Home / Romansa / Jejak di Antara Kita / Warna-Warni Festival Bunga

Share

Warna-Warni Festival Bunga

Author: WorldOne
last update Last Updated: 2024-12-14 09:38:05

Sabtu pagi, Kaira berdiri di depan cermin, mengenakan gaun musim panas berwarna pastel dengan motif bunga kecil. Ia menggerai rambutnya dan memastikan riasannya terlihat natural. Hari ini terasa istimewa, dan ia ingin terlihat baik. Pukul sembilan pagi, bunyi bel pintu rumahnya membuat Kaira tersenyum. Ia tahu siapa yang datang.

Ketika Kaira membuka pintu, Ezra berdiri di sana dengan senyumnya yang khas, mengenakan kemeja putih santai dan jeans. Di tangannya, ia membawa sebuah buket kecil bunga matahari.

"Untukmu," kata Ezra, menyerahkan buket itu.

Kaira tertawa kecil, menerima buket tersebut. "Aku kan punya banyak bunga di toko, Ezra."

"Tapi yang ini spesial. Aku memilihnya sendiri," balas Ezra sambil tersenyum lebar.

Kaira menggeleng pelan, tetapi senyum manis tidak bisa disembunyikan dari wajahnya. "Terima kasih. Ayo, kita berangkat."

Mereka berjalan menuju taman kota yang telah dihiasi dengan berbagai warna bunga. Udara pagi terasa segar, dan suara musik lembut mengalun dari pangg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jejak di Antara Kita   Saat-Saat yang Menentukan

    Beberapa hari setelah festival bunga, Kaira merasa dunianya mulai terasa lebih stabil. Hubungannya dengan Ezra berkembang secara alami—tidak ada tekanan, tidak ada tuntutan, hanya kenyamanan yang tumbuh dari kebersamaan mereka. Namun, ada sesuatu yang belum selesai dalam pikirannya: percakapannya dengan Adrian.Sore itu, Kaira duduk di beranda belakang rumahnya, memandangi langit yang mulai berubah warna menjadi jingga. Tumpukan dokumen toko bunga yang perlu diurus tergeletak di meja, tetapi pikirannya melayang-layang. Ia masih memikirkan apa yang dikatakan Adrian tentang perjuangannya dengan kesehatan mental dan traumanya.Ezra muncul di pintu, membawa dua cangkir teh hangat. "Kupikir kamu butuh ini," katanya sambil menyerahkan secangkir ke Kaira."Terima kasih," jawab Kaira sambil tersenyum kecil. Ia memandang Ezra yang duduk di sampingnya, lalu berkata, "Ezra, boleh aku tanya sesuatu?""Tentu. Apa pun," jawab Ezra dengan nada tenang."Kalau kamu punya kesempatan untuk memperbaiki s

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jejak di Antara Kita   Awal Baru yang Berbeda

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak malam di kebun bunga itu, dan hubungan Kaira dan Ezra semakin erat. Mereka saling melengkapi dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Ezra mulai terbiasa menemani Kaira di toko bunganya, terkadang membantu merapikan rangkaian bunga atau sekadar menjadi pendengar setia cerita-cerita Kaira.Suatu pagi yang cerah, Kaira sedang sibuk menyusun bunga mawar merah untuk pesanan pelanggan ketika pintu toko terbuka, dan Ezra masuk dengan membawa dua cangkir kopi. "Aku pikir kamu butuh tambahan energi pagi ini," katanya sambil tersenyum.Kaira tersenyum lebar, menyambut kopi itu dengan senang hati. "Kamu benar-benar tahu cara membuat hariku lebih baik, Ez."Ezra tertawa kecil, menatap Kaira dengan penuh kehangatan. "Aku hanya ingin memastikan kamu tetap tersenyum, itu saja."Namun, di tengah kebahagiaan mereka, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat Kaira sedang bersiap menutup toko di sore hari, sebuah mobil berhenti di depan toko bunga. Adrian keluar d

