“Bagaimana bisa dia pergi tanpa membaca ponselnya?” heran Orlena menatap smartphone Max yang ada di tangannya. Saat ini wanita itu sedang berada di dalam lift yang mengarah ke apartemen Max bersama dengan Altherr yang berdiri di sampingnya. “Sepertinya Mr. Steltzer kembali berubah.”Orlena menoleh menatap pria itu sembari memicingkan matanya. “Berubah? Maksudmu dia menjadi pribadi yang lain lagi?”Altherr menganggukkan kepalanya. “Ya, seperti itulah. Mungkin dia terlalu memikirkan sesuatu. Apakah kamu tidak melihat hal janggal padanya saat makan siang tadi? ”“Makan siang? Tapi aku makan siang sendiri. Dia meminta seseorang untuk mengantarkan makan siang untukku.”“Jadi kamu dan Mr. Steltzer tidak makan siang bersama?” Altherr terkejutt mendengarnya.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, kami tidak makan bersama.”“Aneh, padahal tadi Mr. Steltzer mengatakan jika dia ingin makasn siang denganmu. Apa yang membuat dia berubah pikiran?”Yang membuat dia berubah pikiran adalah karena aku m
Mulut Orlena terbuka tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pasalnya Max yang dilihatnya saat ini terlihat sangat berbeda dari Max yang diketahui olehnya. Saat ini Max mengenakan gaun dengan model kemben berwarna hitam dengan bagian bawah melebar layaknya rok balerina. Dan yang membuat Orlena semakin terkejut adalah pria itu mengenakan wig berwarna pink. Tidak hanya itu Max mencukur jambangnya membuat kulit wajahnya menjadi bersih dan ditambahi make up lengkap dengan lipstik berwarna gelap. Jika saja Altherr tidak memberitahu Orlena jika orang yang duduk di depan meja bar itu adalah Max, maka Orlena akan berpikir jika dia adalah wanita cantik yang sedang mengunjungi bar. Tapi melihat sekelilingnya di mana Orlena hanya satu-satunya pengunjung, maka wanita itu sadar jika ini adalah bar khusus gay.“Jean.” Panggil Alther.Saat Max menoleh ke arah sekretarisnya, dia bisa melihat pria itu tampak tidak suka melihat Altherr. “Oh, jadi kamu sudah menemukanku, Altherr?”Jean? Artiny
Orlena terperangah saat Jean melompat ke arah Russel dan memeluknya. Tidak hanya wanita itu yang terkejut melihatnya. Altherr dan juga Russel yang berusaha membebaskan diri dari pelukan Jean pun ikut terkejut.“Pria menggemaskan, maukah kamu bermain denganku? Kamu adalah tipe idealku. Tampan, menggemaskan, dan imut. Rasanya aku ingin memakanmu.” Jean memanyunkan bibirnya untuk mencium Russel. Dengan susah payah Russel menjauhkan wajahnya dari jangkauan Jean. Bahkan pria Asia itu mendorong bibir Jean dengan tangannya. Kedua tangan Jean yang melingkar di pinggangnya terasa sangat kencang. Sehingga Russel kesulitan untuk melepaskan diri.“Sayangnya aku tidak mau, Brengsek. Aku sudah punya pacar.”Jean menggelengkan kepalanya. “Tidak masalah jika kamu sudah punya pacar. Aku pasti jauh lebih hebat dari pacarmu. Aku bisa memuaskanmu, Sayangku.”Russel menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku tidak mau. Orly, tolong aku, please...” Tatapan pria itu tertuju pada sahabatnya.Orly tersadar dari ra
Di dalam mobil yang dikendarai oleh Altherr, Max yang duduk di belakangnya sedang mendengarkan cerita dari sekretarisnya mengenai apa yang terjadi di bar tadi. Max memejamkan matanya merasakan perasaan malu yang membuatnya ingin masuk ke jurang untuk menyembunyikan dirinya. Bagaimana bisa dia menyerang pria lain seperti itu? Tentu saja hal ini membuat Max merasa lelah. Beruntung Jean jarang sekali muncul dan bisa segera diselamatkan. Jika tidak, Max akan mengalami trauma yang lebih dalam lagi.Mobil yang dikendarai oleh Altherr terparkir di basement gedung apartemen milik Max.“Kamu bisa istirahat, Max. Aku akan mengatakan Nona Orly.” Altherr menunjuk ke arah Orlena yang duduk di sampingnya.Max menggelengkan kepalanya. “Tidak, Altherr. Aku perlu bicara dengan Nona Orly sebentar. Aku yang akan mengantarkan dia pulang. Jadi kamu bisa kembali ke perusahaan mengambil barangmu dan pulang.”Altherr menganggukkan kepalanya. “Baiklah, Max. Sampai jumpa besok.”Tatapan Max tertuju pada Orlen
