Beranda / CEO / Jatuh di Pelukan CEO Dingin / Siapa Yang Kai Pilih?

Share

Siapa Yang Kai Pilih?

Penulis: Aldra_12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 16:35:04

“Mami, kapan Paman Kaivan ke cini?” tanya Kai sambil menusuk-nusuk makan siangnya menggunakan garpu.

Eve menghela napas kasar, lalu menatap pada Kai.

“Paman Kaivan masih kerja, Kai jangan berharap dia datang, ya? Nanti dia tidak fokus bekerja,” kata Eve mencoba bersikap tenang meski ada rasa mengganjal saat Kai membahas soal Kaivan.

Kai memasang wajah cemberut. Dia makan dengan malas bahkan sudah hampir setengah jam tapi makanan di piring hanya terjamah sedikit.

“Kai makan yang benar agar cepat habis dan Kai lekas sembuh,” ujar Eve sambil mempertahankan senyumnya.

“Iya.” Kai menanggapi malas.

Saat Kai kembali makan, terdengar suara bel dari pintu depan. Eve dan Kai menoleh bersamaan.

“Itu pacti Paman Kaivan!” Kai langsung turun dari kursi lalu berlari menuju pintu.

Eve sangat terkejut dengan yang dilakukan Kai. Dia mengejar Kai yang sudah mencapai pintu.

Kai langsung membuka pintu, tapi senyumnya memudar ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu.

“Halo, Kai.” Damian berdiri di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
bab selanjutnya kk
goodnovel comment avatar
Adeena
Eve Jd delema di hadapkan dengan dua pria yg satu masa lalu dan satu lg masa depan yg akan memberi kebahagiaan buat Kai...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Di Antara Dua Pria

    Raut wajah Damian terlihat tak senang saat mendengar Kai sangat berharap bertemu Kaivan. Apalagi Kai langsung berlari ke pintu untuk melihat siapa yang datang.‘Apa benar yang datang Kaivan?’ batin Damian.“Paman Kaivan!”Damian mendengar suara teriakan Kai yang begitu lantang. Ternyata benar Kaivan datang, untuk apa Kaivan menemui Eve dan Kai?Di depan, Eve terkejut melihat Kaivan datang apalagi sekarang ada Damian di dalam.“Kamu sudah makan?” tanya Kaivan pada Kai. Dia memperlihatkan bawaan yang dibawa.“Tadi Mami cudah nyuruh Kai makan, tapi Kai nggak mau makan karena nggak ada Paman Kaivan,” jawab Kai berceloteh.Kaivan tersenyum lalu memandang pada Eve yang berdiri di belakang Kai.“Kalau begitu, makan bersama paman, ya.” Kaivan kembali memandang pada Kai lalu siap mengajak masuk.“Cama Paman Damian juga, ya.” Kaivan menghentikan langkah. Dia menatap Kai lalu pada Eve secara bergantian.“Damian?”Eve melipat bibir sambil memalingkan muka.Saat masuk, ekspresi wajah Kaivan berub

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Malam Tak Terduga

    “Ahhh …”Eve mengerang ketika merasakan deru napas seorang pria menggelitik area lehernya.‘Apa yang—?’ batin Eve seiring mengendalikan dirinya untuk sadar dan mencari tahu identitas sosok yang kini menindih tubuhnya. Namun, gelapnya kamar dan efek alkohol membuat pandangannya kabur.“Ngh … Ah!”Lenguhan keras terlontar dari bibir Eve, merasakan sesuatu yang keras mulai mendorong dan memaksa masuk dari bawah. “J-jangan …,” rintih Eve, tahu bahwa hal yang terjadi ini salah.Pria itu sempat menghentikan gerakannya sebentar. Namun, desakan gairah yang tak tertahankan menuntutnya untuk kembali bergerak.Eve mencoba mendorong bahu pria itu. Akan tetapi, karena perasaan tidak nyaman dari bawahnya, ia justru mencengkram, dan membuat pria yang ada di atas tubuhnya semakin memberikan sentuhan yang membuat Eve menggeliat, sensasi hangat dan geli mengalir ke seluruh tubuh Eve, pria itu mengunci kedua tangannya di atas kepala, membuatnya tak berdaya di bawahnya.“Aku tidak bisa menahannya lagi.”

