiasi oleh bekas tangis

  • Jenderal Naga    Bab 103

    “Ah, nggak perlu sampai segitunya.Panggil aku Om saja cukup.”“Pak Tendi, anakku sebentar lagi mau cerai sama Chandra dan bisa menikah sama Yansen. Chandra dan Nova memang sudah bikin akta pernikahan, tapi Nova masih perawan, jadi keluarga Sunaryo juga nggak perlu merasa malu kalau Yansen menikah sama Nova.”“Nggak, nggak bisa. Bu Yani, Nova dan Chandra itu pasangan yang sempurna. Anakku yang nggak bisa diandalkan mana pantas untuk Nova. Sudah, cukup sampai di sini saja, kita nggak perlu ungkit topik ini lagi!”“Apa Pak Tendi nggak suka sama Nova karena dia sudah menikah?” tanya Yani.“Bukan begitu, sama sekali bukan. Hubungan Nova dan Chandra masih baik-baik saja. Mereka masih saling sayang satu sama lain, jadi aku nggak mau merusak hubungan mereka!”Mana mungkin Tendi berani merusak pernikahan Chandra dengan Nova setelah mengetahui siapa Chandra yang sebenarnya? Kalau sampai hubungan mereka berdua retak, bisa-bisa keluarga Sunaryo hanya tinggal kenangan!Yang bisa Tendi lakukan saat

  • Jenderal Naga    Bab 104

    Chandra pergi ke Klinik Mortal setelah urusannya di Dynasty selesai, tapi Paul tidak ada di sana karena dia sudah pergi terlebih dahulu. Chandra langsung menutup pintu klinik rapat-rapat dan tidur di sana karena beberapa hari terakhir dia sedang kurang tidur. Maka dari itu selagi ada kesempatan, dia ingin memanfaatkan waktu untuk mengistirahatkan diri. Namun baru tertidur sebentar, tiba-tiba ponselnya berdering.Raut wajah Chandra langsung dihiasi dengan senyuman ketika melihat yang menghubunginya itu adalah Nova. Di pembicaraannya itu Chandra mendengar Nova sedang menangis bahagia, dan Chandra ikut senang mendengarnya.“Sekarang aku lagi ada di kliniknya Paul, sebentar lagi aku ke sana.”Chandra bisa menebak pasti keluarga Sunaryo telah mengantar Hendro pulang. Bagas sudah mati, dan keluarga Sunaryo juga tentu tidak bodoh. Mana mungkin mereka masih berani menyusahkan hidup Nova dengan memaksa dia untuk cerai? Kecuali jika mereka memang ingin mati.Chandra pun meregangkan tubuhnya dan

  • Jenderal Naga    Bab 105

    Yura merasa sangat iri kepada Nova. Memangnya sebaik apa karma Nova sampai dia bisa mendapatkan perlindungan dari Chandra?Chandra menaiki motor listriknya menuju kediaman keluarga Kurniawan melewati gang kecil, tapi tiba-tiba ada satu mobil jeep yang menghalangi jalan, dan Chandra melihat Arya turun dari mobil itu.Sambil menawarkan sebatang rokok kepada Chandra, Arya pun bertanya, “Naik, kita ngobrol sebentar, yuk?”“Nggak ada hal penting yang perlu diomongin. Langsung saja kita omongin di sini kalau kamu punya masalah. Istriku lagi nunggu aku pulang.”“Apa mau kamu sebenarnya?” tanya Arya datar.Padahal belum lama Arya datang ke kota ini, tapi dia sudah dua kali diminta tolong membereskan kekacauan yang Chandra perbuat. Arya adalah pemimpin dari Lima Jenderal sekaligus penguasa di Perbatasan Barat, bukan anak buahnya Chandra, tapi Chandra sudah berkali-kali menyuruh-nyuruhnya.“Nggak ada apa-apa,” jawab Chandra.“Kemarin Ariel Group, sekarang Dynasty. Chandra, aku tahu kekuatan kamu

