Home / Romansa / Jebakan Nikah Kontrak / 6. Beraninya Kau Menolak Tawaranku

Share

6. Beraninya Kau Menolak Tawaranku

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2023-06-27 22:49:48

"Alasan kenapa kau bekerja paruh waktu di bar karena kau butuh uang untuk biaya rumah sakit. Benar bukan?" Wolf beranjak berdiri dan berjalan memutari meja mendekat ke arah Yuriko, "Aku akan menanggung seluruh biaya rumah sakit sampai nenekmu sembuh, asalkan kau mau menandatangani perjanjian kontrak pernikahan denganku. Bukankah sekali mendayung dua pulau langsung terlampaui?"

Maksud dari ucapan Wolf adalah Yuriko bisa mengabulkan permintaan neneknya dengan menikahi Wolf dan ia juga bisa membiayai proses penyembuhan neneknya di rumah sakit.

Mendengar ucapan Wolf, Yuriko mengangkat kepalanya menatap tajam manik mata pria itu. Lalu, ia beranjak berdiri dengan terburu-buru. Bukankah pria itu terlalu ikut campur urusan pribadinya? Apalagi sampai mengorek informasi pribadinya sampai sejauh itu.

"Saya memang butuh banyak uang untuk membiayai pengobatan nenek saya di rumah sakit, tapi sampai kapan pun saya tidak akan pernah menandatangani perjanjian kontrak pernikahan ini," balas Yuriko nyalang.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Yuriko berbalik dan melangkah ke arah pintu. Ia tidak sadar bahwa dirinya telah membuat serigala itu marah besar.

"Kau? Beraninya kau menolak tawaranku untuk yang kedua kalinya," geram Wolf sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat diiringi suara gigi yang diadu.

Dengan langkah besar, Wolf mengejar Yuriko dan menarik tangannya. Lalu, menekan tubuh wanita itu ke pintu.

"Aawww! Apa yang Anda lakukan, Pak Wolf?" tanya Yuriko kesakitan.

Dua kali Wolf meminta Yuriko untuk menandatangani perjanjian kontrak pernikahan dan wanita itu menolaknya. Tidakkah terlalu keterlaluan? Apalagi Wolf tipe pria yang tidak pernah meminta pada orang lain.

Klek!

Suara pintu dibuka membuat lamunan Wolf buyar. Yah, pria itu membayangkan bahwa dirinya telah bersikap impulsif terhadap Yuriko.

"Pergilah dan jangan pernah muncul lagi di depanku. Baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja." Wolf tersenyum miris, "Aku menawarkan hal baik, tapi kau bersikeras untuk menolak. Jadi di lain kesempatan, apa pun yang terjadi padamu aku tidak akan peduli. Aku akan menganggap kalau kau tidak membutuhkan bantuanku," lanjut pria itu. Mendapat penolakan untuk yang kedua kalinya membuat harga diri seorang Wolf terluka.

Untuk sesaat, Yuriko terdiam. Entah mengapa, perasaannya tiba-tiba berubah tidak enak. Akan tetapi, ia tetap harus melanjutkan langkahnya dan keluar dari ruangan itu.

"Astaga! Aku lupa belum mengembalikan jas Pak Wolf," terkejut Yuriko mendapati paper bag berisi jas Wolf masih di genggamannya.

Semalam setelah sampai di rumah, ia langsung mencuci dan mengeringkannya menggunakan alat pengering rambut dengan maksud agar bisa segera dikembalikan. Akan tetapi, ia justru melewatkan waktu di mana seharusnya ia mengembalikannya pada Wolf dan justru membawanya kembali keluar.

"Ah sudahlah. Kapan-kapan saja mengembalikannya atau kalau tidak dititipkan saja pada Pak Reza," kata Yuriko memutuskan.

Akhirnya, Yuriko membawa kembali jas Wolf tanpa berniat untuk mengembalikannya sekarang. Apalagi saat ini Wolf sedang marah begitu juga dengan dirinya yang kecewa atas sikap pria itu.

"Nona Yuriko?" panggil Reza membuat sang empu menoleh ke belakang.

"Iya, Pak Reza," sahut wanita itu.

"Apa sudah selesai?" tanya Reza penasaran.

"Iya, sudah." Tiba-tiba, Yuriko berpikir tentang jas. Ia menatap paper bag sambil tersenyum, "Oh iya, Pak. Saya boleh minta tolong, tidak?"

Jika ia bisa menitipkannya pada Reza, kenapa ia tidak memanfaatkan hal itu. Dengan demikian, ia tidak perlu menunda-nunda untuk mengembalikannya. Terlebih, Wolf tidak ingin melihatnya lagi. Entah itu disengaja maupun tidak disengaja. Jadi, menitipkannya pada Reza adalah pilihan tepat.

"Boleh. Memangnya Nona Yuriko mau minta tolong apa?" tanya Reza penasaran dengan dahi yang berkerut.

"Mmm ... Saya boleh titip ini tidak untuk Pak Wolf?" Terlihat sangat ragu-ragu, tetapi Yuriko tetap mengatakannya sambil menyodorkan paper bag itu.

"Kenapa tadi tidak sekalian, Nona?" tanya Reza bingung.

Pria itu benar-benar tidak habis pikir dengan Yuriko. Sebelumnya pergi ke ruangan Wolf, tetapi tidak menyerahkan pada orangnya langsung dan sekarang justru meminta tolong padanya.

"Iya, saya lupa. Jadi, Pak Reza mau bantu saya mengembalikan jas ini pada Pak Wolf, 'kan?" sahut Yuriko tersenyum canggung.

"Maaf, Nona, saya tidak bisa. Lebih baik, Nona kembalikan sendiri pada Pak Wolf. Sekalian nanti Nona bisa mengucapkan terimakasih karena Pak Wolf sudah menyelamatkan Nona semalam," tolak Reza tegas.

Mengingat kejadian semalam ketika ia terburu-buru mengemudi membuatnya ketakutan. Jadi kali ini, ia akan membiarkan Wolf bertemu lebih lama lagi dengan Yuriko. Anggap saja, sebagai ganti waktu di mobil semalam.

"Mengembalikannya nanti saja deh. Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Yuriko bergegas masuk ke dalam lift.

Sementara itu, Reza berbalik dan masuk ke ruangan Wolf setelah mengetuk pintu. Ia terlihat begitu penasaran dengan apa yang terjadi antara bosnya dan Yuriko.

"Bagaimana, Pak? Apa rencana kita berhasil?" tanya Reza curiga setelah melihat sikap Yuriko beberapa saat yang lalu.

"Jangan bahas wanita itu lagi di depanku!" Wolf sudah terlanjur kesal dan tidak berencana untuk mengingkari janjinya.

"Jadi, Nona Yuriko tetap menolak tawaran Anda, Pak?" tanya Reza memastikan.

"Sudah kubilang untuk tidak membahas wanita itu lagi!" sentak Wolf kesal.

Pria itu melempar vas bunga ke arah Reza. Beruntung sekretarisnya itu langsung menghindar. Jika tidak, mungkin pria itu akan terluka karena terkena lemparan vas bunga.

"Ma-maaf, Pak. Saya hanya--"

"Cukup! Pokoknya mulai detik ini, jangan sebut apa pun tentang wanita itu," potong Wolf menggebu.

"Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu mau memanggil office boy untuk membersihkan pecahan vas bunga," pamit Reza bergegas beranjak keluar.

***

Beberapa jam kemudian, waktu istirahat makan siang tiba. Yuriko dan Nana sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantin. Akan tetapi, suara dering telepon membuat Yuriko meminta Nana untuk pergi lebih dulu.

"Aku angkat telepon dulu. Nanti aku akan menyusul ke kantin," kata Yuriko sambil melirik ke arah ponselnya dengan khawatir.

"Ya sudah, tapi jangan lama-lama," balas Nana yang kemudian diangguki oleh Yuriko. Kemudian, ia lekas melangkah pergi keluar dari ruang kerjanya.

"Ada apa ini? Kenapa rumah sakit tiba-tiba menelpon?" lirih Yuriko bertanya-tanya. Lalu, ia lekas memencet tombol hijau karena khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada neneknya.

["Halo, ada apa, Sus?"

["Pasien bernama Yuana harus segera dioperasi dan kami membutuhkan persetujuan dari wali."

["A-apa? Operasi? Memangnya Nenek saya kenapa, Sus?" tanya Yuriko terkejut.

Bukankah beberapa hari terakhir kondisi neneknya baik-baik saja? Lalu, bagaimana bisa ia mendapat kabar bahwa sang nenek harus segera dioperasi?

["Nenek Anda harus segera dioperasi karena kanker perut stadium akhir yang dideritanya."

["A-pa? Kanker perut stadium akhir? Sejak kapan, Sus, sejak kapan? Sejak kapan nenek saya menderita kanker perut stadium akhir?"

Related chapters

  • Jebakan Nikah Kontrak    7. Menerima Tawaran Nikah Kontrak

    Dunia Yuriko seolah runtuh detik itu juga. Tulang-tulang di seluruh tubuhnya seakan berubah menjadi jelly. Meluruh begitu saja dan terduduk di lantai. Air matanya sudah menganak sungai membanjiri wajahnya.["Datanglah ke rumah sakit dan dokter yang akan menjelaskannya."Dengan tubuh yang terasa sangat berat, Yuriko beranjak berdiri. Meraih tasnya dan melangkah dengan langkah terseok-seok keluar dari ruangannya. Menyapu pipinya yang basah akan air mata. Masuk ke dalam lift dan keluar berpapasan dengan Wolf. Bahkan ia kembali menabrak pria itu. Bedanya, ia sama sekali tidak meminta maaf dan menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Wolf."Yuri kenapa? Kok, dia menangis," bisik Wolf dalam hati."Nona Yuriko kenapa ya, Pak? Menabrak Anda, tetapi tidak meminta maaf. Matanya merah dan wajahnya juga basah seperti sedang menangis," tanya Reza sambil menatap punggung Yuriko yang kian menjauh."Ikuti Yuri, Za!" ujar Wolf memerintah. Entah mengapa perasaannya berubah tidak enak. Dan, janjinya unt

    Last Updated : 2023-06-28
  • Jebakan Nikah Kontrak    8. Tidak Memiliki Pilihan Lain

    Sementara Wolf terus bertanya-tanya, kakinya terus melangkah mengikuti Yuriko. Ia tidak mempedulikan para karyawan berlalu-lalang mulai kembali ke ruangannya masing-masing. Ia bahkan mengabaikan sapaan bawahannya dan terus menatap punggung Yuriko yang kian menjauh."Sepertinya rencanaku mengubah beberapa poin di surat perjanjian nikah kontrak memang benar," bisik Wolf sambil menahan senyumnya.Tidak jauh dari lift, Yuriko nampak ragu-ragu. Wanita itu ingin langsung pergi ke ruangan Wolf, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa nantinya. Akhirnya, ia masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tiga puluh satu."Aku harus sampai ruanganku lebih dulu," bisik Wolf lekas berlari setelah melihat lift yang Yuriko naiki menuju ke lantai tiga puluh satu di mana ruangannya berada.Pria itu masuk ke dalam lift khusus direktur. Memencet tombol dengan tidak sabaran. Berjalan ke sana kemari memikirkan Yuriko keluar lift lebih dulu. Benar saja apa yang ia pikirkan. Ketika lift terbuka, ia melihat Yu

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    9. Calon Suami Yuri

    Wolf menghentikan langkahnya dan menatap tangannya juga Yuriko bergantian. Baru menikmati sentuhan tangan itu sudah harus dilepaskan. Akan tetapi, ia tidak boleh menuruti egonya dan membuat Yuriko membatalkan perjanjian nikah kontrak. Yah, meskipun perjanjian itu tidak akan mudah dibatalkan karena wanita itu sudah terlanjur menandatangani. Namun, tetap saja ia tidak ingin menghambat proses menjadi lebih dekat dengan Yuriko."Menurutmu, apa kita harus pergi ke kantor catatan sipil dulu?" tanya Wolf setelah berpikir sejenak."Untuk apa ke kantor catatan sipil?" Yuriko balas bertanya sambil mengerutkan keningnya."Tentu saja untuk mendaftarkan pernikahan kita," sahut Wolf malas."Astaga, Pak Wolf! Masalah itu bisa kita urus nanti. Yang paling penting sekarang urusan nenek saya. Sekarang kita harus pergi ke rumah sakit untuk menyelesaikan administrasi agar nenek saya bisa segera dioperasi," ujar Yuriko frustasi. Ia tidak tahu dengan cara berpikir pria itu. Hal yang mendesak seperti opera

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    10. Alasan Pak Wolf Menikah Kontrak Dengan Saya Apa?

    "Ya, sangat. Saya sangat mencintai Yuri dan itulah alasan saya melamarnya. Oleh karena itu, restui saya menjadi suami Yuri," sahut Wolf mantap.Sejak dulu, Wolf tidak pernah main-main dengan cinta. Satu kali pria itu jatuh cinta, maka ia akan selalu mencintai wanita itu dengan sepenuh hati. Dan untuk Yuriko, seharusnya ia merasa bersyukur karena Wolf pria original. Belum pernah tersentuh oleh wanita mana pun karena ia belum pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun."Ya, ya, ya, nenek merestuimu. Semoga rencana yang kau susun untuk merebut hati Yuri berhasil. Hanya satu pesan nenek, jangan pernah sakiti hati Yuri dan yang paling penting jangan pernah menduakannya karena hal itu yang paling Yuri benci," ujar Nenek Yuana mengingatkan."Baik, Nek. Saya berjanji tidak akan pernah menyakiti hati Yuri dan tidak akan pernah menduakannya. Saya akan selalu mencintai Yuri sampai ajak menjemput," balas Wolf berjanji.Pembicaraan antara nenek dan calon cucu mantu berakhir. Yuriko kembali ma

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    11. Istri Kontrak

    "Pak? Pak Wolf, kenapa diam saja?" panggil Yuriko sambil mengayun tangannya di depan wajah Wolf."Kau tahu Theo, mantan asisten pribadiku?" Wolf balik bertanya setelah menoleh sekilas."Tentu saja. Siapa yang tidak kenal Bu Theo? Bahkan seluruh karyawan di perusahaan sering sekali membicarakannya," sanggah Yuriko seolah ia tahu segalanya tentang Theona.Sejak pertama kali Theona menjabat sebagai asisten pribadi Wolf. Terlebih, dengan seorang anak yang selalu dibawa ke kantor. Kehadirannya mampu mengguncang isi perusahaan. Banyak sekali yang berpikir bahwa Theona adalah istri Wolf dan anaknya juga anak Wolf. Banyak juga yang berkata bahwa Theona kekasih rahasia Wolf sampai memiliki seorang anak. Apalagi, mereka melihat sangat jelas bagaimana sikap Wolf terhadap wanita itu dan anaknya."Benarkah? Apa yang mereka bicarakan tentang Theo?" tanya Wolf penasaran."Bukan itu yang harus kita bahas, Pak Wolf. Yang seharusnya kita bahas adalah alasan, Pak Wolf, menikah kontrak dengan saya," sang

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    12. Serigala Tampanku

    Pihak pertama boleh melakukan apa saja terhadap pihak kedua. Pihak kedua tidak boleh menolak apa pun keinginan pihak pertama. Pihak kedua akan tinggal di rumah pihak pertama. Pihak kedua harus menyiapkan sarapan dan makan malam di setiap harinya. Selain beberapa poin itu, masih banyak poin lain yang merugikan Yuriko."Maksud Pak Wolf apa? Kenapa tidak ada satu poin pun yang menguntungkan buat saya?" tanya Yuriko terkejut."Ini bukan salahku, Yuri. Kau sudah menandatangani perjanjian itu dan kau harus mematuhinya. Karena kalau tidak, kau harus mengganti sepuluh kali lipat dari jumlah uang yang sudah aku keluarkan," sanggah Wolf sambil menunjukkan seringaian tipisnya."A-apa? Sepuluh kali lipat?" terkejut Yuriko.Nyaris saja bola mata Yuriko melompat keluar karena terlalu terkejut. Jangankan sepuluh kali lipat, tanpa dilipat gandakan pun ia tidak akan pernah bisa membayarnya. Mungkin gajinya di perusahaan selama sepuluh tahun tetap tidak akan cukup."Ya, sepuluh kali lipat. Kalau kau ti

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    13. Jangan Khawatir

    "Bahkan hal konyol seperti ini sekalipun?" tanya Yuriko tidak percaya."Tentu saja," balas Wolf santai."Astaga, Tuhan!" ujar Yuriko frustasi. Ia benar-benar tidak menyangka dengan sikap Wolf. Badan tinggi kekar, tetapi sifatnya benar-benar kekanakan."Sudah sana cepat keluar. Aku harus kembali dan menemani Nenek," usir Wolf merasa sudah cukup mengejutkan Yuriko.Meski masih tidak bisa percaya, tetapi Yuriko tidak bisa menolak. Ia harus membiarkan nama itu tersimpan di ponselnya. Mengingat neneknya sendirian di rumah sakit, wanita itu lekas turun dan membiarkan Wolf pergi."Ya ampun! Kenapa Yuri menggemaskan sekali?" Wolf memukul-mukul setir membayangkan wajah terkejut Yuriko yang sangat menggemaskan, "Bagaimana aku bisa tahan nanti kalau Yuri sudah tinggal di rumahku?" sambung pria itu gemas.Memikirkan akan segera tinggal bersama membuat Wolf tidak sabar. Akankah ia meminta Yuriko untuk tidur di ruangan yang sama dengannya atau berbeda? Haruskah ia menjadikan poin dua sebagai pegang

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    14. Terlalu Banyak Bersentuhan

    "Ada apa lagi?" tanya Wolf mendapati Yuriko tertinggal beberapa langkah."Saya takut salah bicara, Pak Wolf," sahut Yuriko panik.Hanya tinggal beberapa langkah lagi dan mereka sampai di pintu utama, tetapi Yuriko menghentikan langkahnya karena takut membuat kesalahan. Melihat kekhawatiran di wajah Yuriko, sontak membuat Wolf melangkah mendekat. "Jangan khawatir. Kedua orang tuaku orang yang sangat baik. Aku yakin setelah kau bertemu dengan mereka, kau akan langsung menyukainya. Dan, bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri? Jadi, lebih santailah sedikit," ujar Wolf berusaha menenangkan. Ia menyentuh kedua bahu istri kontraknya dan meremasnya perlahan."Tapi, Pak Wolf jangan marah kalau saya membuat kesalahan," pinta Yuriko takut-takut."Baiklah. Aku tidak akan marah asalkan kau mau memanggilku dengan sebutan mas. Kau juga harus berhenti menyebut dirimu saya, tapi aku," balas Wolf meminta syarat."M-mas?" tanya Yuriko ragu.Raut wajah wanita itu te

    Last Updated : 2023-06-29

Latest chapter

  • Jebakan Nikah Kontrak    49. Senang Sekali Menguji Kesehatan Jantungku

    "Anak kita laki-laki, Mas," kata Yuriko mengingat sang suami belum tahu."Jangan bercanda, Yuri! Hal seperti ini tidak bisa kau jadikan sebagai candaan," protes Wolf tidak suka."Aku serius, Mas. Kalau tidak percaya, kau bisa lihat di papan nama. Bahkan nama putra kita belum ditulis," ujar Yuriko menjelaskan.Sontak, Wolf langsung berjongkok dan memeriksa papan nama. Di sana terlihat jelas di bagian nama kosong dan di bagian jenis kelamin menunjukkan tulisan laki-laki."Astaga!" Wolf terlihat seperti orang yang sedang melihat hantu. Manik mata dan mulutnya terbuka lebar. Ia sampai jatuh terjengkang ke belakang karena terlalu terkejut melihat bayinya berjenis kelamin laki-laki."Bagaimana bisa?" Wolf menyentuh kepalanya dan sedikit mencengkeram rambutnya.Beruntung waktu itu tidak hanya membeli pakaian berwarna pink saja, tetapi ada warna ungu juga. Jadi saat ini, bayi laki-laki itu memakai pakaian berwarna ungu. Tidak masalah jika anak laki-laki memakai pakaian warna itu."Maaf, Mas.

  • Jebakan Nikah Kontrak    48. Dua Garis

    "A-apa? Ha-hamil?" Manik mata Wolf terbelalak dengan senyum yang mengembang, "Apa kau sungguh hamil, Sayang?" imbuhnya bertanya pada sang istri."Aku tidak tahu, Mas," sahut Yuriko menggeleng bingung.Selama ini, ia hanya menikmati kehidupan rumah tangganya dengan Wolf. Ia bahkan tidak sadar akhir-akhir ini sering sekali makan. Porsinya masih normal, tetapi ia sering menikmati camilan. Baik ketika di rumah maupun di perusahaan."Coba kau beli test pack di apotik. Kalau tidak, panggil dokter keluarga kita ke rumah," kata Grizeljoy menyarankan."Nah iya, Benar. Kalau bisa, panggil dokter kandungan saja ke rumah biar lebih pasti," timpal Antariksa ikut menyarankan.Rupanya selain Wolf, dan Grizeljoy yang terlihat bersemangat, Antariksa pun jauh lebih bersemangat daripada mereka berdua. Namun alih-alih meminta putra San menantunya pergi ke rumah sakit, ia justru berkata untuk membawa dokter spesialis kandungan ke rumah."Bagaimana kalau test pack saja? Nanti kalau positif, Yuri sama Mas W

  • Jebakan Nikah Kontrak    47. Kau Hamil?

    "Kita sudah menikah, tapi hanya sedikit orang yang tahu. Menurutmu, apa kita perlu membuat perayaan untuk mengumumkan pernikahan kita?" Satu bulan berlalu setelah drama merajuk yang Wolf buat. Kini, pria itu sedang bermanja-manja dengan Yuriko di dalam selimut. Mereka baru saja menyelesaikan ritual percobaan pembuatan anak yang entah sudah berapa puluh atau mungkin berapa ratus kali."Siapa bilang sedikit? Semua karyawan di perusahaan tahu tentang status kita. Jadi aku pikir, kita tidak perlu merayakannya. Itu hanya akan buang-buang waktu dan uang saja," tolak Yuriko.Tidak peduli mau seberapa banyak orang yang tahu tentang pernikahannya. Yang paling penting sekarang hidupnya sudah bahagia. Tanpa ada yang ditutup-tutupi dan saling terbuka satu sama lain meski hanya hal kecil sekalipun."Tidak, Sayang. Untuk hal seperti ini tidak bisa dibilang sebagai buang-buang uang." Wolf menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pemikiran sang istri.Selain karyawan di perusahaan, Wolf ingin men

  • Jebakan Nikah Kontrak    46. Satu, Dua, atau Tiga?

    Yuriko menatap manik mata Wolf yang terlihat berkaca-kaca. Terlihat sekali bahwa pria itu sudah terlalu putus asa. Tidak tahu harus melakukan apa dan dengan cara apa agar Yuriko mau memiliki anak dengannya."Kenapa? Apa masih belum cukup?" tanya Wolf nyalang. Rasa-rasanya, kesabarannya sudah habis tak bersisa."Tidak. Aku setuju untuk memiliki anak," sahut Yuriko sedikit menyusutkan tubuhnya. Sebelumnya memang Wolf pernah marah, tetapi kali ini berbeda. Tatapan matanya menunjukkan kemarahan, kekesalan, kekecewaan, dan perasaan lainnya yang tercampur menjadi satu membuat Yuriko kesulitan sekedar untuk bernafas."Hah? Apa? Aku tidak salah dengar, 'kan?" tanya Wolf terkejut.Baru saja ia pasrah atas penolakan yang akan Yuriko lontarkan. Namun ternyata, ia mendengar jawaban yang sangat ingin ia dengar. Bahkan ia sampai tidak bisa mempercayai pendengarannya."Sama sekali tidak. Jadi, kau menginginkan berapa anak? Satu, dua, atau tiga?" sahut Yuriko mantap."A-apa?" Wolf kembali dikejutkan

  • Jebakan Nikah Kontrak    45. Tatap Aku, Yuri!

    "M-mas?" Yuriko langsung menjauhkan tubuhnya dengan raut bingung."Kenapa? Tidak bisa? Mau kembali sama Devon? Ya sudah, sana." Wolf melebarkan matanya dan berkata dengan nada malas. Lalu, ia melangkah ke arah meja kerjanya berusaha mengabaikan Yuriko.Terlihat, Yuriko sedang mengigiti kuku jari tangannya. Menatap Wolf dengan raut keragu-raguan. Haruskah ia mengatakan alasannya?"Bu-bukannya aku tidak mau. Aku hanya ..." Yuriko sengaja menggantung kalimatnya membuat Wolf penasaran."Hanya apa? Hanya karena kau belum mempercayaiku?" tanya Wolf berbalik dan menatap wanita itu sinis."Tidak, bukan karena itu. Aku hanya ... Takut, Mas," sahut Yuriko sambil menundukkan kepalanya.Mendengar kata takut terlontar, sontak membuat Wolf mengurungkan niatnya untuk duduk. Ia kembali mendekat ke arah Yuriko dan menyentuh bahunya."Tatap aku, Yuri!" pinta Wolf.Melihat bagaimana kondisi sang istri saat ini membuat Wolf tidak tega. Sebenarnya, ia tidak bisa jauh meski hanya sebentar. Namun, ia terpak

  • Jebakan Nikah Kontrak    44. Kalau Begitu, Berikan Aku Seorang Anak

    "Itu tidak benar, Mas. Hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia." Yuriko menyentuh lengan Wolf dan tangisnya semakin pecah."Turun!" seru Wolf."Tidak, Mas. Aku tidak akan turun sebelum kau mempercayai kata-kataku," tolak Yuriko sambil menggeleng cepat.Wolf menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ia pikir, Yuriko tidak akan pernah mau mendengarkan ucapannya. Jadi, ia memutuskan untuk keluar dan menurunkan semua barang belanjaan di depan lobby apartemen. Setelah itu, ia menarik tangan Yuriko agar turun dari mobil."Mas, aku mohon! Kali ini saja percaya padaku. Semua yang aku katakan benar. Aku tidak sengaja bertemu dengannya dan aku tidak ingin memiliki anak bukan karena dia." Yuriko berjalan mengikuti Wolf yang hendak masuk ke dalam mobil."Minggir!" seru Wolf ketika Yuriko menghalangi jalannya."Mas, aku mohon!" lirih Yuriko. Namun sayangnya, sang suami sama sekali tidak peduli dengan permohonannya.Wolf menyentuh bahu Yuriko dan mendorongnya ke samping. La

  • Jebakan Nikah Kontrak    43. Aku Mohon Percaya Padaku!

    "Tidak, Mas, jangan dengarkan dia. Aku sama sekali tidak ada niatan untuk kembali bersamanya, bahkan meski aku mati sekalipun," sergah Yuriko menimpali.Sumpah demi apa pun, kali ini Yuriko benar-benar takut Wolf akan salah paham. Apalagi sang suami memergokinya berpelukan dengan Devon meski bukan atas dasar keinginannya."Ayo kita pulang!" Wolf mengabaikan uluran tangan Devon dan menunjukkan raut dingin. "Mas? Kau percaya padaku, 'kan?" tanya Yuriko dengan raut khawatir."Aku bilang pulang," balas Wolf dingin.Ia menatap Yuriko dengan manik mata membola. Bagaimana bisa sang istri sulit sekali untuk diajak bicara? Bahkan ini yang kedua kalinya Yuriko tidak mau mendengar ucapannya."Iya kita akan pulang, tapi aku ambil belanjaan kita dulu sebentar," ujar Yuriko sambil menunjuk ke arah meja di mana barang belanjaannya berada.Wolf melepaskan tangannya dan membiarkan sang istri mengambil barang belanjaan. Kemudian, ia berjalan lebih dulu tanpa berniat untuk mengambil alih belanjaan itu.

  • Jebakan Nikah Kontrak    42. Rasanya Ingin Mati

    "Aku bilang aku akan mengeluarkannya di luar," ujar Wolf lebih dingin dari sebelumnya. Tangannya mencengkeram setir mobil kuat-kuat agar amarahnya tidak terlampiaskan pada Yuriko."I-iya, Mas." Yuriko melirik sekilas dan melihat betapa dingin ekspresi wajah Wolf saat ini. Meskipun demikian, ia bersikap seolah tidak tahu. Meremas jemarinya dan membuang pandangan ke arah samping.Selama perjalanan setelah pembahasan mengenai pengaman, tidak ada sepatah kata pun yang terlontar. Namun setelah sampai di rumah, Wolf kembali bersikap seperti biasa. Ia sedikit merasa bersalah karena sudah bersikap dingin pada Yuriko."Mau mandi bersama? Aku janji tidak akan macam-macam," tawar Wolf.Sebesar itu cinta Wolf pada Yuriko. Jika pria lain di luaran sana, mungkin akan mendiamkan Yuriko atas apa yang telah wanita itu lakukan. Meminta anak langsung ditolak dan diminta memakai pengaman ketika melakukan hubungan intim."Mau," balas Yuriko mengangguk dengan seulas senyuman.Kini, mereka berdua berjalan

  • Jebakan Nikah Kontrak    41. Khawatir Akan Hamil

    "Tidak, Sayang. Berdua tidak cukup dan kita perlu adanya anak untuk melengkapi keluarga kita. Setidaknya, kita harus memiliki satu agar hidup kita terasa lebih lengkap," balas Wolf sambil menjauhkan tubuhnya dan duduk.Jujur, ia sangat terkejut mendengar jawaban Yuriko. Tidak pernah terpikir sebelumnya kalau Yuriko akan menolak memiliki anak dengannya. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat rasa cintanya terhadap sang istri berubah. Ia hanya perlu membujuknya agar mau memiliki anak.Yuriko membuat posisi duduk. "Maaf, aku tidak bisa. Aku sudah merasa cukup hanya dengan kita berdua saja," ujar Yuriko bersikeras."Baiklah. Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu tidak ingin memiliki anak? Kau ... Bukan karena kau masih meragukanku 'kan, Yuri?" tanya Wolf ragu."Tidak, Mas, bukan." Yuriko meraih tangan Wolf, "Aku sama sekali tidak meragukanmu. Apalagi setelah apa yang kau lakukan barusan," lanjutnya sambil menggeleng cepat.Untuk saat ini, Yuriko memang tidak meragukan kesetiaan Wolf. Han

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status