“Kau ... kenapa kau ada di sini?” Claire mengedipkan matanya berkali-kali—belum bisa menghilangkan keterkejutannya melihat Jayden.
“Menemuimu.” Dia pasti mencium Claire kalau tidak ada Alicia.
“Tapi, kenapa?” senyum Jayden menghilang. Bukan ini reaksi yang dia bayangkan. Apa Claire tidak suka melihatnya?
“Aku ada kerja di sini. Dan aku ingin menemuimu.” Claire hanya menatap Jayden. Dia merasa senang, tapi apa wajar dia merasakannya?
“Kalian lanjutkan mengobrol,” Claire dan Jayden sama-sama melihat Alicia yang bangkit dari sofa.
“Aku ke kamar dulu.” Jayden langsung memeluk Claire begitu Alicia meninggalkan mereka.
“Kau melakukan sesuatu padaku,” tangan Claire terhenti di udara, dia tidak tahu apakah dirinya boleh memeluk pria itu atau tidak.
“Sesekali kau muncul di pikiranku.” Jayden merenggangkan pelukannya. Dia menangkupkan tangannya
Claire menatap Jayden sendu. Dia tidak mau menutupi ketakutannya. Entah apa yang terjadi jika dia melewati batas yang dia buat lagi. “Seharusnya kau tidak mengkhawatirkan itu,” Jayden tersenyum. “Kau tidak akan bisa menyukaiku,” Claire melihat Jayden bingung. Dengan wajahnya saja cukup membuat orang-orang suka dengan Jayden. “Kau bisa menyukai tubuhku, tapi perasaan, itu tidak akan terjadi. Aku jamin.” “Bagaimana kau bisa begitu yakin?” Jayden mengelus pipi Claire. “Biarkan aku mengkhawatirkan itu. Katakan saja aku boleh menemuimu.” Claire menghela napas. Mungkin Jayden bisa menjaga emosi dan perasaaannya, tapi Claire, dia tidak yakin bisa melakukannya. “Tidak, Jayden.” Jayden mengertakkan giginya. Sebenarnya apa yang Claire pikirkan? Kenapa dia tidak bisa memahami wanita ini? “Jadi, kau ingin kita menjadi orang asing?” tangan Jayden kembali ke sisi tubuhnya. Rencananya tidak boleh gagal. “Claire!” Mereka menoleh pada A
“Bahkan pesanku tidak dibalas.” Sambung Jayden.“You’re kidding,” ucap Sarah tidak percaya.“Kau mau bukti?” Jayden menunjukkan pesan yang dia kirim pada Claire dan riwayat panggilannya.“What a stupid girl. Bagaimana bisa dia mengabaikan wajah ini?” Claire melihat mojito yang baru diletakkan di depannya dengan dahi mengernyit. Orang yang membelakanginya dengan seorang wanita adalah Jayden—dia sudah memastikannya. Jayden dan wanita itu sedang membicarakannya.“Semoga pria yang bersamanya memiliki kelebihan daripada dirimu.” Jayden menyeringai. Dia percaya diri dengan fisik maupun dompetnya.“Menurutmu bagaimana?”“Tentu aku memilihmu, Honey.” Mereka terkekeh bersama. Claire meneguk mojitonya setengah gelas. Apa Jayden harus membicarakannya seperti itu dengan wanita lain? Claire mengabaikan pesannya artinya dia tidak tert
Jayden mematung di atas Claire. Dia tidak tidur dengan pria itu. Entah kenapa Jayden senang mendengarnya. Rasa senang Jayden hilang saat Claire mendorongnya—membuat Jayden terduduk di tempat tidur.“Aku tidak bisa melakukan ini,” mata Claire berkaca-kaca. Apa yang Jayden lakukan, Claire tidak bisa menerimanya. Wanita itu bangkit. Dia pasti turun dari tempat tidur jika Jayden tidak menahannya.“Kau mau ke mana?” Claire menghempaskan tangan Jayden.“Siapa kau bisa melakukan ini padaku? Aku sudah memberikan apa yang kau inginkan, tapi apa yang kau lakukan padaku?” air mata yang dia tahan lolos.“Aku merasa rendah. Kau menggunakanku hanya untuk seks!”“Claire,” Jayden mendekati Claire dan menyentuh tangannya.“Jangan sentuh aku! Bagaimana bisa kau menyiksaku seperti itu?” air mata Claire membuat Jayden tidak tahu harus berkata apa.“Kenapa aku?&rdquo
“Aku pikir kau akan membiarkanku satu kamar denganmu,” Jayden menatap Donghyuk. Sejak kapan mereka tinggal satu kamar saat melakukan pekerjaan ke luar negeri?“Itu akan mengurangi pengeluaran agensi.” Sambung Donghyuk setelah duduk di sofa. Dia beruntung bisa mendapatkan kamar tepat di sebelah kamar Jayden.“Tsk. Aku memberikan penghasilan terbesar untuk SnC Models. Ini tidak seberapa.” Jayden melihat ponselnya—menunggu balasan pesannya dari Claire. Dia meminta wanita itu menemuinya.“Apa yang kau lakukan selama di sini?”“Hanya santai,” balas Jayden sambil membaca pesan Claire.Claire: Aku bersama teman-temanku.Jayden: Temui aku setelah selesai.Claire: Aku langsung pulang ke rumah.Jayden: Kau anak yang penurut ya, Claire.Donghyuk melihat Ja
Jayden menatap Claire lama. Dia bisa saja tidak menjawab pertanyaan Claire, tapi dia tidak mau membuat wanita itu kesal. Jayden masih butuh Claire untuk menghangatkan ranjangnya. “Aku tidak punya hati untuk dibagikan dengan orang lain,” Jayden menatap Claire serius. “Dan aku hanya perlu ingat tujuanku tidur dengan seseorang,” Jayden tidak tahu apa arti tatapan Claire untuknya. Namun, karena mereka sedang membicarakan ini, Jayden akan menunjukkan di mana dia berdiri dengan jelas. “Untuk memuaskan kebutuhanku. Sesederhana itu.” Claire tersenyum misterius. “Kau membuatnya terdengar mudah.” “Karena itu memang mudah. Kau tidak perlu berpikir. Biarkan nalurimu mengambil alih.” Mereka bertatapan sampai Claire memalingkan wajahnya. “Aku akan mengingatnya.” Wanita itu turun dari tempat tidur. Dia mengambil pakaiannya dari lantai. “Sampai jumpa di pertemuan berikutnya, Jayden.” Claire berkata setelah mengenakan pakaiannya. “Tungg
Claire mencium Jayden lagi. Sekarang dia melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu. Jayden balas menciumnya, tapi berhenti setelah menyadari sesuatu. Dia menjauhkan wajahnya dari Claire. “Kau habis minum,” Claire mengabaikan ucapan Jayden dan bergerak ingin mencium pria itu lagi. “Wait,” dia menangkupkan tangannya di wajah Claire. “Kau mabuk, Claire.” Wanita itu tersenyum, senyumnya terlihat lucu di mata Jayden. “Aku bisa melihatmu dengan jelas.” Claire berjinjit lalu memegang wajah Jayden. “Kau bilang kau merasa gatal,” Jayden memeluk Claire. Wanita itu pasti terduduk di lantai jika Jayden membiarkannya. Wanita itu tidak bisa menjaga keseimbangannya, tapi malah berjinjit untuk menyamai tingginya. “Aku juga.” Claire nyengir, membuat Jayden semakin yakin dia mabuk. Claire tidak akan membuat ekspresi lucu itu jika dia sadar. “Jayden,” suaranya manja. Dia sangat manis jika seperti ini. “Ya, Sayang?” “
“Kau tidak perlu khawatir. Claire aman bersamaku.” “Justru karena Claire bersamamu aku jadi khawatir,” balas Alicia dingin. “Cepat beri tahu aku.” Jayden menarik napasnya panjang. Alicia benar-benar menguji emosinya. “Berhenti mengkhawatirkannya dan bersikap seolah-olah Claire bukan wanita dewasa. Dia datang padaku atas kemauannya sendiri. Lebih baik kau urusi hidupmu saja.” Alicia terdiam. Dia baru kepikiran kenapa bukan Claire sendiri yang menjawab panggilannya? “Di mana Claire? Aku ingin bicara dengannya.” Jayden berdecak. “Aku tidak akan menjawab panggilannya jika Claire sadar.” “Sadar?! Kau apakan Claire, Brengs*k?” Jayden mendesah berat. Seharusnya dia mengabaikan panggilan Alicia tadi. “Lebih baik kau bertanya pada Claire besok. Aku malas bicara denganmu.” Jayden melihat notifikasi panggilan tidak terjawab setelah dia memutus panggilan dengan Alicia. Panggilan tidak terjawab dari ibu Claire. Dia tidak tahu seperti apa in
“Jumat, Sabtu, Minggu. Aku bisa pada hari itu.” Jayden melempar Claire ke ranjang. Dia langsung memposisikan dirinya di atas tubuh Claire.“Tiga dari tujuh hari? Aku tidak bisa menerimanya.” Jayden menaikkan dress Claire dan melepas celana dalam wanita itu.“Jayden, kita sedang ... ah!” Claire mendesah saat merasakan benda kenyal menjilat organ intimnya.“Jayden ....” Claire ingin protes, tapi tidak bisa mengeluarkannya. Lidah Jayden bergerak dengan terampil untuk memuaskannya. Tangan Claire meraih kepala Jayden—dia meremas rambut pria itu. Dia tenggelam dalam kenikmatan yang Jayden berikan dan tidak sadar pria itu sudah melepas celananya. Claire membuka matanya saat merasakan Jayden berhenti.“Kenapa kau—“ protesnya terpotong karena Jayden menghujamkan miliknya ke dalam Claire. Wanita itu mendesah karena kenikmatan penyatuan mereka. Namun, matanya melebar setelah menyadari s
“Bagaimana menurutmu?” Jayden melihat Claire yang fokus melihat pertunjukan di depan mereka.“Apanya?” tanya Claire karena tidak mengerti apa yang pria itu tanyakan.“Tarian mereka,” Jayden melihat para penari hula yang meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik dengan memakai bikini dan rok rumbai. Pertunjukan mereka menghipnotis para pengunjung bar tepi pantai. Namun, pemandangan itu biasa bagi Jayden.“Aku lebih suka melihatmu meliuk di atasku,” ucap Jayden lalu mengambil wiskinya dari meja.“Kau tidak serius,” balas Claire sambil tersenyum menggoda Jayden. Para penari itu memiliki tubuh yang seksi dan eksotis, mereka juga pandai menggerakkan pinggulnya. Jayden melirik Claire. Kalau saja pikirannya tidak terbagi, dia pasti melakukan sesuatu agar mereka hanya tinggal di rumah pantai saja dan tidak pergi ke mana-mana.“Apa aku pernah tidak serius jika menyangkut urusan ranjang?” Claire hanya bisa tertawa kecil. Ucapan Jayden benar. Pria Asia itu sampai membuat kesepakatan dengannya aga
“Bisa tolong oleskan tabir surya ke tubuhku?” ucap Claire pada Jayden yang sedang berbaring di kursi santai. Jayden merendahkan sunglasses-nya melihat Claire. Dia sudah mengoleskan tabir surya ke tubuh Claire sekitar satu jam lalu. “Katakan saja kau ingin aku terus menyentuhmu, Sayang. Tidak perlu membuat alasan.” Claire menoleh pada Jayden, mendapati pria itu dengan smirk di wajahnya. “Aku tidak mau kulitku terbakar.” Claire melemparkan botol tabir suryanya pada Jayden. Pria itu menggeleng kecil sambil tersenyum. Dia masih tidak percaya ucapan Claire. Pria itu bergerak dan menempatkan bokongnya di kursi santai Claire. Jayden menekan botol tabir surya, membuat gel itu jatuh ke tangan kirinya. Dia mengusapkan kedua tangannya lalu mulai mengoleskan tabir surya ke bahu Claire, leher—dia memberi pijatan di sana yang mendapat erangan nikmat dari wanita itu. “Tsk, tsk. Katakan saja kau menginginkan sentuhanku.” Claire memutar matanya mendengar ucapan Jayden. Mereka baru keluar dari rumah
“Nyonya,” suara Bibi Miller menghentikan Nyonya Wilson yang sedang menyemprot bunga.“Ada tamu. Tuan Andrew Collins datang berkunjung.”“Andrew?” suaranya bingung. Buat apa Andrew datang kemari? Nyonya Wilson meletakkan sprayer-nya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Saat dia sampai di ruang tamu suaminya sudah mengobrol dengan Andrew. Wanita paruh baya itu mendekati mereka.“Andrew,” sapaan Nyonya Wilson membuat keduanya melihat beliau.“Irene,” Andrew menganggukkan kepalanya pada ibu Claire.“Kenapa kau datang kemari?” Ini hari Sabtu, suaminya tidak membawa urusan kantornya ke rumah saat weekend. Nyonya Wilson melihat suaminya. ‘Ini tidak ada hubungannya dengan Claire ‘kan?’ matanya bertanya. Tuan Wilson mengalihkan pandangannya pada Andrew. Dia kurang cepat membawa Andrew ke ruang kerjanya. Andrew datang untuk membicarakan perjodohannya dengan Claire lagi. Entah apa reaksi Nyonya Wilson jika dia tahu suaminya tidak benar-benar membereskan perjodohan Claire dengan Andrew.“Ada yang
“Apa yang kalian lakukan?!” Bentak Andrew saat orang-orang yang dia suruh mengikuti Jayden menjawab panggilannya. Emosi Andrew memuncak begitu melihat laporan yang dikirim suruhannya setengah jam lalu. Dia keluar dari ruang rapat dan melangkah lebar menuju ruang kerjanya. “Aku dengan jelas mengatakan orang itu tidak boleh bertemu dengan Claire!” Dia sedang berada di tengah rapat saat laporan itu masuk ke ponselnya. Andrew selalu membuat benda itu dalam mode senyap jika dia sedang rapat. “Apa yang kalian kerjakan, hah?!” Andrew menjatuhkan bokongnya ke kursi kerja. “Aku membayar mahal kalian, tapi apa? Kalian bahkan tidak bisa mengurus satu orang!” “Ma-maaf, Tuan.” Suaranya takut. “Kami tidak tahu jika tempat yang dia tuju adalah perusahaan Nona Claire bekerja. Saat sudah sampai, kami tidak yakin apakah kami boleh melukai orang itu.” Dia sudah menanyakan ini pada Andrew, tapi pria itu tidak membalas pesannya. Andrew memijit pelipisnya yang berdenyut. Kepalanya panas mendengar ucap
Claire menginap di hotel malam itu. Dia tidak mau pulang ke rumah atau menginap di kediaman teman-temannya. Mereka pasti bertanya dan dia tidak sanggup mendengar kata-kata mereka jika tahu apa yang sudah terjadi padanya. Claire langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur begitu masuk ke kamar hotel. Air matanya mengalir lagi tidak bisa dia bendung. Apa yang dia alami seperti rollercoaster. Emosinya dikuras seiring waktu dengan Jayden. Padahal hubungan Claire sebelumnya tidak serumit ini.Wanita itu tertawa miris. Tentu saja ini rumit karena apa yang dia lakukan dengan Jayden bukan hubungan. Momen Claire mengasihani dirinya terganggu oleh suara ponsel. Dia mengambil benda itu dan melihat nama Jayden di sana. Claire hanya menatapnya sampai benda itu berhenti berdering lalu notifikasi pesan muncul di ponsel Claire. Kenapa Jayden masih menghubunginya? Wanita itu membuka pesan Jayden.Jayden: Kau di mana? Ayo bicara lagi, Claire.Claire meletakkan ponselnya di kasur. Apa lagi yan
“Sial!” Jayden terduduk di tepi tempat tidur. Dia menyatukan tangannya. Ini semakin tidak terkendali. Jayden tidak mau menghabiskan waktunya bermain tarik-ulur emosi seperti ini. Sudah saatnya dia pergi. Itu yang harus Jayden lakukan. Namun, dia merasa berat. Jayden memulas wajahnya. Apa yang harus dia lakukan? Pasti ada sesuatu yang bisa membuat Claire tenang dan tidak membahas perasaan terus menerus. Kalau saja Claire tahu baru dia wanita pertama yang Jayden perlakukan seperti ini. Bisa melakukan seks dengan Jayden saja sudah seperti kemewahan, apalagi tinggal bersama. Jayden bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dia pergi menuju lantai dua, pergi ke kamar yang Claire tempati sebelumnya. Namun, Claire tidak ada di sana. Jayden kembali ke lantai dasar, dia mengecek semua ruangan di sana. Dia pergi menuju kolam renang begitu tidak mendapati Claire di ruangan mana pun. Pintu menuju kolam renang terbuka. Ja
“Apa itu hal yang buruk?” Jayden tersenyum tipis. Itu hal yang buruk baginya, tapi Jayden tidak mau mengatakannya.“Tidak. Itu bagus.” Dia mengelus pipi Claire. Apa yang harus dia lakukan pada wanita ini?“Bisakah aku meminta sesuatu padamu?”“Selama aku bisa mengabulkannya, kau bisa minta apa saja.” Claire menyunggingkan senyumnya. Dia tidak begitu yakin Jayden bisa melakukannya. Namun, tidak ada salahnya mencoba.“Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, bicarakan padaku, Jayden. Sekalipun itu tidak berkaitan denganku. Aku pasti mendengarkanmu.” Jayden menatap Claire lama. Apa Claire tidak tahu dia seperti ini karena wanita itu yang terkesan tidak terus terang padanya?“Aku juga bisa mengatakan hal yang sama padamu. Kau tidak jujur padaku.”“Aku sudah katakan dia hanya kenalanku. Aku tidak perlu bicara panjang lebar tentang Andrew karena memang aku tahu dia ha
Jayden merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana bisa dia seceroboh ini? Dia selalu ingat untuk mengeluarkan batangnya jika melakukan seks tanpa kondom. This is so fuck up. Jayden meringis dalam hati. Wanita ini membuatnya kacau dan lepas kendali—Jayden tidak mengenali dirinya untuk beberapa saat. Dia mengeluarkan batangnya dari organ feminin Claire, membuat celana dalam Claire kembali pada tempatnya. Wanita itu merasakan basah di sana. Itu perpaduan cairan mereka. Entah kenapa Claire merasa semakin terhubung dengan Jayden. Wanita itu menggeleng kecil. Apa yang dia pikirkan? Ini hanya seks instan. Claire merapatkan pahanya begitu kakinya kembali berpijak. Pintu lift pribadi mereka sudah lama terbuka.“Kau masuk duluan. Aku akan membeli morning after pill,” ucap Jayden tanpa menatap Claire. Hanya karena bertemu dengan pria yang mungkin dekat dengan Claire dia jadi seperti ini. Dia merasa lemah.“Tidak apa-apa,” ucapan itu membuat Jayden melihat Claire. Apanya yang tidak apa-apa?
Oh, sial. Ini Lee Hyunjoo. Jayden juga memblokir nomor baru itu dan menghapus pesan Hyunjoo. Dia mencari kontak Donghyuk dan menghubunginya.“Hyunjoo menghubungimu?” tanya Jayden langsung begitu Donghyuk menjawab.“Iya. Aku sudah pernah bilang 'kan? Dia terus saja menghubungiku untuk menanyakanmu.”“Kau menjawabnya.” Suara Jayden rendah, padahal dia sudah mengingatkan Donghyuk untuk mengabaikan komunikasi dari Hyunjoo.“Apa lagi yang bisa kulakukan? Dia sudah seperti peneror.” Jayden menghembuskan napasnya kasar.“Blokir nomornya, Kak. Kau tidak memberi tahu di mana aku ‘kan?”“Tidak. Karena kupikir kau ingin menjauh darinya,” managernya benar. Dia sedang tidak ingin diganggu, apalagi oleh Hyunjoo—wanita yang bersikeras memiliki hubungan dengannya.“Aku tidak mau dia mengganggu liburanmu.”“Thanks, Kak.” Jayden bisa tenang sekarang.“Sebenarnya hubungan kalian seperti apa? Hyunjoo bilang kalian sudah kembali.” Jayden melihat Claire berjalan ke arahnya. Napasnya tercekat karena wanita