  • Jenderal Naga    Bab 106

    Kemunculan Arya sama sekali tidak memengaruhi suasana hati Chandra yang bahagia karena Nova menyuruhnya untuk pulang. Tak lama Chandra pun akhirnya tiba di kediaman keluarga Kurniawan. Nova menangis ketika akhirnya bisa bertemu dengan Chandra dan langsung masuk ke dalam pelukannya.“Sudah, jangan nangis. Kalau nangis terus nanti muka kamu cemong jadinya,” kata Chandra sambil menepuk bahu Nova.Nova pun tidak lagi menangis dan membawa Chandra masuk ke dalam, tapi orang-orang yang ada di dalam tidak menyambut Chandra dengan wajah yang gembira.“Pa, Ma,” sapa Chandra.Yani hanya mengangguk kecil menanggapi sapaan Chandra dan berkata padanya, “Chandra, kamu jangan salahin kami, ya. Kami juga terpaksa.”“Mama tenang saja, aku nggak nyalahin kalian. Ini semua salah aku yang nggak berguna dan nggak bisa kasih solusi.”Memang tidak ada yang siapa pun yang Chandra salahkan, apalagi Nova. Chandra bisa menerima apa pun yang Nova lakukan, karena itu adalah bentuk balas budi Chandra kepadanya. Sete

  • Jenderal Naga    Bab 107

    “Nov, kamu mau pergi?” tanya Chandra.“Iya, kenapa nggak,” jawab Nova.Saat itu Nova masih menjadi bahan olokan teman-teman sekelasnya, membuat Nova kehilangan rasa percaya diri dan memandang rendah dirinya sendiri. Namun, sekarang kecantikannya sudah pulih dan rasa percaya dirinya tentu meningkat jauh.“Oke. Berhubung ini acara besar dan baju yang ada di lemari kamu terlalu sederhana, gimana kalau kita beli baju baru. Lagian kamu juga nggak ada perhiasan apa-apa.”“Nggak usah, siapa bilang terlalu sederhana, aku rasa lumayan bagus, kok.”Beli baju baru? Uangnya dari mana? Namun Chandra bisa menebak apa yang ada di pikiran Nova, dan dia pun berkata, “Ayo, aku masih punya uang, kok. Kartu debitku ada di kamu, ‘kan? Uang yang ada di situ hasil tabunganku selama sepuluh tahun.”“Sudahlah, nggak perlu,” kata Nova. Nova bukanlah orang yang boros dan suka membeli barang-barang mewah.“Pergi saja, Nova. Ini kan acara penting, ulang tahun presiden direktur, lho. Sekalian saja pergi beli hadiah

  • Jenderal Naga    Bab 108

    “Nggak, lah. Segitu nggak banyak. Itu baru salah satu contoh kasus. Uang yang mereka kasih ke bosku jumlahnya juga triliunan. Kalau mau dihitung, total aset yang bosku punya jumlahnya bisa sampai ratusan triliun.”“Terus, kamu sendiri gimana? Berapa yang kamu dapat?”“Nggak seberapa, paling cuma ratusan miliar.”“Ra-ratusan miliar kamu masih bisa bilang nggak seberapa? Hebat juga kamu, Chandra. Biasanya kamu kelihatan kayak orang baik-baik, tapi ternyata di balik itu kamu busuk juga.”“Itu mah sudah biasa. Mama kamu sendiri juga bilang, om kamu manfaatin jabatannya di perusahaan untuk beli mobil dan rumah mewah, dan kakekmu juga cuma tutup mata, sedangkan papamu yang orang baik-baik malah diinjak-injak sama mama kamu.”Ucapan Chandra itu membuat Nova berpikir. Apa yang dia katakan memang benar, tapi situasinya berbeda dan tidak bisa sepenuhnya dibandingkan satu sama lain. Yang mereka bicarakan ini adalah usaha keluarga, dan uang yang diperebutkan juga adalah uang keluarga, berbeda deng

