Romain yang duduk di tepi ranjang dalam apartemennya tampak sedang mengamati Esmee yang sudah berbaring di ranjang dengan mata tertutup. Wanita itu tidak berhenti menangis sampai akhirnya dia kelelehan dan jatuh dalam tidur. Bahkan bekas air mata di pipinya masih terlihat jelas. Dan juga bahunya masih bergetar akibat efek dari menangis.
Roman mengulurkan tangannya mengelus pipi Esmee dengan begitu lembut. “Jika saja kamu mencintaiku, Esmee. Aku pasti tidak akan bersikap kasar seperti yang sudah suamimu lakukan padamu. Tidak bisakah kamu menyerah padanya dan berpaling padaku, Esmee?”
Sayangnya Romain tahu jika tidak semua orang bisa memiliki apa yang diinginkan. Seperti Esmee yang menginginkan cinta suaminya. Meskipun wanita itu sudah berusaha keras menunjukkan cintanya, tapi hal itu masih saja belum cukup. Sedangkan dirinya sendiri yang mengin
“Dia masih berada di rumah. Lebih tepatnya dia berada di ruang ganti.”Tatapan Orlena langsung tertuju pada pintu ruang ganti milik Max setelah mendengar ucapan Altherr. Segera wanita itu berjalan menghampiri pintu itu. Langkahnya terhenti saat sampai di hadapan pintu itu. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih gagangnya. Perlahan membuka dan mendorong pintu itu.Saat itulah tatapan Orlena tertuju pada sosok Max yang berdiri di tengah ruang ganti. Pria itu sudah mengenakan celana jeans hitam robek-robek dengan kaos abu-abu dan jaket hitam. Orlena yakin itu adalah Rey.“Kamu sudah bangun?” tanya pia itu.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru saja bangun dan tidak melihatmu. Apakah kamu mau pergi, Rey?”Pria itu berjalan menghampiri Orlena. Langkahnya terhenti saat jarak mereka hanya beberapa jengkal. “Jadi kamu tahu aku adalah Rey?” tanya pria itu.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu. Setelah mengenal semua kepribadian Max, aku tahu bagaimana cara mengenali kalian.”
Pintu lift apartemen Max terbuka. Segera Altherr berjalan keluar dan masuk ke dalam apartemen Max. Langkah pria itu terhenti saat dia melihat Orlena duduk di tangga mendekati lantai bawah. Terlihat kepala wanita itu menunduk ke bawah seakan sedang memikirkan sesuatu. “Orly, di mana Max?” tanya Altherr membuat Orlena mendongak menatap pria itu.“Rey membawanya pergi. Apakah kamu bisa melacaknya, Altherr?” Pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku jas. Dia mengotak-atik sejenak benda itu untuk membuka aplikasi yang digunakan untuk melacak keberadaan Max.“Dia berada di sebuah bar yang letaknya lumayan jauh dari sini.” Altherr menunjukkan layar smartphone-nya ke arah Orlena sehingga wanita itu bisa melihat titik di mana Max berada.“Aku akan ikut denganmu ke sana.”Orlena berdiri dan hendak menuruni tangga. Namun keseimbangannya seketika oleng sehingga Altherr mengulurkan tangannya untuk menahan tubuh wanita itu.“Apakah kamu baik-baik saja, Orly?” tanya Altherr.Orlena menegakkan tubu
Beberapa saat sebelumnya.Rey membuka pintu bar dan berjalan masuk. Karena sudah pagi maka pengunjung bar itu tidaklah banyak. Orang-orang pasti sudah pulang setelah semalaman menikmati keindahan yang liar. Dia berjalan menghampiri meja bartender. Rey bisa merasakan tatapan beberapa orang yang tertuju padanya. Tapi pria itu tidak mempedulikannya. Asalkan mereka tidak mengusiknya, maka Rey tidak akan bertindak apapun pada mereka.“Segelas bir satu,” Rey memesan minuman untuknya.Pria muda yang mengenakan seragam bartender itu menganggukkan kepalanya dan segera menyiapkan minuman yang dipesan oleh Rey. Pria bernama Owen itu mengambil gelas bir kosong dan bersih. Kemudian menuangkan bir ke dalam gelas berukuran besar itu. cairan berwarna kuning dan berbuih itu langsung memenuhi glas i
“Bagaimana ini, Altherr? Max diculik,” panik Orlena setelah mereka keluar dari bar itu.Altherr menghentikan langkah mereka saat berada di gang. Kemudian dia mengulurkan kedua tangannya dan menepuk bahu wanita itu untuk menenangkannya.“Kita pasti bisa menemukannya, Orly. Kamu tidak usah takut. Aku yakin Rey atau Max saat ini baik-baik saja. Yang kita perlu lakukan sekarang adalah mencari keberadaan Max. Jika kita panik dan takut, kita hanya akan menghambat pencarian. Ingat saat Max pernah hilang dan nyaris bunuh diri? Kamu adalah orang paling tenang dan berhasil menyelamatkannya.” Altherr berusaha menenangkan wanita itu.Aku bersikap tenang karena aku tidak terlalu peduli pada Max saat itu. Tapi sekarang keadaan berbeda. Aku mencintai Max dan tidak ingin kehilangan pria itu.
