“Kau tidak perlu khawatir. Claire aman bersamaku.”
“Justru karena Claire bersamamu aku jadi khawatir,” balas Alicia dingin.
“Cepat beri tahu aku.” Jayden menarik napasnya panjang. Alicia benar-benar menguji emosinya.
“Berhenti mengkhawatirkannya dan bersikap seolah-olah Claire bukan wanita dewasa. Dia datang padaku atas kemauannya sendiri. Lebih baik kau urusi hidupmu saja.” Alicia terdiam. Dia baru kepikiran kenapa bukan Claire sendiri yang menjawab panggilannya?
“Di mana Claire? Aku ingin bicara dengannya.” Jayden berdecak.
“Aku tidak akan menjawab panggilannya jika Claire sadar.”
“Sadar?! Kau apakan Claire, Brengs*k?” Jayden mendesah berat. Seharusnya dia mengabaikan panggilan Alicia tadi.
“Lebih baik kau bertanya pada Claire besok. Aku malas bicara denganmu.” Jayden melihat notifikasi panggilan tidak terjawab setelah dia memutus panggilan dengan Alicia. Panggilan tidak terjawab dari ibu Claire. Dia tidak tahu seperti apa in
“Jumat, Sabtu, Minggu. Aku bisa pada hari itu.” Jayden melempar Claire ke ranjang. Dia langsung memposisikan dirinya di atas tubuh Claire.“Tiga dari tujuh hari? Aku tidak bisa menerimanya.” Jayden menaikkan dress Claire dan melepas celana dalam wanita itu.“Jayden, kita sedang ... ah!” Claire mendesah saat merasakan benda kenyal menjilat organ intimnya.“Jayden ....” Claire ingin protes, tapi tidak bisa mengeluarkannya. Lidah Jayden bergerak dengan terampil untuk memuaskannya. Tangan Claire meraih kepala Jayden—dia meremas rambut pria itu. Dia tenggelam dalam kenikmatan yang Jayden berikan dan tidak sadar pria itu sudah melepas celananya. Claire membuka matanya saat merasakan Jayden berhenti.“Kenapa kau—“ protesnya terpotong karena Jayden menghujamkan miliknya ke dalam Claire. Wanita itu mendesah karena kenikmatan penyatuan mereka. Namun, matanya melebar setelah menyadari s
Kedua pria itu terkejut mendengar suara feminin yang memanggil Jayden. Claire mendekati mereka. Jayden berusaha mengatur ekspresinya sebelum tersenyum melihat Claire. Dia tidak mendengar apa yang Jayden ucapkan ‘kan?“Aku pulang sekarang.” Jayden menatap Claire lembut.“Kau tidak mau tinggal sebentar lagi?” kalau saja Donghyuk tidak mengganggunya, dia pasti membuat Claire tidak bisa turun dari tempat tidurnya saat ini.“Tidak.” Donghyuk hanya melihat interaksi mereka. Claire tidak meliriknya sedikitpun sejak wanita itu menghampirinya dan Jayden.“Sampai jumpa.” Jayden hendak mencium Claire, tapi wanita itu menghindar.“Jangan.” Matanya bergerak ke arah Donghyuk mengisyaratkan mereka tidak sendiri. Jayden menghela napas, bahkan Donghyuk membuatnya tidak bisa mencium Claire.“Kau akan menemuiku besok?”“Aku tidak janji.” Lalu Claire berjalan menuju
Jayden menatap nanar gambar Claire yang sedang menyuapi pria bersamanya dengan sumpit. Dia merasa dibodohi. Claire mengatakan dia pergi bersama temannya. Dia tidak tahu jika temannya itu adalah seorang pria. “Mereka bukan hanya makan bersama saja,” Jayden melihat Donghyuk, tangannya menyodorkan kembali ponsel kepada pemiliknya. “Mereka juga jalan-jalan, melihat-lihat suvenir.” Sudut kanan bibir Jayden naik, lalu dia tertawa—tawa yang mengejek dirinya—membuat Donghyuk yakin dengan dugaannya. Wanita itu bukan sekedar teman tidur Jayden. “Aku ingin menyapanya, tapi kami tidak kenal.” “Terima kasih infonya, Kak.” Jayden berdiri lalu pergi ke ruang tidur. Dia tidak percaya Claire berhasil membodohinya. Apa Claire masih bersama pria itu? Apa mereka mereka tidur bersama sekarang? Jayden menutup pintu ruang tidurnya dengan keras. Lalu bagaimana dengan kesepakatan mereka? *** “Aku menikmati malam ini,” kata Andrew setelah mereka berada di depan gerbang rumah Claire. Makan malam di Chinato