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Hampir Ketahuan

    Eve tergagap, berusaha mencari alasan yang masuk akal. “Aku … hanya jalan-jalan cari udara segar,” jawabnya setenang mungkin, meskipun terlihat dari wajahnya yang sudah pucat.Grisel tampak tak terlalu yakin, namun mengabaikan. “Baiklah, tapi sebaiknya kamu cepat bersiap. Outbound akan mulai sebentar lagi.” katanya sebelum berlalu.Setelah Grisel pergi, Eve kembali ke kamarnya, duduk di tepi ranjang dengan pikiran kacau. Malam itu menjadi mimpi buruk untuknya, berada di antara kecemasan dan ketakutan, Eve hanya bisa meratap dalam hati, berharap bahwa kejadian semalam tak akan pernah terungkap.**Sementara itu, Kaivan terbangun dengan rasa pusing yang hebat. Ia melihat pakaiannya sudah berserakan di lantai, kening pria itu berkerut.“Apa yang terjadi?” Suara dalamnya terdengar bergumam.Beranjak dari tempat tidur dan berusaha mengenakan pakaiannya, Kaivan tiba-tiba saja menginjak sesuatu. “Bros … siapa ini?” ucap Kaivan usai memungut benda berkilau tersebut.Seketika, ingatan samar me

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Panik

    Grisel terkejut, karena baru pertama kalinya ia mendengar Kaivan sedikit membentak.“O-oh, ya … kamar 204, Pak—” Grisel sampai tergagap karena panik.Setelah itu Kaivan pergi meninggalkan Grisel dan menuju ke dalam Vila lagi.Kondisi Vila sangat sepi, karena para pegawai ikut acara outbound pagi ini. Hingga Kaivan melihat siluet seorang wanita yang tengah berjalan ke arah pantry.Eve menggigit bibir bawahnya, berusaha meredam ketegangan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia hanya ingin menghilang. Kenangan akan tadi malam membuatnya merasa seolah dikelilingi oleh bayang-bayang kelam. Setiap kali ia memikirkan Kaivan, rasa hancur menggerogoti hatinya. “Bagaimana jika dia tahu?” pikirnya, wajahnya semakin pucat.Di saat bersamaan, Eve yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri pun menabrak tubuh seseorang.“M-maaf, aku—” Perkataannya terpotong ketika kepalanya menengadah ke atas, melihat siapa pria yang baru saja ia tabrak. “P-pak Kaivan … maaf …” Eve memundurkan tubuhnya seraya menund

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Teman Bermuka Dua

    Eve bergegas kembali ke kamarnya, menutup pintu dengan gemetar. Begitu berada di dalam, dia langsung menuju laci meja, membuka lemari, dan memeriksa setiap sudut kecil tempat di mana brosnya ia simpan. Pencariannya semakin intens seiring dengan detak jantung yang tak terkendali, tapi hasilnya tetap sama, bros itu tidak ada. Hanya ada satu kemungkinan yang memenuhi pikirannya, dan pikiran itu membuat dadanya semakin sesak, bros yang saat ini berada di tangan Kaivan adalah miliknya.Ketakutan memenuhi hatinya. “Bagaimana bisa sampai di sana?” pikirnya, berusaha mengingat setiap detail malam sebelumnya, meskipun semuanya terasa samar dan buram. Dengan cepat, Eve mengunci pintu kamarnya, berusaha mengumpulkan pikirannya yang berantakan.Di sisi lain, Kaivan tengah memeriksa sesuatu, menatap layar CCTV yang menampilkan rekaman malam sebelumnya. Bersama petugas, dia memutar ulang rekaman dari semua kamera di lorong dan koridor vila, berharap menemukan petunjuk tentang siapa yang masuk ke kam

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Berpura-pura Baik

    Setibanya di depan asrama, Grisel mematikan mesin mobil dan menoleh kepada Eve dengan senyum tipis yang tampak seperti seringai terselubung. “Eve, kau benar-benar masih tinggal di sini, ya?” Grisel melirik ke arah bangunan asrama dengan tatapan yang mencerminkan penilaian terselubung. “Padahal kalau tinggal bersama kakakmu, hidupmu pasti lebih nyaman. Apa kau tidak merasa … kesepian?”Eve menghela napas pelan, menahan desakan untuk membalas komentar Grisel yang seakan mencampuri pilihannya. Baginya, asrama ini adalah tempat di mana ia merasa lebih bebas, jauh dari pandangan tajam dan kontrol keluarga. Di sini, ia bisa hidup tanpa dihakimi, meski sederhana. “Aku lebih nyaman di sini,” jawabnya singkat, tanpa menunjukkan emosi yang berlebihan.Grisel menatapnya, seolah mencari celah di balik jawaban singkat itu. “Yah, setiap orang punya pilihan hidup, kurasa,” katanya sambil tersenyum sok mengerti. “Tapi, kau tahu kan, kalau kau butuh teman untuk berbicara atau ... ya, semacamnya, aku se

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Saudara Tak Diharapkan

    “Ini peringatan terakhirku,” kata Kaivan dengan nada rendah namun penuh ketegasan. “Jangan datang lagi menemui Ibuku. Urusan kita hanya antara kau dan aku, jangan melibatkan dia.”Setelah kejadian di kamar rumah sakit ibunya, Kaivan beranjak ke halaman rumah sakit, di mana Damian, pria yang sejak lama mengusik ketenangannya telah menunggu dengan sikap santai dan senyum angkuh. Kaivan berdiri tegap di depannya, ekspresinya datar namun penuh kewaspadaan.Damian hanya mengangkat alis, ekspresinya penuh ejekan. “Ah, Kaivan, selalu melindungi, ya? Tapi ingat,” katanya sambil menepuk pundak Kaivan dengan gerakan yang terlalu akrab untuk seseorang yang penuh niat licik, “berhati-hatilah dengan orang di sekitarmu. Kau tak pernah tahu siapa yang benar-benar berada di pihakmu.” Tatapan matanya penuh makna, seolah ada ancaman tersembunyi di balik setiap katanya.Dia tahu Damian bukan orang yang bisa dipercaya, dan kehadirannya di sini tentu bukan tanpa maksud. Selalu ada sesuatu yang terselubung,

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Pertemuan Rumit

    Eve menelan ludah susah payah. “Si-siang, Pak.” Eve mencoba menyapa.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Kaivan lalu melirik ke dalam. Ini aneh, kenapa Eve ada di kamar ibunya? Bukankah Maria tidak mengenal Eve? “Sa-saya ….” Eve ingin menjawab, tapi terdengar suara Maria dari dalam.“Kai, dia membantu ibu tadi.” Suara Maria membuat Kaivan kembali menatap pada Eve.Eve lega Maria menjelaskan, setidaknya dia tidak perlu berkata-kata karena bibirnya terasa bergetar.“Sa-saya permisi, Pak,” kata Eve tergagap lalu mencoba melewati Kaivan berdiri. Tubuhnya mendadak lemas, jangan sampai dia pingsan di hadapan atasannya itu.Kaivan melihat wajah Eve yang masih pucat seperti saat outbound, sehingga dia menghadang langkah Eve lagi."Kenapa kamu ada di rumah sakit?” tanya Kaivan.Eve gelagapan, tapi dia berusaha tenang.“Itu … saya baru periksa karena demam. Mungkin karena kelelahan,” jawab Eve tanpa berani menatap pada Kaivan. Dia meremas jemari untuk menutupi kegugupannya.Kaivan diam mena

Bab terbaru

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Di Antara Dua Pria

    Raut wajah Damian terlihat tak senang saat mendengar Kai sangat berharap bertemu Kaivan. Apalagi Kai langsung berlari ke pintu untuk melihat siapa yang datang.‘Apa benar yang datang Kaivan?’ batin Damian.“Paman Kaivan!”Damian mendengar suara teriakan Kai yang begitu lantang. Ternyata benar Kaivan datang, untuk apa Kaivan menemui Eve dan Kai?Di depan, Eve terkejut melihat Kaivan datang apalagi sekarang ada Damian di dalam.“Kamu sudah makan?” tanya Kaivan pada Kai. Dia memperlihatkan bawaan yang dibawa.“Tadi Mami cudah nyuruh Kai makan, tapi Kai nggak mau makan karena nggak ada Paman Kaivan,” jawab Kai berceloteh.Kaivan tersenyum lalu memandang pada Eve yang berdiri di belakang Kai.“Kalau begitu, makan bersama paman, ya.” Kaivan kembali memandang pada Kai lalu siap mengajak masuk.“Cama Paman Damian juga, ya.” Kaivan menghentikan langkah. Dia menatap Kai lalu pada Eve secara bergantian.“Damian?”Eve melipat bibir sambil memalingkan muka.Saat masuk, ekspresi wajah Kaivan berub

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Siapa Yang Kai Pilih?

    “Mami, kapan Paman Kaivan ke cini?” tanya Kai sambil menusuk-nusuk makan siangnya menggunakan garpu.Eve menghela napas kasar, lalu menatap pada Kai.“Paman Kaivan masih kerja, Kai jangan berharap dia datang, ya? Nanti dia tidak fokus bekerja,” kata Eve mencoba bersikap tenang meski ada rasa mengganjal saat Kai membahas soal Kaivan.Kai memasang wajah cemberut. Dia makan dengan malas bahkan sudah hampir setengah jam tapi makanan di piring hanya terjamah sedikit.“Kai makan yang benar agar cepat habis dan Kai lekas sembuh,” ujar Eve sambil mempertahankan senyumnya.“Iya.” Kai menanggapi malas.Saat Kai kembali makan, terdengar suara bel dari pintu depan. Eve dan Kai menoleh bersamaan.“Itu pacti Paman Kaivan!” Kai langsung turun dari kursi lalu berlari menuju pintu.Eve sangat terkejut dengan yang dilakukan Kai. Dia mengejar Kai yang sudah mencapai pintu.Kai langsung membuka pintu, tapi senyumnya memudar ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu.“Halo, Kai.” Damian berdiri di

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Mutasi atau Keluar

    Grisel sangat panik dan bingung, tapi dia juga tidak bisa menghindari hal ini. Grisel turun dari mobil lalu berjalan masuk lobi untuk segera naik ke lantai tempat ruangan Kaivan berada.Namun, sebelum dirinya masuk lift, Grisel lebih dulu mendapat pesan dari kepala HRD.[Datanglah ke ruang HRD untuk pemberitahuan perubahan pekerjaan.]Grisel mengerutkan dahi. Apa maksudnya perubahan pekerjaan? Dia menggigit bibir bawah, bingung harus bagaimana lalu akhirnya memilih pergi ke ruang HRD lebih dulu, sebelum pergi ke ruangan Kaivan.Grisel masuk ke ruang HRD dan langsung menemui kepala HRD.“Ada apa saya diminta ke sini?” tanya Grisel.“Saya baru saja mendapat perintah untuk melakukan mutasi pekerjaan. Kamu akan dipindah ke anak cabang Bramanty Group yang ada di luar kota. Surat pemindahannya belum turun, tapi saya diminta menyampaikan ini lebih dulu, agar kamu bisa mempersiapkan diri dan menyelesaikan pekerjaan yang tertunda,” ujar kepala HRD.Grisel membulatkan bola mata lebar.“Tidak mu

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Memberi Pelajaran

    Kaivan pergi ke perusahaan. Ekspresi wajahnya begitu dingin, bahkan para staff yang menyapanya merasa merinding karena sikap Kaivan tak seperti biasanya, lebih menakutkan dari sebelumnya.“Apa ada masalah, Pak?” tanya Hendry yang berjalan di belakang Kaivan dan merasa aneh dengan sikap atasannya itu.Kaivan tidak menjawab pertanyaan Hendry. Dia terus mengayunkan kaki masuk lift.Hendry memilih diam. Dia memperhatikan tombol yang ditekan Kaivan. Hendry merasa sedikit aneh, kenapa Kaivan tidak menuju lantainya bekerja, tapi malah ke lantai lain?Lift terbuka di lantai tempat Grisel bekerja. Tentu saja hal itu membuat Hendry bertanya-tanya dengan apa yang terjadi.Saat sampai di lantai divisi itu, ternyata Grisel belum ada di ruang kerjanya.“Di mana Bu Grisel?” tanya Kaivan pada staff yang berdiri saat melihat kedatangannya.“Beliau belum datang, Pak,” jawab staff.Kaivan menyipitkan mata. Dia memandang semua staff yang menunduk, lalu melihat jam dinding menunjukkan pukul setengah delapa

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Butuh Pendekatan Lagi

    “Kamu harus bertanggung jawab, Kaivan! Jangan jadi pengecut!” Maria mengamuk karena berpikir Kaivan tidak mau bertanggung jawab.Kaivan memegang tangan Maria, lalu membalas, “Aku bukannya tidak mau bertanggung jawab. Tapi Eve yang sepertinya tidak mau.”Maria mengerutkan alis.“Kenapa tidak mau? Pasti ada alasannya, kan?” Maria penasaran. Jika memang Eve wanita yang akan dijadikan istri Kaivan, dia akan mendukung penuh.“Apa perlu ibu yang minta padanya untuk menikah denganmu?” tanya Maria gemas karena merasa putranya sangat lamban.“Jangan!” Kaivan mencegah. “Tidak semudah itu juga, Bu. Aku tidak tahu alasan pastinya, tapi yang jelas Eve ragu.”Semalam Kaivan mendengar apa yang dibicarakan Eve dan Bram. Dia sekarang tahu alasan Eve terus memintanya menjauh. Kaivan menceritakan itu agar Maria paham dan tidak bersikap gegabah.“Jadi, apa rencanamu?” tanya Maria memastikan.“Aku hanya perlu lebih dekat dan meyakinkannya saja. Sepertinya Kai juga sudah menyukaiku, jadi itu akan lebih mud

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Jujur ke Maria

    “Kamu sebenarnya mau bicara apa, Kai? Jangan bilang kamu mau membahas wanita bernama Grisel itu! Ibu tidak sudi!” Maria memberi ultimatum lebih dulu karena telinganya terlalu sakit jika mendengar Kaivan bersama Grisel.Kaivan malah tersenyum lalu menggeleng pelan.“Bukan itu yang mau aku ceritakan,” ujar Kaivan karena melihat sang ibu sudah sangat emosi.“Lalu?” Maria menatap curiga.Kaivan menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan.“Semalam aku pergi mengantar Kai ke rumah sakit untuk periksa. Dia putraku.”“Kaivan!” Maria berteriak karena syok. “Kai? Siapa maksudmu Kai itu? Dan, apa tadi kamu bilang? Putra? Jangan bilang itu anakmu dengan Grisel!” amuk Maria dengan emosi yang memuncak. Dia mencengkram dada karena merasa nyeri.“Bu.” Kaivan langsung turun dari ranjang. Dia meminta Maria untuk duduk lebih dulu.“Makanya, dengarkan aku bicara sampai selesai agar tidak syok,” ujar Kaivan malah menyalahkan ibunya yang kaget.“Siapa yang tidak syok mendengar pengakuanmu, hah!” M

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Curiga

    Eve mengecek Kai setelah selesai bicara dan meyakinkan Bram kalau dia akan mengurus semua sendiri. Kai mungkin membutuhkan sosok ayah, tapi Eve tidak mau jika Kaivan terpaksa bertanggung jawab karena adanya Kai. Bisa saja ‘kan, dulu Kaivan tidak menginginkan Kai, sedangkan sekarang sudah terlanjur dan terpaksa menerima?Saat Eve masuk kamar. Dia melihat Kaivan ternyata tertidur di ranjangnya. Dia menatap lekat wajah Kaivan dan Kai yang sama-sama tertidur pulas. Keduanya benar-benar sangat mirip, terutama alisnya.Tidak tega membangunkan Kaivan. Eve memilih membetulkan letak selimut, lalu dia keluar dari kamar dan berniat tidur di sofa.“Bagaimana kondisi Kak Bram, Kak?” tanya Eve saat melihat Alana keluar dari kamar.“Sudah tidak apa-apa. Dia berusaha tidur sekarang,” jawab Alana, “kenapa kamu di luar? Apa Kai belum tidur sampai mantan bosmu juga masih di sana?” tanya Alana keheranan.“Ah, itu ….” Eve menoleh ke pintu kamarnya, lalu kembali memandang Alana. “Dia tertidur bersama Kai.

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Dia Yang Salah

    Bram mengajak bicara Eve di ruang makan. Alana juga ada di sana, dia dan Bram sama-sama menatap Eve sekarang.“Kamu masih tidak mau jujur dengan apa yang terjadi, Eve? Jujur pada kami, apa kamu tidak menganggap kami lagi?” Bram mencoba menekan karena merasa Eve menyembunyikan kebenaran soal ayah Kai.“Bukan begitu, Kak.” Eve bingung harus bagaimana menjelaskannya.“Kalau begitu cerita, Eve. Kami ini keluargamu, apa tidak cukup kamu berbohong dan menyembunyikan soal kehadiran Kai?” Alana ikut bicara demi kebaikan Eve juga Bram.Eve meremat jemari, lalu memberanikan diri menatap kakak dan kakak iparnya.“Katakan padaku, bagaimana bisa Kai langsung dengan mantan bosmu itu? Kalian punya hubungan khusus atau ….” Bram sengaja menjeda ucapannya agar Eve yang melanjutkan.Eve menelan ludah susah payah. Panik dan takut bercampur jadi satu.“Pak Kaivan adalah ayah Kai. Aku tidak sengaja melakukannya dengan dia.” Eve menjawab dengan suara lirih sambil menundukkan kepala.“Apa?” Bram sangat terkej

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Tidak Boleh Pulang

    Kaivan mengantar Eve kembali ke apartemen. Dia sigap keluar dari mobil lalu membuka pintu mobil untuk Eve. Namun, saat Eve akan keluar, Kai bangun dan mencari Kaivan.“Maunya gendong Paman Kaivan.” Kai mengigau dan memberontak tidak mau digendong Eve.Eve menatap Kaivan yang berdiri di luar pintu.Kaivan membungkuk lalu mengambil alih Kai dari pangkuan Eve.“Biar aku yang menggendongnya,” ujar Kaivan.Eve terpaksa memberikan Kai karena terus memberontak. Saat sudah digendong Kaivan, Kai anteng dan langsung mengalungkan kedua lengan di leher pria itu.Mereka masuk bersama. Eve melihat Kai yang kembali tidur dalam gendongan Kaivan. Dia diam sambil terus melangkah, apa begini ikatan antara ayah dan anak meski mereka tidak pernah bertemu? Kenapa begitu erat? Bahkan Kai tidak pernah sedekat ini pada pria lain meski sering bertemu.Mereka sampai di unit apartemen Bram. Saat masuk, ternyata Alana sudah pulang.“Bagaimana kondisinya?” tanya Bram langsung menghampiri bersama Alana.“Dokter bil

DMCA.com Protection Status