    Last Updated : 2024-12-16
  • Jejak di Antara Kita   Warna-Warni Festival

    Hari itu tiba lebih cepat dari yang Kaira kira. Festival Bunga Tahunan akhirnya digelar. Langit cerah, matahari bersinar hangat, dan aroma bunga-bunga segar memenuhi seluruh sudut kota. Lapangan utama sudah dihiasi dengan rangkaian bunga berwarna-warni, sebagian besar hasil tangan Kaira dan timnya.Ezra berjalan di samping Kaira, mengenakan kemeja putih sederhana dengan lengan tergulung. Sementara Kaira, dalam balutan dress pastel lembut dengan aksen renda, terlihat bersinar di tengah dekorasi yang ia buat.“Karya kamu luar biasa, Kai,” puji Ezra dengan tulus. “Lihat itu. Semua orang kagum.”Kaira menoleh ke arah kerumunan yang sibuk berfoto dan mengagumi rangkaian bunga yang ia desain. Ada kebanggaan di dalam hatinya, tetapi juga sedikit rasa gugup. Ini adalah langkah besar baginya, dan ia ingin segalanya berjalan sempurna.“Semoga mereka tidak kecewa,” jawabnya pelan.Ezra menggeleng sambil tersenyum, lalu menepuk bahu Kaira. “Percayalah, kamu sudah melakukan lebih dari cukup. Sekar

    Last Updated : 2024-12-17
  • Jejak di Antara Kita   Bayangan Lama yang Kembali

    Festival bunga telah usai, namun kehangatannya masih terasa di hati Kaira dan Ezra. Hari itu, keduanya memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di taman kota yang mulai lengang setelah hiruk-pikuk festival. Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap ke danau kecil, dikelilingi oleh bunga-bunga yang masih segar.“Lucu, ya. Kadang kita nggak sadar kalau hal-hal sederhana seperti ini bisa jadi momen yang paling berharga,” ujar Kaira sambil melemparkan senyuman kecil ke arah Ezra.Ezra mengangguk setuju. “Mungkin karena kita terlalu sibuk mengejar hal besar, sampai lupa kalau kebahagiaan ada di sekitar kita. Seperti sekarang.”Kaira menunduk, memainkan ujung jaketnya sambil tersenyum. Hatinya dipenuhi rasa nyaman yang tak bisa ia gambarkan. Ezra adalah sosok yang selalu membuatnya merasa tenang, tanpa tekanan.Namun, momen itu terganggu ketika ponsel Kaira berdering. Ia melihat layar dan menemukan nama yang tak asing. Adrian. Lagi.Ezra melihat perubahan ekspresi di wajah Kaira. “Kamu

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jejak di Antara Kita   Awal Baru yang Cerah

    Hari itu terasa berbeda bagi Kaira. Setelah pertemuannya dengan Adrian, ia merasa seolah-olah telah melepaskan beban besar yang selama ini menekan dadanya. Ia kini bisa benar-benar melangkah maju tanpa lagi dihantui bayang-bayang masa lalu.Ezra datang menjemput Kaira seperti biasa pagi itu, namun wajah Kaira tampak lebih cerah dari sebelumnya. Ia tersenyum lebar begitu melihat Ezra keluar dari mobil.“Pagi, Ez,” sapa Kaira ceria.Ezra memiringkan kepalanya sedikit, mencoba menebak perubahan mood Kaira. “Pagi juga, Kai. Kamu kelihatan... lebih segar hari ini. Ada kabar baik?”Kaira tertawa kecil. “Aku rasa, iya. Aku sudah menyelesaikan semuanya dengan Adrian. Dan aku merasa... bebas.”Ezra mengangguk pelan. Ia tidak ingin terlalu mengorek apa yang terjadi, tetapi ia lega melihat Kaira bahagia. “Itu kabar bagus. Jadi, apa rencana kita hari ini?”Kaira berpikir sejenak. “Aku ingin menghabiskan waktu yang menyenangkan, sesuatu yang ringan dan santai. Gimana kalau kita pergi ke taman? Aku