Walaupun Jayden tidak melihat langsung, tapi foto yang ditunjukkan Donghyuk sudah menjelaskan semuanya.“Apa ... ah!” tangan Jayden mendarat di bokongnya lagi.“Apa kau mau membandingkan kami sekarang?” Claire menggigit bibirnya. Dia tidak mengerti apa yang Jayden bicarakan.“Setelah kau selesai denganku, apa kau akan pergi padanya?” Jayden mencengkeram pinggang Claire erat, itu pasti meninggalkan bekas. Namun, Jayden seperti kehilangan kesadarannya karena emosi yang tidak bisa dia kontrol.“Apa itu yang dinamakan ekslusif, Claire?” Pria itu bergerak dengan cepat, hujaman keras di dalamnya membuat mulut Claire terbuka—hanya desahan nikmat yang keluar.“Artinya aku juga bisa melakukan seks dengan wanita lain ‘kan?” ucapan itu membuat Claire bisa berpikir kembali. Namun, ombak kepuasan menyapu kata-kata yang hendak Claire ucapkan.“Ah ... Jayden!” pria yang dipanggil namanya tertawa.“Benar, Sayang. Aku akan memastikan mulutmu hanya bisa mendesahkan namaku,” Jayden mengerang merasakan k
Langkah Claire terhenti.Deg ... deg ... deg.Jantung Claire berdetak kencang mendengar ucapan Jayden. Apa maksudnya? Tidak mungkin Jayden memiliki perasaan yang sama sepertinya. Claire menggenggam erat tas pakaiannya. Dia harus pergi. Jayden tidak mungkin sungguh-sungguh mengatakannya.“Aku kesal karena kau tidak mau menemuiku.”“Kenapa kau merasa seperti itu? Berikan alasan yang masuk akal.” Balas Claire tanpa membalikkan tubuhnya. ‘Karena kau milikku selama aku tinggal di sini.’ Sahut Jayden dalam hati. Dia berjalan mendekati Claire.“Aku tidak bisa mendeskripsikannya. Aku hanya ....” Jayden melingkarkan tangannya di tubuh Claire.“Ingin selalu berada di dekatmu.” Kata-kata itu menyentuh hati Claire. Dia memejamkan matanya. Jika saja Jayden tidak memperlakukannya seperti itu, mungkin dia masih mau melanjutkan hubungan tanpa nama ini.“Maafkan aku.” Suara Jayden lembut.“Aku tidak pernah bermaksud membuatmu merasa rendah, Claire. Aku marah karena berpikir kau tidur dengannya.”“Seha
“Iya. Kami juga punya agensi di sini,” Donghyuk terdiam sebentar. “Bagaimana mungkin tidak ada agen yang menghampirimu?” Claire mengangkat bahunya. “Mungkin aku tidak menarik.” “Oh, jangan bicara seperti itu, Claire. Saya merasa bersalah sebagai manajer model.” Donghyuk melihat Claire dari kepala sampai kaki. “You’re drop dead gorgeous.” Jayden setuju dengan ucapan manajernya. Dia melihat Claire yang tersenyum pada Donghyuk. Claire hanya merendah. Wanita ini jelas mengetahui pesonanya dan Jayden tidak mau kecantikan Claire terpampang untuk dilihat seluruh dunia. “Terima kasih.” Balas Claire untuk pujian Donghyuk. Sebenarnya beberapa agensi model pernah meminta Claire untuk bergabung dengan mereka, tapi dia tolak karena dia tidak tertarik dengan profesi tersebut. Selain itu, keluarganya menentang pekerjaan di dunia hiburan. “Jadi, bagaimana? Apa kamu mau bergabung dengan kami? Walaupun kami punya cabang agensi di sini, saya sarankan kamu bergabung dengan agensi kami di Seoul. Buka
Jayden tertawa renyah karena pertanyaan Claire.“Aku akan mencoba melakukan apa yang kau rekomendasikan, Claire.”“Aku tidak bercanda, Jayden.” Balas Claire serius. Mereka belum terlambat membatalkan ucapan Jayden.“Pikirkan lagi. Penthouse ini pasti lebih sering kosong. Jangan melakukan hal yang tidak berguna. Bukankah lebih baik jika kau membeli penthouse di Seoul?” harganya pasti lebih murah karena Jayden membelinya dalam mata uang negaranya.“Aku sudah punya.” Jayden juga menatap Claire serius.“Kau tidak perlu khawatir, Claire. Aku bukan penipu.” Jayden mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.“Penghasilanku menjadi model memang belum bisa membeli apartemen ini, tapi, aku punya penghasilan lain.” Jayden memberikan ponselnya pada Claire. Wanita itu melihat grafik saham milik Jayden di situs trading. Warna hijau mendominasi grafiknya.“Aku bukan sekedar wajah saja, Claire.” Jayden berkata sambil menunjukkan wajahnya.“Aku juga menggunakan ini,” Jayden mengetuk pelipisnya.“Untuk
Claire menatap Mia tajam karena ucapannya.“Kenapa kau berkata seperti itu? Kau tidak mengenal Jayden.”“Apa kau mengenal Jayden?” tanya Alicia tepat sasaran karena dia yakin Claire tidak mengenal Jayden selain fisiknya.“Aku cukup mengenalnya.” Alicia menggeleng kecil mendengar nada suara Claire yang defensif.“Apa kau akan mengungkapkan perasaanmu?” tanya Evelyn.“Tidak dalam waktu dekat ini.”“Sebaiknya jangan, Claire. Dia pasti menolakmu.” Claire melihat Mia kesal. Siapa dia hingga bisa menilai Jayden seperti itu?“Aku tahu kalian tidak menyukai Jayden. Tapi, apa kalian tidak bisa berhenti membuatku patah semangat? Asal kalian tahu, Jayden tidak menemui siapa pun sejak berhubungan denganku.”“Kami menyukai orangnya, Claire. Tapi cara pandangnya,” Evelyn diam.“Dia tidak serius, kalian bertolak belakang.” Suara Evelyn lembut berharap ucapannya tersampaikan dan bisa diproses Claire.“Lalu kenapa? Aku juga tidak memikirkan komitmen saat ini.”“Jadi, tidak masalah jika kau tidak bisa
“Bagaimana menurutmu?” Jayden melihat Claire yang fokus melihat pertunjukan di depan mereka.“Apanya?” tanya Claire karena tidak mengerti apa yang pria itu tanyakan.“Tarian mereka,” Jayden melihat para penari hula yang meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik dengan memakai bikini dan rok rumbai. Pertunjukan mereka menghipnotis para pengunjung bar tepi pantai. Namun, pemandangan itu biasa bagi Jayden.“Aku lebih suka melihatmu meliuk di atasku,” ucap Jayden lalu mengambil wiskinya dari meja.“Kau tidak serius,” balas Claire sambil tersenyum menggoda Jayden. Para penari itu memiliki tubuh yang seksi dan eksotis, mereka juga pandai menggerakkan pinggulnya. Jayden melirik Claire. Kalau saja pikirannya tidak terbagi, dia pasti melakukan sesuatu agar mereka hanya tinggal di rumah pantai saja dan tidak pergi ke mana-mana.“Apa aku pernah tidak serius jika menyangkut urusan ranjang?” Claire hanya bisa tertawa kecil. Ucapan Jayden benar. Pria Asia itu sampai membuat kesepakatan dengannya aga
“Bisa tolong oleskan tabir surya ke tubuhku?” ucap Claire pada Jayden yang sedang berbaring di kursi santai. Jayden merendahkan sunglasses-nya melihat Claire. Dia sudah mengoleskan tabir surya ke tubuh Claire sekitar satu jam lalu. “Katakan saja kau ingin aku terus menyentuhmu, Sayang. Tidak perlu membuat alasan.” Claire menoleh pada Jayden, mendapati pria itu dengan smirk di wajahnya. “Aku tidak mau kulitku terbakar.” Claire melemparkan botol tabir suryanya pada Jayden. Pria itu menggeleng kecil sambil tersenyum. Dia masih tidak percaya ucapan Claire. Pria itu bergerak dan menempatkan bokongnya di kursi santai Claire. Jayden menekan botol tabir surya, membuat gel itu jatuh ke tangan kirinya. Dia mengusapkan kedua tangannya lalu mulai mengoleskan tabir surya ke bahu Claire, leher—dia memberi pijatan di sana yang mendapat erangan nikmat dari wanita itu. “Tsk, tsk. Katakan saja kau menginginkan sentuhanku.” Claire memutar matanya mendengar ucapan Jayden. Mereka baru keluar dari rumah
“Nyonya,” suara Bibi Miller menghentikan Nyonya Wilson yang sedang menyemprot bunga.“Ada tamu. Tuan Andrew Collins datang berkunjung.”“Andrew?” suaranya bingung. Buat apa Andrew datang kemari? Nyonya Wilson meletakkan sprayer-nya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Saat dia sampai di ruang tamu suaminya sudah mengobrol dengan Andrew. Wanita paruh baya itu mendekati mereka.“Andrew,” sapaan Nyonya Wilson membuat keduanya melihat beliau.“Irene,” Andrew menganggukkan kepalanya pada ibu Claire.“Kenapa kau datang kemari?” Ini hari Sabtu, suaminya tidak membawa urusan kantornya ke rumah saat weekend. Nyonya Wilson melihat suaminya. ‘Ini tidak ada hubungannya dengan Claire ‘kan?’ matanya bertanya. Tuan Wilson mengalihkan pandangannya pada Andrew. Dia kurang cepat membawa Andrew ke ruang kerjanya. Andrew datang untuk membicarakan perjodohannya dengan Claire lagi. Entah apa reaksi Nyonya Wilson jika dia tahu suaminya tidak benar-benar membereskan perjodohan Claire dengan Andrew.“Ada yang
“Apa yang kalian lakukan?!” Bentak Andrew saat orang-orang yang dia suruh mengikuti Jayden menjawab panggilannya. Emosi Andrew memuncak begitu melihat laporan yang dikirim suruhannya setengah jam lalu. Dia keluar dari ruang rapat dan melangkah lebar menuju ruang kerjanya. “Aku dengan jelas mengatakan orang itu tidak boleh bertemu dengan Claire!” Dia sedang berada di tengah rapat saat laporan itu masuk ke ponselnya. Andrew selalu membuat benda itu dalam mode senyap jika dia sedang rapat. “Apa yang kalian kerjakan, hah?!” Andrew menjatuhkan bokongnya ke kursi kerja. “Aku membayar mahal kalian, tapi apa? Kalian bahkan tidak bisa mengurus satu orang!” “Ma-maaf, Tuan.” Suaranya takut. “Kami tidak tahu jika tempat yang dia tuju adalah perusahaan Nona Claire bekerja. Saat sudah sampai, kami tidak yakin apakah kami boleh melukai orang itu.” Dia sudah menanyakan ini pada Andrew, tapi pria itu tidak membalas pesannya. Andrew memijit pelipisnya yang berdenyut. Kepalanya panas mendengar ucap
Claire menginap di hotel malam itu. Dia tidak mau pulang ke rumah atau menginap di kediaman teman-temannya. Mereka pasti bertanya dan dia tidak sanggup mendengar kata-kata mereka jika tahu apa yang sudah terjadi padanya. Claire langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur begitu masuk ke kamar hotel. Air matanya mengalir lagi tidak bisa dia bendung. Apa yang dia alami seperti rollercoaster. Emosinya dikuras seiring waktu dengan Jayden. Padahal hubungan Claire sebelumnya tidak serumit ini.Wanita itu tertawa miris. Tentu saja ini rumit karena apa yang dia lakukan dengan Jayden bukan hubungan. Momen Claire mengasihani dirinya terganggu oleh suara ponsel. Dia mengambil benda itu dan melihat nama Jayden di sana. Claire hanya menatapnya sampai benda itu berhenti berdering lalu notifikasi pesan muncul di ponsel Claire. Kenapa Jayden masih menghubunginya? Wanita itu membuka pesan Jayden.Jayden: Kau di mana? Ayo bicara lagi, Claire.Claire meletakkan ponselnya di kasur. Apa lagi yan
“Sial!” Jayden terduduk di tepi tempat tidur. Dia menyatukan tangannya. Ini semakin tidak terkendali. Jayden tidak mau menghabiskan waktunya bermain tarik-ulur emosi seperti ini. Sudah saatnya dia pergi. Itu yang harus Jayden lakukan. Namun, dia merasa berat. Jayden memulas wajahnya. Apa yang harus dia lakukan? Pasti ada sesuatu yang bisa membuat Claire tenang dan tidak membahas perasaan terus menerus. Kalau saja Claire tahu baru dia wanita pertama yang Jayden perlakukan seperti ini. Bisa melakukan seks dengan Jayden saja sudah seperti kemewahan, apalagi tinggal bersama. Jayden bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dia pergi menuju lantai dua, pergi ke kamar yang Claire tempati sebelumnya. Namun, Claire tidak ada di sana. Jayden kembali ke lantai dasar, dia mengecek semua ruangan di sana. Dia pergi menuju kolam renang begitu tidak mendapati Claire di ruangan mana pun. Pintu menuju kolam renang terbuka. Ja
“Apa itu hal yang buruk?” Jayden tersenyum tipis. Itu hal yang buruk baginya, tapi Jayden tidak mau mengatakannya.“Tidak. Itu bagus.” Dia mengelus pipi Claire. Apa yang harus dia lakukan pada wanita ini?“Bisakah aku meminta sesuatu padamu?”“Selama aku bisa mengabulkannya, kau bisa minta apa saja.” Claire menyunggingkan senyumnya. Dia tidak begitu yakin Jayden bisa melakukannya. Namun, tidak ada salahnya mencoba.“Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, bicarakan padaku, Jayden. Sekalipun itu tidak berkaitan denganku. Aku pasti mendengarkanmu.” Jayden menatap Claire lama. Apa Claire tidak tahu dia seperti ini karena wanita itu yang terkesan tidak terus terang padanya?“Aku juga bisa mengatakan hal yang sama padamu. Kau tidak jujur padaku.”“Aku sudah katakan dia hanya kenalanku. Aku tidak perlu bicara panjang lebar tentang Andrew karena memang aku tahu dia ha
Jayden merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana bisa dia seceroboh ini? Dia selalu ingat untuk mengeluarkan batangnya jika melakukan seks tanpa kondom. This is so fuck up. Jayden meringis dalam hati. Wanita ini membuatnya kacau dan lepas kendali—Jayden tidak mengenali dirinya untuk beberapa saat. Dia mengeluarkan batangnya dari organ feminin Claire, membuat celana dalam Claire kembali pada tempatnya. Wanita itu merasakan basah di sana. Itu perpaduan cairan mereka. Entah kenapa Claire merasa semakin terhubung dengan Jayden. Wanita itu menggeleng kecil. Apa yang dia pikirkan? Ini hanya seks instan. Claire merapatkan pahanya begitu kakinya kembali berpijak. Pintu lift pribadi mereka sudah lama terbuka.“Kau masuk duluan. Aku akan membeli morning after pill,” ucap Jayden tanpa menatap Claire. Hanya karena bertemu dengan pria yang mungkin dekat dengan Claire dia jadi seperti ini. Dia merasa lemah.“Tidak apa-apa,” ucapan itu membuat Jayden melihat Claire. Apanya yang tidak apa-apa?
Oh, sial. Ini Lee Hyunjoo. Jayden juga memblokir nomor baru itu dan menghapus pesan Hyunjoo. Dia mencari kontak Donghyuk dan menghubunginya.“Hyunjoo menghubungimu?” tanya Jayden langsung begitu Donghyuk menjawab.“Iya. Aku sudah pernah bilang 'kan? Dia terus saja menghubungiku untuk menanyakanmu.”“Kau menjawabnya.” Suara Jayden rendah, padahal dia sudah mengingatkan Donghyuk untuk mengabaikan komunikasi dari Hyunjoo.“Apa lagi yang bisa kulakukan? Dia sudah seperti peneror.” Jayden menghembuskan napasnya kasar.“Blokir nomornya, Kak. Kau tidak memberi tahu di mana aku ‘kan?”“Tidak. Karena kupikir kau ingin menjauh darinya,” managernya benar. Dia sedang tidak ingin diganggu, apalagi oleh Hyunjoo—wanita yang bersikeras memiliki hubungan dengannya.“Aku tidak mau dia mengganggu liburanmu.”“Thanks, Kak.” Jayden bisa tenang sekarang.“Sebenarnya hubungan kalian seperti apa? Hyunjoo bilang kalian sudah kembali.” Jayden melihat Claire berjalan ke arahnya. Napasnya tercekat karena wanita