  • Jenderal Naga    Bab 109

    “Kamu ….”“Sudah, ayo kita pergi saja.”Chandra hendak memarahi si penjaga toko itu, tapi Nova dengan sigap menariknya. Nova sudah tahu seperti apa temperamen Chandra, bahkan Chandra tidak ragu untuk melakukan kekerasan di tengah acara keluarga. Apabila Nova tidak segera melerai mereka, pasti akan terjadi keributan. Memang kalau orang pensiunan militer itu temperamennya berapi-api.Akhirnya mereka berdua pergi dari toko itu dan ketika baru saja keluar, seorang wanita menatap Nova dengan raut wajah terkejut.“Kamu Nova?”“Hmm?”Wanita yang Nova lihat itu berusia sekitar 27-28 tahun. Dia mengenakan gaun berwarna biru dan tubuhnya dipenuhi dengan perhiasan. Mulai dari tas Chanel, anting emas, gelang giok, dan kalung yang terbuat dari kristal putih. Selain itu dia juga menggandeng seorang pria yang berusia sekitar 30-an tahun. Penampilan pria itu juga tidak kalah mentereng, dan sudah bisa ditebak kalau dia juga orang yang cukup kaya.“Kamu siapa?” tanya Nova.“Beneran kamu Nova? Kamu sudah

Bab terbaru

  • Jenderal Naga    Bab 1899

    Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd

  • Jenderal Naga    Bab 1898

    Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie

  • Jenderal Naga    Bab 1897

    Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba

  • Jenderal Naga    Bab 1896

    Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.

  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

  • Jenderal Naga    Bab 1894

    Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.

  • Jenderal Naga    Bab 1893

    Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete

  • Jenderal Naga    Bab 1892

    Chandra membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan ringan. Raja Januar pernah mengatakan bahwa orang yang memiliki Akar Dewa Murni akan memiliki kepekaan terhadap energi alam yang jauh lebih tinggi daripada orang biasa.“Ah, aku tidak bisa merasakannya,” jawab Maggie. Maggie tampak sedikit terkejut, tidak memahami mengapa Chandra menanyakan hal itu.“Tidak bisa merasakannya?” Chandra tertegun tak menyangka. Maggie adalah orang yang cerdas dengan bakat luar biasa dalam seni bela diri. Jika orang sepertinya bukan pemilik Akar Dewa Murni, lalu siapa?“Kamu sudah pernah mengonsumsi Naga Yu?” tanya Chandra lagi.Maggie menggeleng. “Naga Yu itu hanya ada beberapa, aku tidak seberuntung itu. Aku hanya meminum Darah Naga.”“Setelah meminum Darah Naga, apa tubuhmu mengalami sesuatu yang aneh?”Mendengar pertanyaan itu, Maggie menampakkan raut wajah serius yang jarang terlihat. Ia mengangguk perlahan dan berkata, “Memang ada. Kadang-kadang, aku merasa sangat agresif, ada dorongan kuat dalam hat

  • Jenderal Naga    Bab 1891

    Raja Januar berbicara kepada Chandra tentang Akar Dewa Murni. Mereka yang memiliki kekuatan ini mampu mempelajari apa pun dengan sangat cepat. Mereka adalah orang-orang yang terlahir untuk menghadapi bencana besar.“Bencana … apa itu sebenarnya?” pikir Chandra.Menurut dugaan Raja Januar, bencana itu adalah ketika segel-segel kuno terbuka, membawa malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia di bumi. Namun, leluhur bumi sudah merencanakan cara untuk melawan bencana ini: memanfaatkan Empat Hewan Keberuntungan. Manusia bumi akan memburu Hewan-Hewan Keberuntungan itu, mendapatkan darahnya, dan memperpanjang umur mereka agar siap menghadapi bencana tersebut.Namun, musuh sudah menduga rencana leluhur bumi ini dan diam-diam merusak kekuatan Empat Hewan Keberuntungan.“Semua ini hanya dugaanku dari informasi yang ditinggalkan Kaisar Pertama di makamnya,” Raja Januar menjelaskan, “entah benar atau tidak, kita butuh waktu untuk membuktikannya.”“Tapi, rasanya dugaanku ini tidak jauh dari ke

DMCA.com Protection Status