    Last Updated : 2024-12-20
  • Jejak di Antara Kita   Pilihan di Persimpangan

    Hari itu, udara terasa lebih berat dari biasanya bagi Kaira. Meski matahari bersinar terang, ada awan gelisah yang terus menggelayuti pikirannya. Ia tahu pertemuannya dengan Adrian adalah hal yang perlu ia selesaikan, tetapi ada perasaan bersalah yang tidak bisa ia abaikan. Ezra sudah memberinya kepercayaan penuh, dan Kaira tak ingin merusaknya.Di sudut lain kota, Adrian duduk di sebuah kafe kecil, menunggu dengan pandangan gelisah ke arah pintu. Pesan singkat Kaira telah ia terima semalam, dan sejak saat itu, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Apakah Kaira benar-benar bahagia bersama Ezra? Apakah masih ada peluang baginya untuk memperbaiki semuanya?Ketika Kaira tiba, Adrian berdiri untuk menyambutnya. Senyumnya muncul sekilas, namun ada kegetiran di matanya yang tak bisa ia sembunyikan. Kaira hanya memberikan anggukan kecil sebelum duduk di kursi di depannya.“Kaira, terima kasih sudah mau datang,” kata Adrian dengan nada tulus.Kaira mengangguk pelan. “Katakan apa yang ingi

    Last Updated : 2024-12-21
  • Jejak di Antara Kita   Janji di Bawah Langit Berbintang

    Kembang api mulai menghiasi langit malam, memancarkan warna-warni yang berkilauan. Ezra dan Kaira berdiri di tepian taman, sedikit menjauh dari keramaian. Dari tempat mereka berdiri, pemandangan kembang api terlihat sempurna, menghiasi langit di atas festival bunga yang kini mulai mereda.Kaira bersandar di bahu Ezra, tubuhnya rileks namun hatinya masih bergemuruh dengan berbagai emosi. Ada perasaan damai yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, seolah-olah untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia benar-benar percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja."Indah sekali," ucap Kaira, suaranya hampir tenggelam dalam bunyi letupan kembang api."Iya," jawab Ezra sambil memandang Kaira, bukan ke langit. "Tapi tidak seindah ini."Kaira menoleh, matanya bertemu dengan tatapan Ezra yang begitu dalam dan penuh ketulusan. Dia tersenyum, sedikit malu, tetapi hatinya menghangat oleh kata-kata itu."Ezra," panggil Kaira, suaranya lembut."Hmm?""Terima kasih sudah ada untukku," katanya. "Aku tahu, ak

    Last Updated : 2024-12-22
  • Jejak di Antara Kita   Langkah Baru, Tantangan Baru

    Pagi yang cerah menyambut Kaira di apartemennya. Sinar matahari yang menerobos melalui tirai jendela menari di atas lantai, membawa kehangatan yang lembut. Kaira duduk di meja dapur, menyesap secangkir teh hijau sambil memeriksa kalender di ponselnya. Hari ini akan menjadi hari yang sibuk di toko bunga, tetapi entah kenapa, ia merasa lebih bersemangat dari biasanya.Pikirannya masih melayang pada percakapannya dengan Ezra semalam. Perasaan hangat yang memenuhi hatinya terus bertahan, membuat senyumnya muncul tanpa sadar. Namun, sebelum ia bisa tenggelam lebih jauh dalam lamunan, dering notifikasi dari ponselnya memecah keheningan.Ezra: Selamat pagi, Kaira. Semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa makan pagi, ya!Kaira tersenyum, mengetik balasan singkat.Kaira: Selamat pagi, Ezra. Terima kasih sudah mengingatkanku. Kau juga, jangan terlalu sibuk hari ini.Balasan Ezra datang tak lama kemudian, seolah ia juga sudah menunggu.Ezra: Aku akan berusaha. Tapi kalau terlalu sibuk, mungkin ak

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Jejak di Antara Kita   Menembus Kabut Kepercayaan

    Hari-hari berlalu dalam keheningan yang menyiksa antara Ezra dan Kaira. Meski keduanya sama-sama terluka, mereka memilih untuk menjaga jarak. Ezra sibuk dengan pekerjaannya, mencoba mengalihkan pikirannya dari segala kekacauan emosi yang melanda. Sementara itu, Kaira, yang biasanya ceria dan penuh semangat, kini lebih sering termenung di toko bunganya.Di suatu pagi yang dingin, Kaira sedang merapikan rangkaian bunga mawar merah ketika bel pintu toko berdenting. Ia mengangkat wajah, berharap melihat sosok Ezra, tetapi yang masuk adalah Lila, teman dekatnya."Kaira, kau baik-baik saja?" tanya Lila, menatap wajah sahabatnya yang tampak pucat.Kaira tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa galaunya. "Aku baik-baik saja, Lila. Hanya... sedikit lelah."Lila mendekat, menatapnya penuh perhatian. "Kau tidak bisa membohongiku, Kaira. Ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan Ezra?"Pertanyaan itu membuat Kaira terdiam sejenak. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Aku membua

  • Jejak di Antara Kita   Retakan yang Mendalam

    Pagi itu, Kaira sibuk merapikan bunga-bunga di toko, tetapi pikirannya melayang. Langit yang cerah tak mampu menyembunyikan awan gelap yang menggantung di hatinya. Setiap kelopak bunga yang ia sentuh terasa seperti pengingat akan percakapan terakhirnya dengan Ezra. Suaranya yang penuh emosi masih terngiang di telinganya, menyakitkan sekaligus membingungkan.Sementara itu, Ezra duduk di ruangannya, mencoba mengalihkan diri dengan pekerjaannya. Namun, setiap goresan pena di kertas hanya membawa pikirannya kembali pada Kaira. Ia tahu ada sesuatu yang salah—sesuatu yang tidak mereka ungkapkan satu sama lain. Tapi bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya ketika ia sendiri belum memahami seluruh situasinya?Telepon Ezra berdering, memecah lamunannya. "Ezra Mahendra," sapanya dengan nada profesional.Suara di seberang terdengar akrab, tetapi nada dinginnya membuat Ezra menegakkan punggung. "Ezra, aku rasa kita perlu bicara. Ada sesuatu yang mungkin ingin kau tahu tentang Kaira," kata pria itu,

  • Jejak di Antara Kita   Jalan Menuju Pemahaman

    Pagi itu, suasana terasa berbeda. Langit yang biasanya cerah tampak kelabu, seolah mencerminkan suasana hati Ezra dan Kaira. Meskipun mereka duduk di meja makan yang sama, jarak di antara mereka terasa seperti jurang yang dalam.“Bagaimana tidurnya?” Ezra mencoba memecah keheningan, suaranya terdengar datar.Kaira mengangkat bahu, matanya menatap secangkir teh di depannya. “Cukup baik, aku rasa.”Ezra mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Tetapi setiap kalimat yang ia pikirkan terasa tidak cukup. Ia tahu, ini bukan hanya tentang perasaan sesaat—ada sesuatu yang lebih dalam yang membuat mereka terjebak dalam situasi ini.Setelah beberapa saat, Kaira akhirnya berbicara. “Ezra, aku ingin kita jujur. Aku ingin kita bicara, bukan saling menghindar seperti ini.”Ezra menatapnya, matanya menunjukkan campuran harapan dan kecemasan. “Aku setuju. Tapi... aku tidak tahu harus mulai dari mana.”Kaira menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. “Aku me

  • Jejak di Antara Kita   Persimpangan Hati

    Langit malam mulai gelap ketika Kaira tiba di depan apartemen Ezra. Ia berdiri di depan pintu, mencoba mengatur napas. Tangannya gemetar saat hendak memutar kenop pintu. Hatinya terasa berat dengan semua percakapan yang baru saja ia lalui bersama Adrian.Ezra yang sedang duduk di ruang tamu mendongak ketika Kaira masuk. Ia langsung menyadari perubahan di wajah Kaira—ekspresi penuh kebingungan dan kecemasan. “Kaira? Kamu nggak apa-apa?”Kaira terdiam beberapa saat sebelum menjawab. “Aku... aku butuh bicara sama kamu, Ezra.”Nada suaranya membuat Ezra berhenti. Ia menaruh buku yang sedang dibacanya ke meja dan berdiri, mendekati Kaira. “Ada apa? Apa yang terjadi?”Kaira menatap mata Ezra, mencoba mencari keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. “Aku tadi ketemu Adrian.”Ezra tertegun sejenak. Ia menatap Kaira, berusaha memahami maksud kata-katanya. “Adrian? Maksudmu... mantan kamu?”Kaira mengangguk pelan. “Dia... dia bilang ingin bicara tentang masa lalu. Aku pikir aku sudah selesa

  • Jejak di Antara Kita   Pilihan yang Sulit

    Pagi itu, mentari menyapa dengan hangat, menyinari setiap sudut apartemen Ezra. Di meja makan, Kaira sedang menuangkan secangkir kopi untuk Ezra, sementara pria itu sibuk membaca koran digital di tablet miliknya. Suasana terasa nyaman, seperti pagi-pagi lainnya sejak mereka memutuskan untuk melangkah bersama lagi.Namun, di dalam hati Kaira, ada pergolakan yang tak bisa ia abaikan. Pesan dari Adrian yang belum dibacanya malam itu masih menjadi bayangan yang mengganggu pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang maksud Adrian dan apa yang ia inginkan terus mengisi benaknya.“Kaira, kamu baik-baik saja?” tanya Ezra tiba-tiba, memecah keheningan. Ia meletakkan tabletnya dan menatap Kaira dengan alis sedikit terangkat.Kaira tersentak, lalu buru-buru tersenyum. “Iya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit melamun.”Ezra memiringkan kepalanya, mencoba membaca ekspresi Kaira. “Kamu kelihatan seperti memikirkan sesuatu yang berat. Kalau ada apa-apa, kamu tahu kan kamu bisa cerita ke aku?”Kaira men

  • Jejak di Antara Kita   Pilihan yang Sulit

    Pagi itu, mentari menyapa dengan hangat, menyinari setiap sudut apartemen Ezra. Di meja makan, Kaira sedang menuangkan secangkir kopi untuk Ezra, sementara pria itu sibuk membaca koran digital di tablet miliknya. Suasana terasa nyaman, seperti pagi-pagi lainnya sejak mereka memutuskan untuk melangkah bersama lagi.Namun, di dalam hati Kaira, ada pergolakan yang tak bisa ia abaikan. Pesan dari Adrian yang belum dibacanya malam itu masih menjadi bayangan yang mengganggu pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang maksud Adrian dan apa yang ia inginkan terus mengisi benaknya.“Kaira, kamu baik-baik saja?” tanya Ezra tiba-tiba, memecah keheningan. Ia meletakkan tabletnya dan menatap Kaira dengan alis sedikit terangkat.Kaira tersentak, lalu buru-buru tersenyum. “Iya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit melamun.”Ezra memiringkan kepalanya, mencoba membaca ekspresi Kaira. “Kamu kelihatan seperti memikirkan sesuatu yang berat. Kalau ada apa-apa, kamu tahu kan kamu bisa cerita ke aku?”Kaira men

  • Jejak di Antara Kita   Cinta yang Diuji Waktu

    Hari-hari setelah pertemuan Kaira dengan Adrian berlalu dengan tenang, tetapi bukan tanpa tantangan. Meskipun Adrian telah menghilang dari kehidupan mereka, bayangan masa lalu dan kekhawatiran yang tersisa masih menyelimuti hubungan Kaira dan Ezra.Ezra semakin sibuk dengan pekerjaannya, sering pulang larut malam karena proyek besar yang tengah ia tangani. Di sisi lain, Kaira merasa waktu kebersamaan mereka semakin sedikit, meskipun ia memahami bahwa Ezra melakukannya untuk masa depan mereka. Namun, jarak yang perlahan terbentuk itu membuat Kaira mulai merasakan kekosongan.Suatu malam, Ezra pulang lebih lambat dari biasanya. Kaira yang sudah menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh hangat terlihat lelah. Saat Ezra membuka pintu, ia mencoba tersenyum, tetapi Kaira tahu ada sesuatu yang tidak beres.“Kamu baik-baik saja?” tanya Kaira, meletakkan cangkir tehnya di meja.Ezra mengangguk sambil melepas jasnya. “Hanya lelah. Hari ini sangat berat.”Kaira berdiri, mendekat untuk memelukn

  • Jejak di Antara Kita   Bayangan Masa Lalu

    Hari-hari berlalu dengan cepat setelah perbincangan jujur itu. Ezra dan Kaira mulai membangun kembali kepercayaan yang sempat terguncang. Hubungan mereka tampak lebih kokoh, tetapi kehidupan tidak pernah berhenti memberikan ujian.Pagi itu, Ezra sedang bersiap untuk pergi ke kantor ketika sebuah telepon datang dari nomor tak dikenal. Ia menjawab dengan santai, tetapi suaranya berubah serius setelah beberapa detik mendengar isi pembicaraan di ujung sana.“Aku akan segera ke sana,” jawab Ezra singkat sebelum menutup panggilan.Kaira, yang baru saja keluar dari dapur dengan secangkir teh di tangannya, memperhatikan ekspresi Ezra yang berubah tegang. “Ada apa, Ezra?” tanyanya, cemas.Ezra menarik napas panjang sebelum menjawab. “Ada masalah di kantor. Salah satu proyek besar yang aku tangani mengalami kendala. Mereka butuh aku di sana segera.”Kaira mendekatinya dan menyentuh lengannya dengan lembut. “Apa aku bisa membantu?”Ezra tersenyum tipis, meskipun ada kekhawatiran di matanya. “Kam

  • Jejak di Antara Kita   Hembusan Angin Perubahan

    Pagi itu, sinar matahari mengintip dari sela-sela tirai kamar Kaira, menandakan awal dari hari yang baru. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Sebuah pesan masuk di ponselnya dari Adrian. Meski ragu, Kaira akhirnya membaca pesan itu:"Aku ingin bicara lagi, Kaira. Hanya sebentar, tolong."Kaira menggigit bibirnya. Ia tahu ini bukan keputusan mudah. Setelah pertemuan terakhir mereka, Kaira merasa hubungannya dengan Adrian sudah menemukan titik akhir. Tapi pesan itu menyalakan percikan rasa penasaran—atau mungkin rasa tanggung jawab—untuk memberi kejelasan.Sementara itu, Ezra sedang sibuk mempersiapkan kejutan kecil untuk Kaira. Setelah percakapan mendalam mereka beberapa malam lalu, ia merasa perlu memastikan bahwa Kaira tahu betapa seriusnya ia terhadap hubungan mereka. Ia menyiapkan makan siang piknik di taman favorit Kaira, lengkap dengan bunga-bunga yang ia pilih sendiri dari toko Kaira tanpa sepengetahuannya.Ketika Ezra akhirnya menghubungi Kaira untuk mengajaknya bertemu, suara di

DMCA.com Protection Status