Beberapa saat sebelumnya.
Rey membuka pintu bar dan berjalan masuk. Karena sudah pagi maka pengunjung bar itu tidaklah banyak. Orang-orang pasti sudah pulang setelah semalaman menikmati keindahan yang liar. Dia berjalan menghampiri meja bartender. Rey bisa merasakan tatapan beberapa orang yang tertuju padanya. Tapi pria itu tidak mempedulikannya. Asalkan mereka tidak mengusiknya, maka Rey tidak akan bertindak apapun pada mereka.
“Segelas bir satu,” Rey memesan minuman untuknya.
Pria muda yang mengenakan seragam bartender itu menganggukkan kepalanya dan segera menyiapkan minuman yang dipesan oleh Rey. Pria bernama Owen itu mengambil gelas bir kosong dan bersih. Kemudian menuangkan bir ke dalam gelas berukuran besar itu. cairan berwarna kuning dan berbuih itu langsung memenuhi glas i
“Bagaimana ini, Altherr? Max diculik,” panik Orlena setelah mereka keluar dari bar itu.Altherr menghentikan langkah mereka saat berada di gang. Kemudian dia mengulurkan kedua tangannya dan menepuk bahu wanita itu untuk menenangkannya.“Kita pasti bisa menemukannya, Orly. Kamu tidak usah takut. Aku yakin Rey atau Max saat ini baik-baik saja. Yang kita perlu lakukan sekarang adalah mencari keberadaan Max. Jika kita panik dan takut, kita hanya akan menghambat pencarian. Ingat saat Max pernah hilang dan nyaris bunuh diri? Kamu adalah orang paling tenang dan berhasil menyelamatkannya.” Altherr berusaha menenangkan wanita itu.Aku bersikap tenang karena aku tidak terlalu peduli pada Max saat itu. Tapi sekarang keadaan berbeda. Aku mencintai Max dan tidak ingin kehilangan pria itu.
“Kenapa kamu tiba-tiba mendorongku, Rey?” tanya Max yang kebingungan melihat Rey tiba-tiba saja mendorong tubuhnya menuju pintu yang pernah dilewatinya.“Kamu ingat apa yang aku katakan tadi mengenai dua pria yang ingin membawamu?” tanya Rey.Max menganggukkan kepalanya. “Ya, aku ingat. Kamu mengatakan jika kamu memiliki firasat yang buruk tentang hal itu.”“Benar sekali. Karena itu kamu harus sadar sekarang. Jika tidak, aku pikir kamu akan menyesalinya.”“Menyesalinya?” bingung Max.Langkah mereka berhenti tepat di depan pintu yang menghubungkan alam pikiran Rey dengan alam pikiran Max.“Tidak perlu banyak tanya. S
Esmee melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia mengambil gunting dan memilih menggunting kaos yang dikenakan oleh Max. Cara ini jauh lebih mudah dibandingkan melepaskan pakaian itu secara manual. Setelah berhasl membuka kaos yang dikenakan oleh Max, mata Esmee tampak berbinar melihat tubuh Max yang menawan. Meskipun dibalik setelan jasnya tubuh Max terlihat bagus, tapi dia tidak menduga jika Max memilik otot-otot perut yang menggoda. Saat wanita itu menunduk untuk mencium otot-otot perut itu, dia bisa mencium aroma parfum yang dikenakan oleh Max bercampur dengan aroma tubuh pria itu. Ini adalah impian Esmee sejak lama. Sesuai rencananya, dia akan membuat Max bercinta dengannya sehingga dia bisa hamil anak pria itu. Dengan begitu Esmee bisa menahan Max dalam pernikahan mereka. Namun tiba-tiba saja mata Max terbuka. Esmee yang melihat hal itu menyunggingkan senyuman ke arah suaminya. “Maafkan aku sudah membuatmu terkejut karena aku harus menculikmu, Max. Tapi aku hanya ingin berc
Altherr berlari menyusuri rumah itu untuk mencari sumber suara. Langkah pria itu berhenti di depan sebuah pintu. Dia segera membuka pintu itu. Saat itulah dia melihat Max dalam balutan gaun hitam bunga-bunga merah sedang berdiri di tengah ruangan. Di hadapan pria itu ada Esmee yang berjongkok sembari menutup kedua telinganya. Terlihat jelas Esmee menangis sembari menggelengkan kepalanya.“Aku tidak memukulnya, Altherr.” Jean membuat pembelaan untuk dirinya.Altherr pun berjalan menghampiri Jean. Dia menganggukkan kepalanya. “Aku percaya padamu, Jean. Sekarang bisakah kamu keluar dan pergi ke mobil? Di sana sudah ada Orly.”Seketika mata Jean berbinar senang mendengar nama itu. “Orly juga ikut bersamamu?”Altherr kembali menganggukkan kepalanya. “Ya, dia juga ikut. Karena dia sangat mengkhawatirkanmu.”“Kalau begitu aku akan pergi ke mobil dulu agar bisa bersama Orly.” Jean dengan penuh semangat berjalan keluar dari kamar itu masih dengan memegang gaun biru yang ingin diberikan pada Es
"Lalu bagaimana denganku, Max? Apakah aku tidak menjadi bagian dari rancangan hidupmu?"Pertanyaan yang dilontarkan oleh Orlena membuat Max menatap lekat ke arah wanita itu. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut wanita itu di belakang telinga dan memberikan elusan lembut yang membuat Orlena merasa begitu nyaman. "Aku sudah memikirkannya, Orlena. Aku tidak ingin berpisah darimu. Bahkan setelah kontrak yang kamu tanda tangani denganku berakhir, aku ingin kita tetap bersama. Tapi aku menyadari jika aku tidak bisa memaksakan kehendakku padamu Orlena. Semua berada dalam keputusanmu. Aku hanya bisa menawarkan hal ini. Mungkin aku tidak bisa memberikan kehidupan mewah seperti saat ini. Tapi aku bisa pastikan aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mencukupi apapun yang kamu inginkan. Karena itu maukah kamu tetap bersama denganku, Orlena?"Wanita itu terdiam mendengarkan ucapan Max. Dia tidak menyangka jika pria itu juga memikirkan dirinya dalam rencana kehidupannya ke dep
Romain berlari menuju ruangannya. Bahkan beberapa karyawan yang melihatnya tampak kebingungan. Karena tidak biasanya bos mereka yang tenang tampak berubah panik. Beruntung ruang meeting dan ruangan Romain masih berada di lantai yang sama. Hingga akhirnya langkah Romain berhenti di depan pintu ruangannya. Tatapannya berkeliling untuk mencari sosok Esmee. Ruth memberitahunya jika wanita itu datang mencarinya. Kemudian Romain berjalan menghampiri meja Ruth. Dia bisa melihat ada seorang wanita yang merupakan asisten dari Ruth.“Di mana wanita itu?” tanya Romain.Wanita dengan rambut merah gelap itu langsung berdiri menghadapi Romain. “Maksud Anda adalah Mrs. Steltzer?”Romain menganggukkan kepalanya. “Ya, dia yang aku maksud. Di mana dia sekarang?”“Mrs. Steltzer menitipkan sebuah surat untuk Anda.” Wanita itu menyerahkan sebuah amplop berwarna putih kepada Romain. “Kemudian Mr. Steltzer pergi baru saja. Mungkin sekita lima menit yang lalu.”Romain segera mengambil surat itu dan membukany
“Papa?” panggil Esmee dengan nada terkejut saat melihat Kevin berdiri dengan tatapan tajam dilayangkan ke arah putrinya.“Apa yang kamu lakukan di sini, Pa?” tanya Esmee melihat ayahnya berjalan mendekatinya.Sebelum menjawab pertanyaan Esmee, Kevin tiba-tiba menampar putrinya. Tentu saja hal itu membuat Romain terkejut. Dia segera menarik Esmee di belakangnya. “Apa yang Anda lakukan, Mr. Wedler?” tanya Romain dengan sikap waspada.Kevin menatap tajam ke arah Romain. Dia tidak peduli jika pria di hadapannya adalah putra sahabatnya. Yang membuat pria itu kesal adalah karena Romain mengganggu urusan keluarganya.“Aku sedang memberikan putriku pelajaran. Jadi sebaiknya kamu tidak ikut campur, Romain.” Kevin mengatakannya dengan nada dingin.“Maafkan saya, Mr. Wedler. Tapi menyakiti putri Anda di tempat umum bukan hanya akan membaut putri Anda malu tapi juga Anda. Bagaimana jika orang-orang melihat kemarahan Anda yang berlebihan kepada putri Anda?” Romain berusaha untuk membuat akal seha
Hari-hari berlalu. Tapi Romain masih belum mendapatkan pesan dari Esmee. Bahkan setiap saat pria itu mengecek akun chat Esmee. Namun tidak ada satu pesan yang masuk. Romain juga melihat wanita itu tidak online. Pria itu juga sudah menelponnya. Tapi tidak kunjung diangkat.“Sebenarnya ke mana dia? Apa dia membohongiku?” gumam Romain yang duduk di kursinya.“Siapa yang berbohong, Mr. Martinez?” Suara itu membuat Romain terlonjak kaget. Dia mendongak dan melihat Ruth sudah berdiri di depan mejanya.“Ruth, kamu mengejutkanku.” Romain mengelus dadanya yang berdebar cepat karena terkejut.Wanita itu mengangkat kedua bahunya. “Bukan salahku. Aku sudah mengetuk berkali-kali tapi kamu tidak mendengarnya. Lalu aku masuk dan melihat kamu melamun dan bergumam sendiri.”Romain menghela nafas berat. Dia tidak bisa menyalahkan sekretarisnya. Karena apa yang dikatakan oleh Ruth memang benar. Sejak beberapa hari ini dia selalu melamun dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.“Jadi siapa yang membohong
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap