Home / Romansa / Jebakan Nikah Kontrak / 5. Siapa Peduli?

Share

5. Siapa Peduli?

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2023-05-15 16:20:32

Yuriko menunduk menatap tubuhnya yang berbalut jas. "Ti-tidak, Pak. Saya akan masuk ke dalam mobil sekarang juga," balas Yuriko bergegas beranjak.

Ia tahu maksud Wolf baik. Di tengah malam begini, tidak aman baginya untuk naik kendaraan umum. Lagi pula, tidak ada kendaraan umum di pukul satu malam. Yang ada hanya berandalan yang akan mengganggunya di jalan.

"Tunggu! Bisakah saya duduk di samping Pak Reza saja?" bisik Yuriko meminta. Ia benar-benar takut jika harus duduk di samping Wolf.

"Tidak bisa, Nona," tolak Reza menggeleng pelan.

"Baiklah," ujar Yuriko pasrah.

Sambil menghembuskan nafas berat, wanita itu masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Wolf. Ia tidak bisa terlalu dekat dengan atasannya dan memilih memberingsut ke pintu.

"Cih! Kemarin kau begitu berani meninggalkanku di tengah pembicaraan yang sangat penting," batin Wolf tersenyum menyeringai melihat kaki Yuriko bergetar.

Merasa ada yang memperhatikan, Yuriko melirik dan tatapan matanya bertemu dengan tatapan tajam Wolf. Kemudian, ia kembali menundukkan kepalanya dan memperdalamnya.

"Ya Tuhan ... Kapan aku akan sampai rumah?" bisik Yuriko dalam hati.

Ia tidak bisa berlama-lama di satu ruangan yang sama dengan pria dingin itu. Apalagi di ruangan yang sempit itu. Rasanya sangat sulit sekedar untuk bernafas.

"Astaga, iya! Aku bahkan belum menyebutkan alamat rumahku, tapi kenapa Pak Reza tidak bertanya?"

"Alamat rumah Nona Yuriko di mana? Tadi saya lupa menanyakannya," tanya Reza bertepatan dengan pemikiran Yuriko.

"Turunkan saya di depan Rumah Sakit Internasional Heaven. Rumah saya tidak jauh dari sana," sahut Yuriko tidak berniat menyebutkan alamat rumahnya.

Meskipun tidak menyebutkan alamat rumahnya, Wolf dan Reza sudah tahu karena sebelumnya mereka sudah mengorek informasi pribadi Yuriko. Wanita itu menjual rumahnya untuk biaya pengobatan neneknya dan memilih mengontrak rumah di dekat rumah sakit tempat neneknya dirawat.

"Baik, Nona," kata Reza bergegas menaikkan laju mobil.

Sepanjang jalan, tidak ada yang membuka suara. Wolf duduk santai menatap lurus ke depan. Sedangkan Yuriko, wanita itu berubah menjadi patung. Duduk diam seolah tidak bernafas dan memang ia tidak bisa bernafas berada di dekat Wolf sedekat itu. Apalagi mengingat kejadian kemarin di mana pria itu mengajukan perjanjian kontrak pernikahan.

"Sudah sampai, Nona," celetuk Reza di tengah keheningan.

Entah sudah berlalu berapa lama, tiba-tiba mereka sudah sampai di depan Rumah Sakit Internasional Heaven. Padahal beberapa saat yang lalu Yuriko baru masuk ke dalam mobil. Wolf menghembuskan nafas kasar membuat Reza menatap ke arah cermin.

"Sial! Kenapa cepat sekali?" keluh Wolf dalam hati.

"Iya, Pak Reza." Yuriko merapikan jas yang melekat di tubuhnya, "Terimakasih banyak atas bantuannya, Pak," kata wanita itu sambil menundukkan kepalanya ke arah Wolf.

Wolf sama sekali tidak menjawab. Ia sama sekali tidak bergerak dan tetap pada posisi semula. Duduk tegap, melipat tangannya di depan, dan melipat kaki. Tatapan matanya lurus ke depan dengan aura dingin yang menyelimuti tubuhnya.

"Kalau begitu, saya permisi. Sekali lagi, terimakasih banyak," pamit Yuriko sebelum akhirnya keluar dari mobil.

"Kenapa kau terburu-buru sekali, Reza?" tanya Wolf dingin.

Ia tidak tahu apa yang ada di kepala sekretarisnya, hingga terburu-buru sekali mengemudikan mobilnya.

"Ma-maaf, Pak." Reza terbata dengan suara yang bergetar ketakutan. Sejak mendengar helaan nafas sang bos, perasaannya sudah berubah tidak enak.

"Maaf-maaf! Seharusnya kau menggunakan kecepatan rendah bukannya malah terburu-buru seperti ini. Memangnya kau pikir kau sedang membawa wanita hamil yang akan segera melahirkan?" omel Wolf panjang lebar.

Seharusnya, Reza melihat situasi dengan menurunkan kecepatan sehingga waktu bergerak lambat. Tidak mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan membuat waktu Wolf bersama Yuriko bergerak begitu cepat. Seharusnya pria itu tahu kalau bosnya sedang kasmaran.

"Maaf, Pak. Saya pikir, Nona Yuriko merasa tidak nyaman dalam situasi ini. Jadi, saya menaikkan kecepatan agar cepat sampai," sanggah Reza takut-takut sambil sesekali melirik ke arah spion menatap pantulan wajah bosnya.

"Siapa peduli? Harusnya kau tahu kalau aku menyukai situasi ini," ujar Wolf menggebu.

Alasan apa pun yang Reza berikan tidak akan membuat Wolf mengerti. Ia hanya peduli tentang kebersamaannya dengan Yuriko yang sangat-sangat singkat.

"Sekali lagi, saya minta maaf, Pak. Besok pagi Anda bisa memanggil Nona Yuriko ke ruangan Anda dan membahas perjanjian kontrak pernikahan," balas Reza berusaha memecah kemarahan bosnya. Ia yakin, Wolf akan berhenti marah jika membahas masalah perjanjian itu.

"Baiklah, kali ini aku maafkan dan besok pagi kau bertugas untuk memanggil Yuri ke ruanganku," ujar Wolf dengan api amarah yang kian meredup.

Sejak pertama kali melihat Yuriko di depan lift, Wolf selalu terbayang-bayang wanita itu. Bahkan perasaannya terhadap Theona tiba-tiba musnah begitu saja. Mungkin karena ia sudah benar-benar tidak memiliki harapan. Tentu saja karena wanita itu sudah berkumpul lagi bersama suaminya dan hidup bahagia.

Mengingat soal Theona, sepertinya Wolf tidak ingin menyesal lagi seperti dulu. Ia akan mengutarakan perasaannya pada Yuriko apa pun yang terjadi. Ia tidak akan memendam perasaannya dan menyesal karena Yuriko direbut laki-laki lain, seperti ketika Theona direbut oleh Ikosagon karena ia tidak berani mengutarakan perasaannya.

"Baik, Pak," tegas Reza sambil menghela nafas lega.

"Ikuti Yuri. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk di jalan dia pulang," ujar Wolf memerintah.

"Baik, Pak," tegas Reza lagi. Kemudian, ia mengemudikan mobil secara perlahan mengikuti Yuriko agar tidak ketahuan.

Perlahan, mobil mengikuti Yuriko. Akan tetapi, wanita itu berjalan masuk ke area gang sempit dan sangat tidak mungkin untuk dilewati sebuah mobil. Jadi, Reza menghentikan mobil dan bertanya.

"Saya yang turun dan mengikuti Nona Yuriko atau Anda, Pak?"

"Biar aku saja," sahut Wolf.

Pria itu melepas sabuk pengaman dan bergegas turun. Mengikuti Yuriko karena takut di gang sempit itu ada orang yang ingin berbuat jalan. Sekitar lima sampai tujuh menit berlalu, Yuriko sampai di deretan kontrakan tiga petak. Lalu, ia mengeluarkan kunci dan tas, membuka pintu, dan masuk. Sedangkan Wolf langsung berbalik pergi setelah memastikan Yuriko aman sampai di rumah.

***

Keesokan harinya, Wolf sedang duduk di kursi kerjanya dengan gusar. Ia sudah tidak sabar menunggu Yuriko datang ke ruangannya. Sepersekian detik kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Tiba-tiba, kedua sudut bibir pria itu naik sempurna. Kemudian, ia lekas merapikan ekspresi wajahnya dan menunjukkan ekspresi dingin.

"Masuk!" seru Wolf.

Dalam satu kali kedipan mata, pintu terbuka dan terpampanglah wajah pas-pasan Yuriko. "Anda memanggil saya, Pak?" tanya wanita itu.

"Ya, duduklah!"

Yuriko pun lekas melangkah masuk, menarik kursi, dan duduk sambil menundukkan kepalanya. Ia mengangkat pandangan sekilas sebelum akhirnya kembali menundukkan kepalanya.

"Jadi, kenapa Anda memanggil saya?" tanyanya lagi.

"Nenekmu dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya yang cukup besar, bukan?"

Yuriko cukup terkejut. Ia mengangkat kepalanya dan menatap Wolf dengan manik mata terbelalak.

Related chapters

  • Jebakan Nikah Kontrak    6. Beraninya Kau Menolak Tawaranku

    "Alasan kenapa kau bekerja paruh waktu di bar karena kau butuh uang untuk biaya rumah sakit. Benar bukan?" Wolf beranjak berdiri dan berjalan memutari meja mendekat ke arah Yuriko, "Aku akan menanggung seluruh biaya rumah sakit sampai nenekmu sembuh, asalkan kau mau menandatangani perjanjian kontrak pernikahan denganku. Bukankah sekali mendayung dua pulau langsung terlampaui?"Maksud dari ucapan Wolf adalah Yuriko bisa mengabulkan permintaan neneknya dengan menikahi Wolf dan ia juga bisa membiayai proses penyembuhan neneknya di rumah sakit.Mendengar ucapan Wolf, Yuriko mengangkat kepalanya menatap tajam manik mata pria itu. Lalu, ia beranjak berdiri dengan terburu-buru. Bukankah pria itu terlalu ikut campur urusan pribadinya? Apalagi sampai mengorek informasi pribadinya sampai sejauh itu."Saya memang butuh banyak uang untuk membiayai pengobatan nenek saya di rumah sakit, tapi sampai kapan pun saya tidak akan pernah menandatangani perjanjian kontrak pernikahan ini," balas Yuriko nyal

    Last Updated : 2023-06-27
  • Jebakan Nikah Kontrak    7. Menerima Tawaran Nikah Kontrak

    Dunia Yuriko seolah runtuh detik itu juga. Tulang-tulang di seluruh tubuhnya seakan berubah menjadi jelly. Meluruh begitu saja dan terduduk di lantai. Air matanya sudah menganak sungai membanjiri wajahnya.["Datanglah ke rumah sakit dan dokter yang akan menjelaskannya."Dengan tubuh yang terasa sangat berat, Yuriko beranjak berdiri. Meraih tasnya dan melangkah dengan langkah terseok-seok keluar dari ruangannya. Menyapu pipinya yang basah akan air mata. Masuk ke dalam lift dan keluar berpapasan dengan Wolf. Bahkan ia kembali menabrak pria itu. Bedanya, ia sama sekali tidak meminta maaf dan menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Wolf."Yuri kenapa? Kok, dia menangis," bisik Wolf dalam hati."Nona Yuriko kenapa ya, Pak? Menabrak Anda, tetapi tidak meminta maaf. Matanya merah dan wajahnya juga basah seperti sedang menangis," tanya Reza sambil menatap punggung Yuriko yang kian menjauh."Ikuti Yuri, Za!" ujar Wolf memerintah. Entah mengapa perasaannya berubah tidak enak. Dan, janjinya unt

    Last Updated : 2023-06-28
  • Jebakan Nikah Kontrak    8. Tidak Memiliki Pilihan Lain

    Sementara Wolf terus bertanya-tanya, kakinya terus melangkah mengikuti Yuriko. Ia tidak mempedulikan para karyawan berlalu-lalang mulai kembali ke ruangannya masing-masing. Ia bahkan mengabaikan sapaan bawahannya dan terus menatap punggung Yuriko yang kian menjauh."Sepertinya rencanaku mengubah beberapa poin di surat perjanjian nikah kontrak memang benar," bisik Wolf sambil menahan senyumnya.Tidak jauh dari lift, Yuriko nampak ragu-ragu. Wanita itu ingin langsung pergi ke ruangan Wolf, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa nantinya. Akhirnya, ia masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tiga puluh satu."Aku harus sampai ruanganku lebih dulu," bisik Wolf lekas berlari setelah melihat lift yang Yuriko naiki menuju ke lantai tiga puluh satu di mana ruangannya berada.Pria itu masuk ke dalam lift khusus direktur. Memencet tombol dengan tidak sabaran. Berjalan ke sana kemari memikirkan Yuriko keluar lift lebih dulu. Benar saja apa yang ia pikirkan. Ketika lift terbuka, ia melihat Yu

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    9. Calon Suami Yuri

    Wolf menghentikan langkahnya dan menatap tangannya juga Yuriko bergantian. Baru menikmati sentuhan tangan itu sudah harus dilepaskan. Akan tetapi, ia tidak boleh menuruti egonya dan membuat Yuriko membatalkan perjanjian nikah kontrak. Yah, meskipun perjanjian itu tidak akan mudah dibatalkan karena wanita itu sudah terlanjur menandatangani. Namun, tetap saja ia tidak ingin menghambat proses menjadi lebih dekat dengan Yuriko."Menurutmu, apa kita harus pergi ke kantor catatan sipil dulu?" tanya Wolf setelah berpikir sejenak."Untuk apa ke kantor catatan sipil?" Yuriko balas bertanya sambil mengerutkan keningnya."Tentu saja untuk mendaftarkan pernikahan kita," sahut Wolf malas."Astaga, Pak Wolf! Masalah itu bisa kita urus nanti. Yang paling penting sekarang urusan nenek saya. Sekarang kita harus pergi ke rumah sakit untuk menyelesaikan administrasi agar nenek saya bisa segera dioperasi," ujar Yuriko frustasi. Ia tidak tahu dengan cara berpikir pria itu. Hal yang mendesak seperti opera

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    10. Alasan Pak Wolf Menikah Kontrak Dengan Saya Apa?

    "Ya, sangat. Saya sangat mencintai Yuri dan itulah alasan saya melamarnya. Oleh karena itu, restui saya menjadi suami Yuri," sahut Wolf mantap.Sejak dulu, Wolf tidak pernah main-main dengan cinta. Satu kali pria itu jatuh cinta, maka ia akan selalu mencintai wanita itu dengan sepenuh hati. Dan untuk Yuriko, seharusnya ia merasa bersyukur karena Wolf pria original. Belum pernah tersentuh oleh wanita mana pun karena ia belum pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun."Ya, ya, ya, nenek merestuimu. Semoga rencana yang kau susun untuk merebut hati Yuri berhasil. Hanya satu pesan nenek, jangan pernah sakiti hati Yuri dan yang paling penting jangan pernah menduakannya karena hal itu yang paling Yuri benci," ujar Nenek Yuana mengingatkan."Baik, Nek. Saya berjanji tidak akan pernah menyakiti hati Yuri dan tidak akan pernah menduakannya. Saya akan selalu mencintai Yuri sampai ajak menjemput," balas Wolf berjanji.Pembicaraan antara nenek dan calon cucu mantu berakhir. Yuriko kembali ma

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    11. Istri Kontrak

    "Pak? Pak Wolf, kenapa diam saja?" panggil Yuriko sambil mengayun tangannya di depan wajah Wolf."Kau tahu Theo, mantan asisten pribadiku?" Wolf balik bertanya setelah menoleh sekilas."Tentu saja. Siapa yang tidak kenal Bu Theo? Bahkan seluruh karyawan di perusahaan sering sekali membicarakannya," sanggah Yuriko seolah ia tahu segalanya tentang Theona.Sejak pertama kali Theona menjabat sebagai asisten pribadi Wolf. Terlebih, dengan seorang anak yang selalu dibawa ke kantor. Kehadirannya mampu mengguncang isi perusahaan. Banyak sekali yang berpikir bahwa Theona adalah istri Wolf dan anaknya juga anak Wolf. Banyak juga yang berkata bahwa Theona kekasih rahasia Wolf sampai memiliki seorang anak. Apalagi, mereka melihat sangat jelas bagaimana sikap Wolf terhadap wanita itu dan anaknya."Benarkah? Apa yang mereka bicarakan tentang Theo?" tanya Wolf penasaran."Bukan itu yang harus kita bahas, Pak Wolf. Yang seharusnya kita bahas adalah alasan, Pak Wolf, menikah kontrak dengan saya," sang

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    12. Serigala Tampanku

    Pihak pertama boleh melakukan apa saja terhadap pihak kedua. Pihak kedua tidak boleh menolak apa pun keinginan pihak pertama. Pihak kedua akan tinggal di rumah pihak pertama. Pihak kedua harus menyiapkan sarapan dan makan malam di setiap harinya. Selain beberapa poin itu, masih banyak poin lain yang merugikan Yuriko."Maksud Pak Wolf apa? Kenapa tidak ada satu poin pun yang menguntungkan buat saya?" tanya Yuriko terkejut."Ini bukan salahku, Yuri. Kau sudah menandatangani perjanjian itu dan kau harus mematuhinya. Karena kalau tidak, kau harus mengganti sepuluh kali lipat dari jumlah uang yang sudah aku keluarkan," sanggah Wolf sambil menunjukkan seringaian tipisnya."A-apa? Sepuluh kali lipat?" terkejut Yuriko.Nyaris saja bola mata Yuriko melompat keluar karena terlalu terkejut. Jangankan sepuluh kali lipat, tanpa dilipat gandakan pun ia tidak akan pernah bisa membayarnya. Mungkin gajinya di perusahaan selama sepuluh tahun tetap tidak akan cukup."Ya, sepuluh kali lipat. Kalau kau ti

    Last Updated : 2023-06-29
  • Jebakan Nikah Kontrak    13. Jangan Khawatir

    "Bahkan hal konyol seperti ini sekalipun?" tanya Yuriko tidak percaya."Tentu saja," balas Wolf santai."Astaga, Tuhan!" ujar Yuriko frustasi. Ia benar-benar tidak menyangka dengan sikap Wolf. Badan tinggi kekar, tetapi sifatnya benar-benar kekanakan."Sudah sana cepat keluar. Aku harus kembali dan menemani Nenek," usir Wolf merasa sudah cukup mengejutkan Yuriko.Meski masih tidak bisa percaya, tetapi Yuriko tidak bisa menolak. Ia harus membiarkan nama itu tersimpan di ponselnya. Mengingat neneknya sendirian di rumah sakit, wanita itu lekas turun dan membiarkan Wolf pergi."Ya ampun! Kenapa Yuri menggemaskan sekali?" Wolf memukul-mukul setir membayangkan wajah terkejut Yuriko yang sangat menggemaskan, "Bagaimana aku bisa tahan nanti kalau Yuri sudah tinggal di rumahku?" sambung pria itu gemas.Memikirkan akan segera tinggal bersama membuat Wolf tidak sabar. Akankah ia meminta Yuriko untuk tidur di ruangan yang sama dengannya atau berbeda? Haruskah ia menjadikan poin dua sebagai pegang

    Last Updated : 2023-06-29

Latest chapter

  • Jebakan Nikah Kontrak    49. Senang Sekali Menguji Kesehatan Jantungku

    "Anak kita laki-laki, Mas," kata Yuriko mengingat sang suami belum tahu."Jangan bercanda, Yuri! Hal seperti ini tidak bisa kau jadikan sebagai candaan," protes Wolf tidak suka."Aku serius, Mas. Kalau tidak percaya, kau bisa lihat di papan nama. Bahkan nama putra kita belum ditulis," ujar Yuriko menjelaskan.Sontak, Wolf langsung berjongkok dan memeriksa papan nama. Di sana terlihat jelas di bagian nama kosong dan di bagian jenis kelamin menunjukkan tulisan laki-laki."Astaga!" Wolf terlihat seperti orang yang sedang melihat hantu. Manik mata dan mulutnya terbuka lebar. Ia sampai jatuh terjengkang ke belakang karena terlalu terkejut melihat bayinya berjenis kelamin laki-laki."Bagaimana bisa?" Wolf menyentuh kepalanya dan sedikit mencengkeram rambutnya.Beruntung waktu itu tidak hanya membeli pakaian berwarna pink saja, tetapi ada warna ungu juga. Jadi saat ini, bayi laki-laki itu memakai pakaian berwarna ungu. Tidak masalah jika anak laki-laki memakai pakaian warna itu."Maaf, Mas.

  • Jebakan Nikah Kontrak    48. Dua Garis

    "A-apa? Ha-hamil?" Manik mata Wolf terbelalak dengan senyum yang mengembang, "Apa kau sungguh hamil, Sayang?" imbuhnya bertanya pada sang istri."Aku tidak tahu, Mas," sahut Yuriko menggeleng bingung.Selama ini, ia hanya menikmati kehidupan rumah tangganya dengan Wolf. Ia bahkan tidak sadar akhir-akhir ini sering sekali makan. Porsinya masih normal, tetapi ia sering menikmati camilan. Baik ketika di rumah maupun di perusahaan."Coba kau beli test pack di apotik. Kalau tidak, panggil dokter keluarga kita ke rumah," kata Grizeljoy menyarankan."Nah iya, Benar. Kalau bisa, panggil dokter kandungan saja ke rumah biar lebih pasti," timpal Antariksa ikut menyarankan.Rupanya selain Wolf, dan Grizeljoy yang terlihat bersemangat, Antariksa pun jauh lebih bersemangat daripada mereka berdua. Namun alih-alih meminta putra San menantunya pergi ke rumah sakit, ia justru berkata untuk membawa dokter spesialis kandungan ke rumah."Bagaimana kalau test pack saja? Nanti kalau positif, Yuri sama Mas W

  • Jebakan Nikah Kontrak    47. Kau Hamil?

    "Kita sudah menikah, tapi hanya sedikit orang yang tahu. Menurutmu, apa kita perlu membuat perayaan untuk mengumumkan pernikahan kita?" Satu bulan berlalu setelah drama merajuk yang Wolf buat. Kini, pria itu sedang bermanja-manja dengan Yuriko di dalam selimut. Mereka baru saja menyelesaikan ritual percobaan pembuatan anak yang entah sudah berapa puluh atau mungkin berapa ratus kali."Siapa bilang sedikit? Semua karyawan di perusahaan tahu tentang status kita. Jadi aku pikir, kita tidak perlu merayakannya. Itu hanya akan buang-buang waktu dan uang saja," tolak Yuriko.Tidak peduli mau seberapa banyak orang yang tahu tentang pernikahannya. Yang paling penting sekarang hidupnya sudah bahagia. Tanpa ada yang ditutup-tutupi dan saling terbuka satu sama lain meski hanya hal kecil sekalipun."Tidak, Sayang. Untuk hal seperti ini tidak bisa dibilang sebagai buang-buang uang." Wolf menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pemikiran sang istri.Selain karyawan di perusahaan, Wolf ingin men

  • Jebakan Nikah Kontrak    46. Satu, Dua, atau Tiga?

    Yuriko menatap manik mata Wolf yang terlihat berkaca-kaca. Terlihat sekali bahwa pria itu sudah terlalu putus asa. Tidak tahu harus melakukan apa dan dengan cara apa agar Yuriko mau memiliki anak dengannya."Kenapa? Apa masih belum cukup?" tanya Wolf nyalang. Rasa-rasanya, kesabarannya sudah habis tak bersisa."Tidak. Aku setuju untuk memiliki anak," sahut Yuriko sedikit menyusutkan tubuhnya. Sebelumnya memang Wolf pernah marah, tetapi kali ini berbeda. Tatapan matanya menunjukkan kemarahan, kekesalan, kekecewaan, dan perasaan lainnya yang tercampur menjadi satu membuat Yuriko kesulitan sekedar untuk bernafas."Hah? Apa? Aku tidak salah dengar, 'kan?" tanya Wolf terkejut.Baru saja ia pasrah atas penolakan yang akan Yuriko lontarkan. Namun ternyata, ia mendengar jawaban yang sangat ingin ia dengar. Bahkan ia sampai tidak bisa mempercayai pendengarannya."Sama sekali tidak. Jadi, kau menginginkan berapa anak? Satu, dua, atau tiga?" sahut Yuriko mantap."A-apa?" Wolf kembali dikejutkan

  • Jebakan Nikah Kontrak    45. Tatap Aku, Yuri!

    "M-mas?" Yuriko langsung menjauhkan tubuhnya dengan raut bingung."Kenapa? Tidak bisa? Mau kembali sama Devon? Ya sudah, sana." Wolf melebarkan matanya dan berkata dengan nada malas. Lalu, ia melangkah ke arah meja kerjanya berusaha mengabaikan Yuriko.Terlihat, Yuriko sedang mengigiti kuku jari tangannya. Menatap Wolf dengan raut keragu-raguan. Haruskah ia mengatakan alasannya?"Bu-bukannya aku tidak mau. Aku hanya ..." Yuriko sengaja menggantung kalimatnya membuat Wolf penasaran."Hanya apa? Hanya karena kau belum mempercayaiku?" tanya Wolf berbalik dan menatap wanita itu sinis."Tidak, bukan karena itu. Aku hanya ... Takut, Mas," sahut Yuriko sambil menundukkan kepalanya.Mendengar kata takut terlontar, sontak membuat Wolf mengurungkan niatnya untuk duduk. Ia kembali mendekat ke arah Yuriko dan menyentuh bahunya."Tatap aku, Yuri!" pinta Wolf.Melihat bagaimana kondisi sang istri saat ini membuat Wolf tidak tega. Sebenarnya, ia tidak bisa jauh meski hanya sebentar. Namun, ia terpak

  • Jebakan Nikah Kontrak    44. Kalau Begitu, Berikan Aku Seorang Anak

    "Itu tidak benar, Mas. Hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia." Yuriko menyentuh lengan Wolf dan tangisnya semakin pecah."Turun!" seru Wolf."Tidak, Mas. Aku tidak akan turun sebelum kau mempercayai kata-kataku," tolak Yuriko sambil menggeleng cepat.Wolf menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ia pikir, Yuriko tidak akan pernah mau mendengarkan ucapannya. Jadi, ia memutuskan untuk keluar dan menurunkan semua barang belanjaan di depan lobby apartemen. Setelah itu, ia menarik tangan Yuriko agar turun dari mobil."Mas, aku mohon! Kali ini saja percaya padaku. Semua yang aku katakan benar. Aku tidak sengaja bertemu dengannya dan aku tidak ingin memiliki anak bukan karena dia." Yuriko berjalan mengikuti Wolf yang hendak masuk ke dalam mobil."Minggir!" seru Wolf ketika Yuriko menghalangi jalannya."Mas, aku mohon!" lirih Yuriko. Namun sayangnya, sang suami sama sekali tidak peduli dengan permohonannya.Wolf menyentuh bahu Yuriko dan mendorongnya ke samping. La

  • Jebakan Nikah Kontrak    43. Aku Mohon Percaya Padaku!

    "Tidak, Mas, jangan dengarkan dia. Aku sama sekali tidak ada niatan untuk kembali bersamanya, bahkan meski aku mati sekalipun," sergah Yuriko menimpali.Sumpah demi apa pun, kali ini Yuriko benar-benar takut Wolf akan salah paham. Apalagi sang suami memergokinya berpelukan dengan Devon meski bukan atas dasar keinginannya."Ayo kita pulang!" Wolf mengabaikan uluran tangan Devon dan menunjukkan raut dingin. "Mas? Kau percaya padaku, 'kan?" tanya Yuriko dengan raut khawatir."Aku bilang pulang," balas Wolf dingin.Ia menatap Yuriko dengan manik mata membola. Bagaimana bisa sang istri sulit sekali untuk diajak bicara? Bahkan ini yang kedua kalinya Yuriko tidak mau mendengar ucapannya."Iya kita akan pulang, tapi aku ambil belanjaan kita dulu sebentar," ujar Yuriko sambil menunjuk ke arah meja di mana barang belanjaannya berada.Wolf melepaskan tangannya dan membiarkan sang istri mengambil barang belanjaan. Kemudian, ia berjalan lebih dulu tanpa berniat untuk mengambil alih belanjaan itu.

  • Jebakan Nikah Kontrak    42. Rasanya Ingin Mati

    "Aku bilang aku akan mengeluarkannya di luar," ujar Wolf lebih dingin dari sebelumnya. Tangannya mencengkeram setir mobil kuat-kuat agar amarahnya tidak terlampiaskan pada Yuriko."I-iya, Mas." Yuriko melirik sekilas dan melihat betapa dingin ekspresi wajah Wolf saat ini. Meskipun demikian, ia bersikap seolah tidak tahu. Meremas jemarinya dan membuang pandangan ke arah samping.Selama perjalanan setelah pembahasan mengenai pengaman, tidak ada sepatah kata pun yang terlontar. Namun setelah sampai di rumah, Wolf kembali bersikap seperti biasa. Ia sedikit merasa bersalah karena sudah bersikap dingin pada Yuriko."Mau mandi bersama? Aku janji tidak akan macam-macam," tawar Wolf.Sebesar itu cinta Wolf pada Yuriko. Jika pria lain di luaran sana, mungkin akan mendiamkan Yuriko atas apa yang telah wanita itu lakukan. Meminta anak langsung ditolak dan diminta memakai pengaman ketika melakukan hubungan intim."Mau," balas Yuriko mengangguk dengan seulas senyuman.Kini, mereka berdua berjalan

  • Jebakan Nikah Kontrak    41. Khawatir Akan Hamil

    "Tidak, Sayang. Berdua tidak cukup dan kita perlu adanya anak untuk melengkapi keluarga kita. Setidaknya, kita harus memiliki satu agar hidup kita terasa lebih lengkap," balas Wolf sambil menjauhkan tubuhnya dan duduk.Jujur, ia sangat terkejut mendengar jawaban Yuriko. Tidak pernah terpikir sebelumnya kalau Yuriko akan menolak memiliki anak dengannya. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat rasa cintanya terhadap sang istri berubah. Ia hanya perlu membujuknya agar mau memiliki anak.Yuriko membuat posisi duduk. "Maaf, aku tidak bisa. Aku sudah merasa cukup hanya dengan kita berdua saja," ujar Yuriko bersikeras."Baiklah. Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu tidak ingin memiliki anak? Kau ... Bukan karena kau masih meragukanku 'kan, Yuri?" tanya Wolf ragu."Tidak, Mas, bukan." Yuriko meraih tangan Wolf, "Aku sama sekali tidak meragukanmu. Apalagi setelah apa yang kau lakukan barusan," lanjutnya sambil menggeleng cepat.Untuk saat ini, Yuriko memang tidak meragukan kesetiaan Wolf. Han

DMCA.com Protection Status