“Kenapa kamu tiba-tiba mendorongku, Rey?” tanya Max yang kebingungan melihat Rey tiba-tiba saja mendorong tubuhnya menuju pintu yang pernah dilewatinya.“Kamu ingat apa yang aku katakan tadi mengenai dua pria yang ingin membawamu?” tanya Rey.Max menganggukkan kepalanya. “Ya, aku ingat. Kamu mengatakan jika kamu memiliki firasat yang buruk tentang hal itu.”“Benar sekali. Karena itu kamu harus sadar sekarang. Jika tidak, aku pikir kamu akan menyesalinya.”“Menyesalinya?” bingung Max.Langkah mereka berhenti tepat di depan pintu yang menghubungkan alam pikiran Rey dengan alam pikiran Max.“Tidak perlu banyak tanya. S
Esmee melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia mengambil gunting dan memilih menggunting kaos yang dikenakan oleh Max. Cara ini jauh lebih mudah dibandingkan melepaskan pakaian itu secara manual. Setelah berhasl membuka kaos yang dikenakan oleh Max, mata Esmee tampak berbinar melihat tubuh Max yang menawan. Meskipun dibalik setelan jasnya tubuh Max terlihat bagus, tapi dia tidak menduga jika Max memilik otot-otot perut yang menggoda. Saat wanita itu menunduk untuk mencium otot-otot perut itu, dia bisa mencium aroma parfum yang dikenakan oleh Max bercampur dengan aroma tubuh pria itu. Ini adalah impian Esmee sejak lama. Sesuai rencananya, dia akan membuat Max bercinta dengannya sehingga dia bisa hamil anak pria itu. Dengan begitu Esmee bisa menahan Max dalam pernikahan mereka. Namun tiba-tiba saja mata Max terbuka. Esmee yang melihat hal itu menyunggingkan senyuman ke arah suaminya. “Maafkan aku sudah membuatmu terkejut karena aku harus menculikmu, Max. Tapi aku hanya ingin berc
Altherr berlari menyusuri rumah itu untuk mencari sumber suara. Langkah pria itu berhenti di depan sebuah pintu. Dia segera membuka pintu itu. Saat itulah dia melihat Max dalam balutan gaun hitam bunga-bunga merah sedang berdiri di tengah ruangan. Di hadapan pria itu ada Esmee yang berjongkok sembari menutup kedua telinganya. Terlihat jelas Esmee menangis sembari menggelengkan kepalanya.“Aku tidak memukulnya, Altherr.” Jean membuat pembelaan untuk dirinya.Altherr pun berjalan menghampiri Jean. Dia menganggukkan kepalanya. “Aku percaya padamu, Jean. Sekarang bisakah kamu keluar dan pergi ke mobil? Di sana sudah ada Orly.”Seketika mata Jean berbinar senang mendengar nama itu. “Orly juga ikut bersamamu?”Altherr kembali menganggukkan kepalanya. “Ya, dia juga ikut. Karena dia sangat mengkhawatirkanmu.”“Kalau begitu aku akan pergi ke mobil dulu agar bisa bersama Orly.” Jean dengan penuh semangat berjalan keluar dari kamar itu masih dengan memegang gaun biru yang ingin diberikan pada Es
"Lalu bagaimana denganku, Max? Apakah aku tidak menjadi bagian dari rancangan hidupmu?"Pertanyaan yang dilontarkan oleh Orlena membuat Max menatap lekat ke arah wanita itu. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut wanita itu di belakang telinga dan memberikan elusan lembut yang membuat Orlena merasa begitu nyaman. "Aku sudah memikirkannya, Orlena. Aku tidak ingin berpisah darimu. Bahkan setelah kontrak yang kamu tanda tangani denganku berakhir, aku ingin kita tetap bersama. Tapi aku menyadari jika aku tidak bisa memaksakan kehendakku padamu Orlena. Semua berada dalam keputusanmu. Aku hanya bisa menawarkan hal ini. Mungkin aku tidak bisa memberikan kehidupan mewah seperti saat ini. Tapi aku bisa pastikan aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mencukupi apapun yang kamu inginkan. Karena itu maukah kamu tetap bersama denganku, Orlena?"Wanita itu terdiam mendengarkan ucapan Max. Dia tidak menyangka jika pria itu juga memikirkan dirinya dalam rencana kehidupannya ke dep
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap