Agatha memutuskan untuk menyimpan kehamilannya seorang diri. Dia tidak berani membayangkan kalau sampai Liam tahu dan apa yang bisa dilakukan pria itu terhadap bayinya. Agatha ingin melahirkan bayinya, tapi Liam mungkin tidak. Pria dominan dan berkuasa seperti Liam Stefano pastilah tidak menginginkan anak dalam rencana masa depannya.
Jadi Agatha tidak ingin membuat pria itu tahu kalau dirinya hamil. Toh kontrak pernikahan mereka akan segera berakhir dalam beberapa bulan. Agatha hanya perlu berdoa agar Liam tidak pernah menyadari kehamilannya, hingga mereka bisa bercerai dan Agatha akan membawa anak itu bersamanya.
“Ya, begitu saja. Jangan sampai si brengsek itu tahu.”
“Anakku, maaf karena ibumu ini telah melewatkan momen penantian membahagiakan akan kehadiranmu. Tapi yang harus kau tahu, ibu sangat mencintaimu, dan menantikan kehadiranmu ke dunia ini. Tumbuhlah dengan sehat dan bahagia di perut ibu.” Agatha tanpa sadar menangis, air mata
“Akh! Agatha, apa yang kau lakukan?” Francesca melotot begitu mengetahui pelaku yang telah memukul wajahnya tanpa aba-aba adalah Agatha.Plak!“Awh! Beraninya kau memukulku—“Plak!“Agatha, kau pikir apa yang sedang kau lakukan?” Francesca berteriak histeris setelah mendapatkan tiga kali pukulan keras berturut-turut di wajahnya.Wanita itu bahkan menggunakan kedua tangannya untuk meredam rasa sakit dan panas akibat pukulan Agatha.“Tuan Stefano, sepertinya nyonya sedang mengamuk.” Ucap Luca di kejauhan saat menyaksikan aksi pukul Agatha pada Francesca.Liam memincingkan matanya untuk mengamati kedua perempuan itu.“Biarkan saja.”“Tapi kondisi Nyonya Agatha sedang tidak stabil sekarang. Takutnya dia tidak bisa mengendalikan diri dan—““Kita lihat dan tunggu saja.” Potong Liam cepat, sama sekali tidak ingin mengganggu ke
“Ah, tidak. Hanya saja kupikir kau ingin menemani nyonya—““Jangan asal bicara. Dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri.” Liam teringat lagi, bagaimana Agatha memberi pelajaran pada Francesca tadi.Itu sudah membuktikan kalau gadis itu tidak selemah yang dia pikirkan.“Hm, baiklah.” Luca menunduk.“Kau kirim pesan pada Candice untuk datang ke palazzo. Disaat seperti ini, kehadiran seorang teman mungkin bisa membantunya untuk cepat pulih.”“Benar, aku akan segera mengirim surel pada Nyonya Fontana.”“Tidak usah terlalu formal. Telepon saja sekretarisnya.”“Baik, tuan.” Luca segera berlalu dari ruang kerjanya.Sementara Liam diam-diam memandangi arah kepergian Luca, sembari berdoa kalau kehadiran Candice bisa membawa dampak baik bagi kesembuhan Agatha.Kalau boleh jujur, Liam cukup lelah menghadapi amukan Agatha setiap hari.
“Aku akan bercerai lebih cepat darinya.”“Apa?” Candice melongo mendengar jawaban itu keluar begitu saja dari mulut Agatha.“Agatha, aku sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tapi apa kau yakin Liam akan setuju?”“Dia harus setuju. Kontrak kami hanya berakhir beberapa bulan lebih cepat, seharusnya tidak akan ada masalah. Kalau pun dia menolak, aku akan pergi ke pengadilan untuk menuntutnya.” Candice tanpa sadar merinding melihat kepercayaan diri sahabatnya yang entah muncul dari mana.“Agatha, ada yang ingin kubicarakan.” Ucap Liam yang langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu lebih dulu.“Aku sedang menerima kunjungan penting, apa kau tidak bisa menunggu?” Agatha melotot tak suka pada sikap Liam yang selalu seenaknya sendiri.Liam melirik ke arah Candice, membuat wanita itu langsung paham dan bergegas meninggalkan mereka berdua saja di dalam kamar.
‘Pengusaha muda Liam Stefano akan segera menikahi tunangannya Francesca Harper dalam waktu dekat.’‘Sosok tunangan Liam Stefano adalah desainer fesyen muda yang cantik dan berbakat.’‘Pasangan abad ini yang akan segera meresmikan hubungan mereka dalam pernikahan, selamat kepada Liam Stefano dan Francesca Harper.’Rahang Liam mengeras membaca beberapa judul artikel yang ditulis besar-besar itu. Liam hampir saja melempar ponsel di tangannya kalau saja dirinya tidak ingat ponsel itu milik Candice.“Aku akan segera menyelesaikannya.” Liam mengembalikan ponsel itu pada Candice sebelum pergi meninggalkan kamar Agatha dengan langkah lebar-lebar.“Ada apa?” Tanya Agatha pada sahabatnya.“Sepertinya Francesca kembali berulah.” Candice mengedikkan bahu.Agatha meraih ponselnya di atas nakas dan membaca beberapa artikel yang sedang membahas tentang suaminya beserta tunangann
“Siapa yang mencuri siapa? Sebaiknya kau sadar diri saja kenapa tunanganmu itu bisa sampai meninggalkanmu, bukan malah menyalahkan orang lain untuk dijadikan kambing hitam.”“Liam sendiri yang mengatakannya. Dia memutuskan pertunangan kami karena kau! Karena kau telah menggodanya dengan tubuhmu.”Plak!“Aku tidak akan membiarkanmu berbicara hal buruk lagi tentangku. Hubunganmu dengan Liam, sama sekali bukan urusanku. Jadi kalau pada akhirnya dia mengakhiri pertunangan kalian, lebih baik kau cari saja dia. Bukan malah mendatangiku dan berbuat onar.”“Kalian sama saja. Aku tidak akan melepaskan kalian berdua.” Ancamnya dengan mata berkaca-kaca.Agatha merasa tidak tega melihat Francesca yang serapuh itu. Namun saat dirinya teringat kembali apa yang telah dilakukan wanita itu dan juga ayahnya padanya, Agatha secara mutlak kehilangan perasaan simpatinya.“Nona Harper, pesawatmu akan segera le
“Apa yang kau lakukan?” Agatha merasakan ketegangan menyelimutinya, di satu sisi dirinya takut akan terbawa suasana.Namun di sisi lain, dia suka saat Liam menyentuhnya seperti ini. Otak Agatha seolah dibutakan. Napasnya memburu hingga dia mulai merasa pusing. Perasaan ingin menyentuh Liam sangat sulit untuk dia tahan.“Tolong, menjauhlah sedikit.” Agatha menggeliat dalam pelukan Liam, merasa was-was jika ada orang yang masuk dan melihat perbuatan mereka.“Aku suka riasanmu hari ini.” Liam berhasil membuat suaranya terdengar intim.“Membuatmu terlihat lebih cantik.”Pujian itu membuat Agatha melayang, dan tanpa sadar dia mengangkat tangan untuk menyentuh wajahnya. Agatha yakin wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang.“Tapi bajumu terlihat sedikit lebih longgar, apa mereka tidak membuatnya sesuai ukuranmu? Atau kau menjadi lebih kurus belakangan ini?” Liam tampak memerhatik
Bibi Emy adalah kepala pengurus palazzo sekaligus orang kepercayaan Liam di rumah itu. Agatha takut kalau wanita tua itu membelot dan mengkhianatinya, sama seperti yang dilakukan Fany padanya.“Aku tidak memiliki wewenang untuk melakukannya, Agatha. Itu adalah bayimu, kau sendiri yang berhak untuk memutuskan.” Agatha tersenyum lega sembari mengelus perutnya dengan sayang.“Aku senang mendengar panggilanmu yang barusan, rasanya seperti kita berdua benar-benar dekat.”“Kalau kau menyukainya, aku akan memanggilmu begitu saat Tuan Stefano tidak ada.” Bibi Emy mengerlingkan sebelah matanya.“Apa Liam akan memarahimu kalau memanggilku begitu?” Agatha mengernyitkan keningnya.“Ah, itu—sepertinya masih ada pekerjaan yang harus kuurus. Kau, tidak apa-apa kutinggal sendiri?” Wanita itu segera melenggang pergi setelah memastikan Agatha beristirahat dengan nyaman di tempat tidurnya.&ldqu
“Liam Stefano bahkan berpikir seperti itu. Saat menghadiri pemakaman keluarga Stefano, aku melihat sendiri dengan mata kepalaku kalau Liam hampir membunuhmu dengan pisau. Dia menyalahkanmu atas semua yang terjadi pada keluarganya. Jadi bagaimana bisa aku tidak berpikir hal yang sama? Kalau Liam Stefano saja menyalahkanmu, berarti memang kau pelakunya!”Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Fany, Agatha sudah menahan diri dengan sangat keras. Namun kemarahannya meledak juga pada akhirnya. Sudah cukup selama ini Liam salah paham dan menyalahkannya, dia tidak akan membiarkan orang lain berpikir dan melakukan hal yang sama.“Kau marah? Kenapa kau marah? Seharusnya aku yang marah. Seharusnya aku berada di rumah ini sebagai putri bungsu keluarga Stefano, bukan sebagai maid rendahan seperti ini! Kau yang telah menghancurkan hidupku, Agatha. Aku akan membunuhmu!” Fany mendorong Agatha dan meletakkan kedua tangannya di leher gadis itu.
Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah
“Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn
“Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli
“Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai
“Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu
“Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li
“Kau penyihir kecil menantang dengan segala kebaikannya. Dan juga istri yang kucintai. Sangat-sangat kucintai.” Jawabnya.“Kau sudah mengatakannya kemarin.”“Aku akan lebih sering lagi mengatakannya. Sesering mungkin.” Liam tak lagi menyangkal perasaannya, dan dia akan berusaha sejujur mungkin, terutama untuk membuat Agatha tetap di sisinya.Agatha merasa tubuhnya panas dan berkeringat, namun Liam dengan gerakan cepat bangkit dan meraup tubuhnya kembali dalam pelukan. Liam menciumnya, Agatha secara sadar dan sukarela membalas ciumannya.Saat tiba-tiba Liam menghentikan ciumanya, pria itu mendesah di atas bibir Agatha yang peka. Dia mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah Agatha, mata abu-abunya yang gelap penuh dengan hasrat yang menuntut tanggapan positif.“Aku tak akan pernah merasa puas akan dirimu, Tesoro—sayang. Kumohon, pulanglah bersamaku.”Dada Agatha serasa direma
“Anggap saja begitu. Agar rencana balas dendamku ini berjalan lancar, sebaiknya kau ikut pulang bersamaku. Dengan begitu aku bisa menghukummu—tidak—menghamilimu sebanyak yang bisa kau terima.”“Dasar kau mesum.”“Kau kira mudah menahan diri selama lima tahun?”“Siapa suruh kau tidak mencari pelampiasan lain. Dengan kualifikasimu, pasti banyak wanita yang tertarik.”“Kau pikir aku pria seperti apa? Aku adalah pria yang sudah menikah. Aku tidak ingin mengotori diriku dengan berselingkuh!”Sekarang Agatha yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Kenyataan bahwa suaminya tidak menginginkan wanita lain selain dirinya terdengar cukup melegakan.“Aku akan melihat Noah dulu.” Agatha berusaha menghindari Liam dengan menjadikan putranya sebagai alasan.Sejujurnya, dia merasa perlu membujuk anak itu agar tidak terlalu memusuhi Liam. Agatha paham dengan sikap Noah
Merasa malu karena terpergok oleh putranya sendiri tengah melakukan perbuatan tidak senonoh.“Oh, maafkan aku, Agatha. Apa kami datang di saat yang tidak tepat? Haruskah aku membawa Noah pergi lagi?” Tanya Frank dengan hati-hati, pria itu kesulitan berkata-kata melihat tatapan Liam yang setajam pisau.“Kukira paman orang yang baik, ternyata kau lebih mesum dari pria mana pun yang mencoba mendekati ibuku.” Noah segera berlari ke arah keduanya, lalu memberikan beberapa tinju pada Liam, membuat pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan dadakan itu.“Apa yang kau lakukan?” Liam berusaha menghalau tangan Noah kecil yang bergerak sangat cepat ke arahnya.“Aku membencimu, karena sudah berani mencium ibuku. Aku akan memukulmu dan menendang pantatmu!” Teriaknya dengan amarah yang meluap-luap.“Agatha.” Liam menatap Agatha seolah meminta pertolongan.“Berhentilah kalian berdua.&rdq