Mobil Max berhenti di depan rumah Orlena. Setelah mematikan mesin mobilnya, Max menoleh ke arah wanita yang duduk di sampingnya. Dia bisa melihat Orlena tengah melepaskan sabuk pengaman yang melilit tubuhnya.“Aku tidak bisa mengantarkanmu ke dalam dan meminta maaf langsung pada sahabatmu. Jadi bisakah kamu menyampaikan penyesalanku?” ucap Max dengan nada serius.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, aku akan menyampaikannya kepada Russel. Jadi kamu tidak perlu khawatir dan makan malam saja bersama istrimu.” Orlena mendengar pembicaraan Max dan Esmee saat wanita itu mengajak sang suami untuk makan malam bersama keluarganya.“Baguslah. Sampai jumpa besok, Miss Orly. Dan terima kasih sudah banyak membantuku hari ini.”Orlena menganggukkan kepala sebelum akhirnya keluar dari mobil sembari membawa kotak berisi kue yang dibelikan oleh Max sebagai ungkapan permintaan maafnya pada Russel atas apa yang terjadi sore tadi. Setelah Orlena keluar dari mobil, dia bisa melihat Max membawa mobil spor
Orlena berkutat dengan pekerjaan yang membuatnya bosan kembali. Bahkan wanita itu tidak bersemangat saat dia memasukkan angka demi angka menggunakan jari telunjuknya satu persatu. Dia bagaikan siput yang berjalan dengan sangat lamban. Dia bahkan lebih memilih menemani kliennya bermain catur daripada mengerjakan tugas ini. Jauh lebih membosankan. Sehingga dia heran bagaimaan Max, Altherr, dan karyawan lainnya bisa betah duduk di depan komputer seperti ini.Tiba-tiba pintu ruangan Orlena terbuka membuat wanita itu terlonjak kaget. Dia bisa melihat Max dan Altherr berjalan masuk. Wanita itu mengedipkan matanya menatap kedua pria itu dengan kebingungan.“Ada apa?” tanya Orlena.“Kamu harus ikut denganku. Aku harus menghadiri sebuah seminar penting. Dan hal itu membutuhkan waktu yang lama bahkan mungkin sampai sore. Karena itulah kamu harus ikut denganku.” Jelas Max.Seketika Orlena melompat dari kursinya dan matanya langsung berbinar. “Jadi kita akan pergi dari sini? Dengan senang hati.”
“Dia benar-benar aneh sekali, Mr. Caspari. Apakah dia selalu seperti itu?” tanya Orlena saat bersama dengan Altherr mencari keberadaan Max di sekitar ballroom hotel.Altherr mengerutkan dahinya. “Aneh bagaimana, Miss Orly? Bisakah kamu menjelaskan lebih detailnya?"“Dia mudah sekali marah. Aku bahkan berpikir dia mirip sekali dengan Rey.”Langkah Altherr terhenti di lorong hotel. Hal itu membuat Orlena ikut berhenti. Sekretaris Max itu menoleh ke arah wanita yang berdiri di sampingnya.“Max marah? Jadi dia pergi dengan kondisi marah?” tanya Altherr tampak panik.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, apakah ada yang salah, Mr. Caspari.”Altherr menoleh ke sekelilingnya untuk melihat apakah ada orang lain di sekitar mereka. “Emosi Max bisa mempengaruhi kondisinya, Miss Orly.”Orlena memicingkan matanya. “Maksudmu emosi bisa membuat Mr. Steltzer berubah kepribadiannya?”Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, kemungkinan besar seperti itu. Emosi apapun baik itu marah, sedih, senang berle
Saat ini Max mengenakan kemeja biru muda kotak-kotak dipadukan dengan sweater tanpa lengan berwarna coklat. Pria itu mengenakan pakaiannya terlalu rapi bahkan dia mengancingkan kancing paling atas. Rambut bagian depan Max biasanya dibuat berdiri menggunakan gel rambut. Tapi saat ini pria itu membiarkan rambutnya turun menutupi dahinya. Tidak hanya itu Max juga mengenakan kacamata berbentuk kotak yang besar. Terlihat begitu culun namun tidak menghilangkan ketampanan pria itu.“Dia tidak terlihat seperti Max. Juga tidak terlihat seperti si preman Rey. Dan jauh berbeda dengan Troy si playboy. Jadi bisakah kamu memberitahuku siapa dia, Mr. Caspari?” tanya Orlena yang berdiri di samping Altherr.Tanpa mengalihkan pandangannya dari Max, Altherr pun menjawabnya. “Dia adalah kepribadian kelima dari Max. Namanya adalah Kurt.”“Kurt?” Orlena mengulang nama yang disebutkan oleh sekretarisnya Max.Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, Miss Orly. Artinya kamu sudah melihat semua kepribadian dar
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap