“Aku tidak tertarik.” Ucapnya tanpa berbalik.
Agatha menganggap hubungan mereka sudah selesai hari ini. Dirinya tidak ingin tahu lagi apapun tentang pria itu. Meskipun tadinya dia ingin mengakhirinya secara baik-baik, namun ternyata semesta menunjukkan sifat asli pria yang beberapa tahun dipacarinya itu.
“Aku tidak akan membiarkanmu memutuskanku begitu saja, Agatha. Aku mencintaimu, dan hanya kaulah satu-satunya wanitaku.” Dario berbicara pelan saat Agatha sudah tidak terlihat lagi.
Hubungan mereka benar-benar sudah berakhir. Dario melakukan kesalahan dengan berselingkuh, dan Agatha tidak berniat memaafkannya apalagi memberinya kesempatan kedua.
“Kau serius mengatakan itu bahkan saat aku ada di sini?” Ucap gadis lain yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Menurutmu?”
“Kau anggap apa hubungan kita selama ini?”
“Hanya seks, tentu saja. Apa kau berpikir aku akan merelaka
“Makam ibumu. Bukankah kau ingin mengetahuinya?” Liam menaikkan sebelah alisnya.“Kau serius? Kau benar-benar menepati janjimu?” Agatha seketika berdiri, tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.Liam berbalik dan pergi. Tidak berniat menjawab apalagi menggubris Agatha.“Tuan muda tidak pernah mengingkari janji, asal tahu.” Ucap Luca dengan wajah datar setelah kepergiaan Liam.***Agatha merasakan jantungnya berdebar semakin kencang saat limusin yang mereka tumpangi mulai memasuki kawasan Distrik Danau Maggiore. Liam benar-benar menepati janjinya, dan dia membawanya ke rumah lama mereka? Agatha menebak-nebak dalam hati, munginkah pria itu memakamkan ibunya di sana?Agatha mengintip keluar dari jendela limusin untuk menikmati iklim sejuk dari Pegunungan Alpen yang menenangkan. Rasanya seperti ditarik ke masa lalu. Distrik Danau Maggiore adalah salah satu distrik termahal mengingat letaknya yang dekat denga
“Karena lahan di bawah adalah tempat pemakaman keluarga. Sedangkan ibumu, tidak termasuk.”Jawaban Liam yang datar terdengar menyakitkan bagi Agatha. Ternyata selama ini, Liam tidak pernah menganggap dirinya dan ibunya sebagai keluarga. Kenyataan itu lebih menyakitkan. Liam benar-benar menunjukkan kebenciannya setiap waktu dan tanpa ditahan-tahan. “Simpan saja air matamu itu. Jangan kau kira aku akan luluh dengan aktingmu yang memuakkan itu.” Liam melihat Agatha menunduk dari sudut matanya. Pria itu menoleh, tapi tidak sampai melihat ke belakang.“Sebesar itukah kebencianmu padaku dan ibuku?”“Ya. Dan satu-satunya hal yang kusesali adalah membiarkanmu menikmati hidup selama 14 tahun!”***Agatha sudah bersiap di depan kamera untuk memulai syuting iklan Juliette edisi khusus yang akan terbit bulan depan. Agatha menampilkan dirinya sebagai salah satu contoh gadis kelas atas yang elegan dan
Pria itu melewatinya begitu saja. Tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya. Padahal jelas sekali Agatha melihat kaca jendela mobil itu terbuka, dengan keributan yang dibuatnya, mustahil kalau Liam tidak mengetahuinya. Atau memang, dia tidak peduli?‘Padahal kau adalah suamiku yang asli.’ Hati Agatha berdenyut sakit atas ketidakpedulian Liam padanya.Sementara matanya masih terus mengikuti pergerakan mobil Liam yang semakin menjauh. Tidak ada harapan lagi. Agatha tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi. Hingga akhirnya dirinya pasrah saat dibawa masuk ke dalam limusin Matteo.“Sejujurnya, aku selalu menyukai gadis baik yang penurut. Tapi melihatmu seperti ini, entah kenapa malah membuatku semakin bersemangat. Aku jadi ingin segera memilikimu.”“Cih.” Agatha memilih untuk menyandarkan wajahnya pada kaca jendela di sampingnya. Menjaga jarak duduk sejauh mungkin dari Matteo dan tidak berniat untuk terlibat pembicaraan apap
Liam melempar artikel itu ke sofa di dekat kaki Agatha. Agatha terkejut, namun sesaat kemudian memberanikan diri untuk meraih artikel itu dan membacanya kata per kata.‘Wajah merk terkenal Juliette ternyata adalah seorang simpanan mafia kaya raya.’ Agatha kesusahan menelan salivanya saat membaca judul yang ditulis besar-besar itu.Di bawahnya, beberapa judul yang berkaitan pun menjadi trending topik di mesin pencarian.‘Selebriti terkenal berisinisial AR, tertangkap kamera sedang terlibat pertengkaran dengan suaminya di depan gedung Juliette.’‘Benarkah selebriti yang sedang naik daun AR, terlibat dalam prostitusi artis?’“Lihat apa yang sudah kau lakukan.” Liam menatap tajam Agatha.Agatha terduduk lemas di atas sofa. Di dunia yang serba cepat dan modern ini, seharusnya dia sudah memperkirakan kalau hal sekecil apapun tentangnya bisa langsung
“Kau—dari mana kau mendapatkan—““Kau tidak perlu tahu aku dapat dari mana. Sekarang katakan, apa orang di foto ini benar dirimu?” Potong Liam cepat sebelum Agatha selesai berbicara.“Itu memang diriku, tapi—““Bagus. Kau sudah mengakuinya sekarang. Jadi saat pertama kali aku menemukanmu di Vicitavecchia waktu itu, pasti adalah hari pernikahanmu?” Liam teringat kembali, saat bertemu pertama kali dengan Agatha, dimana saat itu Agatha mengenakan gaun pengantin putih yang sama persis seperti yang ada di foto.“Liam, itu memang fotoku. Tapi aku bersumpah tidak pernah menikah dengan Matteo.”“Simpan saja sumpah palsumu itu.”“Kau ingat saat pertama kali kita bertemu, kan? Saat itu aku sedang melarikan diri dari pernikahan itu.” Agatha mencoba menjelaskan, berharap Liam akan memercayainya kali ini.“Kalau aku tidak memiliki bukti lain
“Ya, beliau ini adalah pewaris Juliette generasi ketiga.”“Kau ini berbicara seolah-olah usiaku sudah menginjak 50 tahun. Panggil Andrew saja.”“Mana mungkin, saya tidak berani.” Agatha menggeleng, lalu menunduk untuk menyembunyikan penampilannya yang bau dan berantakan.“Jangan terlalu formal begitu. Usia kita tidak terpaut jauh, jadi kau bisa memanggilku Andrew mulai sekarang.”“Baiklah, Andrew. Terima kasih karena sudah menolongku.”“Sudah menjadi kewajibanku untuk melindungi orang-orangku.” Jawab pria itu sembari menunjukkan senyuman simpul.‘Seandainya Liam juga memiliki pikiran seperti itu. Astaga, kenapa aku jadi malah membandingkan mereka berdua.’ Gerutu Agatha dalam hati, dan tanpa sadar memukul kepalanya sendiri dengan tangan.“Astaga, kau terluka. Aku akan membawamu ke rumah sakit.” Andrew meraih tangan Agatha dan mendapati luka
“Dia—siapa?” Agatha memberanikan diri untuk bertanya, merasa asing dengan wajah wanita itu.“Oh, apakah ini adik kecil yang kau ceritakan itu?” Wanita itu melihat Liam dan Agatha bergantian.“Halo. Aku Francesca Harper, tunangan Liam Stefano.” Lanjutnya saat mendapati Liam yang hanya diam saja sejak tadi. Dia bahkan menekankan kata ‘tunangan’ saat memperkenalkan dirinya.“Tu—apa? Tunangan?” Tanya Agatha mengulangi ucapan wanita itu.Rasanya seperti ada yang mengganjal di tenggorokan saat menyebut status Francesca.“Ya, kami sudah bertunangan selama dua tahun. Liam, apa kau tidak berniat mengenalkan kami berdua?” Francesca mencoba mencairkan suasana dan tersenyum pada Liam.“Sudahlah, sebaiknya kau kembali ke Kanada.” Ucap Liam ketus, pria itu berbalik untuk kembali masuk ke dalam palazzo.“Mana mungkin, aku baru saja tiba hari ini. Da
Agatha tersenyum canggung, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Melihat bagaimana riasan Francesca menjadi sangat berantakan, membuat Agatha mau tak mau berpikir, seberapa keras Liam mencumbunya sebelum ini.“Kami adalah pasangan yang saling mencintai dan akan segera menikah. Jadi kuharap kau bisa menjaga dirimu dengan baik, dengan tidak berusaha menggoda tunangan orang lain.”Agatha tersenyum remeh sebelum menjawab, “Aku sama sekali tidak pernah terpikirkan hal seperti itu.”“Baguslah. Setidaknya kau tahu di mana tempatmu. Karena menurut silsilah, kau bukan lagi bagian dari keluarga Stefano.”“Kenapa kau mengatakan itu padaku?” Agatha menyipitkan matanya saat Francesca terus menerus menekannya.“Untuk berjaga-jaga saja. Karena jangan sampai kau menyentuh sesuatu yang bukan milikmu.”“Maksudmu, Liam?”“Ya. Liam Stefano. Tunanganku.” Francesca memberi
Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah
“Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn
“Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli
“Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai
“Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu
“Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li
“Kau penyihir kecil menantang dengan segala kebaikannya. Dan juga istri yang kucintai. Sangat-sangat kucintai.” Jawabnya.“Kau sudah mengatakannya kemarin.”“Aku akan lebih sering lagi mengatakannya. Sesering mungkin.” Liam tak lagi menyangkal perasaannya, dan dia akan berusaha sejujur mungkin, terutama untuk membuat Agatha tetap di sisinya.Agatha merasa tubuhnya panas dan berkeringat, namun Liam dengan gerakan cepat bangkit dan meraup tubuhnya kembali dalam pelukan. Liam menciumnya, Agatha secara sadar dan sukarela membalas ciumannya.Saat tiba-tiba Liam menghentikan ciumanya, pria itu mendesah di atas bibir Agatha yang peka. Dia mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah Agatha, mata abu-abunya yang gelap penuh dengan hasrat yang menuntut tanggapan positif.“Aku tak akan pernah merasa puas akan dirimu, Tesoro—sayang. Kumohon, pulanglah bersamaku.”Dada Agatha serasa direma
“Anggap saja begitu. Agar rencana balas dendamku ini berjalan lancar, sebaiknya kau ikut pulang bersamaku. Dengan begitu aku bisa menghukummu—tidak—menghamilimu sebanyak yang bisa kau terima.”“Dasar kau mesum.”“Kau kira mudah menahan diri selama lima tahun?”“Siapa suruh kau tidak mencari pelampiasan lain. Dengan kualifikasimu, pasti banyak wanita yang tertarik.”“Kau pikir aku pria seperti apa? Aku adalah pria yang sudah menikah. Aku tidak ingin mengotori diriku dengan berselingkuh!”Sekarang Agatha yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Kenyataan bahwa suaminya tidak menginginkan wanita lain selain dirinya terdengar cukup melegakan.“Aku akan melihat Noah dulu.” Agatha berusaha menghindari Liam dengan menjadikan putranya sebagai alasan.Sejujurnya, dia merasa perlu membujuk anak itu agar tidak terlalu memusuhi Liam. Agatha paham dengan sikap Noah
Merasa malu karena terpergok oleh putranya sendiri tengah melakukan perbuatan tidak senonoh.“Oh, maafkan aku, Agatha. Apa kami datang di saat yang tidak tepat? Haruskah aku membawa Noah pergi lagi?” Tanya Frank dengan hati-hati, pria itu kesulitan berkata-kata melihat tatapan Liam yang setajam pisau.“Kukira paman orang yang baik, ternyata kau lebih mesum dari pria mana pun yang mencoba mendekati ibuku.” Noah segera berlari ke arah keduanya, lalu memberikan beberapa tinju pada Liam, membuat pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan dadakan itu.“Apa yang kau lakukan?” Liam berusaha menghalau tangan Noah kecil yang bergerak sangat cepat ke arahnya.“Aku membencimu, karena sudah berani mencium ibuku. Aku akan memukulmu dan menendang pantatmu!” Teriaknya dengan amarah yang meluap-luap.“Agatha.” Liam menatap Agatha seolah meminta pertolongan.“Berhentilah kalian berdua.&rdq