Noah menahan lengan Gina. “Biarkan dia pergi!”“Kenapa?” Gina menatap Noah dengan bingung.Raut wajah Noah berubah serius. “Demi membunuh Sonia, Brown bahkan memilih untuk turun tangan sendiri. Itu berarti Sonia sangat hebat dan juga orang yang ditakutinya. Lagi pula, bisa jadi dia sendirian nggak akan sanggup untuk membunuh Sonia.”Gina semakin bingung dengan maksud ucapan Noah. Noah pun menjelaskan dengan tersenyum, “Jadi, kita butuh bantuan Johan!”Kali ini, akhirnya Gina mengerti maksud ucapan Noah. Raut wajahnya menjadi pucat. “Tapi Johan akan dalam bahaya!”“Dengan begitu, rencana kita baru akan berhasil!” Noah lanjut membujuk, “Masalah sudah berkembang ke tahap seperti ini. Kita juga sudah berkorban banyak. Jika ingin membuat Sonia selamanya tinggal di Gunung Kurha, aku rasa nggak masalah untuk mengorbankan satu dua nyawa! Terkadang kita harus menghalalkan segala cara supaya rencana kita bisa sukses!”Raut wajah Gina menjadi pucat. Tangan yang memegang ponsel pun gemetar. Dia s
Melvin memanggilnya, lalu hendak segera menuruni mobil. Namun, tangan yang hendak membuka pintu tiba-tiba terhenti.Ternyata Sonia pergi ke Kota Mika. Apa yang dia lakukan di sini? Seandainya Melvin pergi mencarinya, sepertinya Sonia akan melarikan diri lagi!Melvin berpikir sembari melihat bus di depannya.…Saat Sonia menaiki bus, di dalamnya sudah terdapat 5-6 penumpang. Mereka semua yang berpakaian pakaian adat mereka itu mengamati Sonia dengan penuh penasaran.Sonia membayar karcis, lalu mencari tempat duduk yang mendekati jendela.Bus masih belum bergerak. Si pasangan muda juga berlari memasuki bus. Setelah menemukan keberadaan Sonia, si wanita sengaja memalingkan wajahnya. Tentu saja, si lelaki tidak berani berbicara dengan Sonia lagi.Bus dijalankan. Sonia menurunkan topinya sambil memandang ke luar jendela.…Setelah bus tua jalan, Melvin baru menuruni mobil. Setelah dipikir-pikir, sepertinya Sonia berjalan keluar dari penginapan di samping ini. Dia pun berjalan ke sisi pengin
Setelah perjalanan sekitar setengah jam, pemandangan di dua sisi menjadi pemandangan kebun karet yang menyebar hingga ke kaki gunung. Luas arealnya diperkirakan mencapai puluhan ribu hektar. Saking luasnya, bahkan tidak kelihatan ujungnya.Setibanya di ujung jalan, dua penumpang menuruni mobil. Kemudian bus melanjutkan perjalanannya ke sebelah selatan.Di pertengahan jalan, Sonia pun melewati beberapa desa. Para penumpang berangsur-angsur menuruni bus. Bahkan pasangan muda itu juga turun di dekat jembatan kecil. Pada akhirnya, hanya tersisa Sonia sendirian di dalam bus.Desa Pelangi adalah sebuah desa yang paling dekat dengan kaki gunung. Boleh dikatakan bahwa desa itu dikelilingi oleh kebun karet. Ada 20-an penghuni di desa itu. Mereka semua juga bekerja di dalam kebun karet.Saat menjelang siang, bus berhenti tepat waktu di depan Desa Pelangi.Sonia menuruni kendaraan, lalu melirik sekeliling, baru berjalan memasuki desa.Desa ini sangat dekat dengan pegunungan. Curah hujan di sekita
Setengah jam kemudian, si wanita telah menyelesaikan masakannya. Dia mengundang Sonia untuk makan di dalam tenda.Makanan yang disajikan adalah nasi putih biasa dengan dua jenis sayuran. Satunya adalah sayur hijau ditumis polos dan satu lagi daging asap yang ditumis bersama dengan jamur. Makanan seperti ini sepertinya tergolong mewah di dalam desa ini.Sonia melihat hanya dirinya sendiri yang sedang makan. Dia melihat wanita yang menggendong anaknya sambil berkata dengan lembut, “Mari makan bersama!”Si wanita segera menggeleng. Sepertinya dia takut Sonia tidak akan membayar jika mereka makan bersama.“Anggap saja aku traktir anak-anak ini. Kemarilah!” Sonia mendorong makanan ke tengah meja.Kali ini, si wanita baru membawa anak-anak kemari. Dia mengambil dua piring nasi putih, lalu duduk bersama dengan Sonia.Anak lelaki langsung mengambil sepotong daging asap. Setelah mengunyahnya, kedua matanya masih tertuju pada daging asap di atas piring.Sementara, si anak perempuan terus menyant
Sonia refleks menutup hidung dengan lengan pakaiannya, lalu mencengkeram wanita yang hendak melarikan diri. Dia segera menariknya ke dalam dapur. “Bamm.” Terdengar suara banting pintu dengan kuat.Si wanita terkejut hingga sekujur tubuhnya merinding. Wajahnya juga berubah pucat. Dia melambaikan tangannya. “Masalah ini nggak ada hubungannya sama aku. Nggak ada hubungannya sama aku!”Sonia melihat anak lelaki yang menangis kuat dan anak perempuan yang terkejut hingga terbengong melongo. Brown sengaja menyuruh wanita ini bersikap pilih kasih terhadap anak lelaki dan menganiaya anak perempuan agar Sonia mengenang kembali masa kecil suramnya. Dengan begitu, Sonia akan menurunkan kewaspadaannya.Hanya saja, tebakan Brown salah. Dia sudah tidak larut dalam masa kecil suram itu lagi. Sonia memang kasihan terhadap anak perempuan itu, hanya saja dia tidak akan lalai sama sekali.“Mereka ingin bawa aku ke mana setelah aku pingsan? Gimana caranya kamu berhubungan dengan mereka?” tanya Sonia deng
Setelah mereka berdua mendekat, salah satu di antara mereka mengamati sekeliling dengan penuh waspada, sedangkan yang satu lagi menatap gadis yang berbaring di atas gerobak kayu.Salah satu orang berbicara dengan bahasa Inggris, lalu bertanya dengan kesal, “Ini yang namanya Suki?”Lelaki yang satu lagi melirik sekilas. “Bisa jadi!”“Apa yang Brown takutkan dari dia?” ucap si lelaki sambil meletakkan salah satu jarinya ke hidung Sonia. Dia ingin memastikan apakah Sonia masih hidup atau tidak.Saat jari tangan dijulurkan, tiba-tiba Sonia melebarkan matanya, langsung menebas pergelangan tangan si lelaki. Percikan darah menyembur ke mana-mana. Tangan si lelaki jatuh ke atas gerobak. Dia pun menjerit kesakitan.Sonia masih tidak menghentikan aksinya. Dia melompat ke atas pundak lelaki yang satu lagi, lalu menggunakan pisau yang dilumuri darah menancapkannya ke dalam dada si lelaki.Kedua mata si lelaki terbelalak. Dia tiba-tiba jatuh ke belakang. Sonia segera membalikkan tubuhnya dengan ges
Tubuh Sonia sangatlah lincah. Dia menghindari pukulan si lelaki, menyepak kuat betisnya, lalu menancapkan pisau ke lehernya.Pertarungan resmi dimulai!Sonia berhasil menancapkan pisau ke beberapa sosok tubuh yang tinggi dan kekar. Postur tubuh Sonia sangatlah kurus, tetapi kekuatannya sangatlah menakjubkan. Jurus yang dikeluarkan langsung menyerang ke bagian vital lawan. Tak sampai hitungan menit, dua atau tiga lelaki jatuh tepar di atas lantai.Brown berdiri di belakang anak buahnya sembari menatap Sonia dengan dingin. Dia tidak pernah meremehkan wanita ini. Anggota yang dibawanya juga tidaklah banyak. Sebab, dia hanya sanggup memasukkan beberapa orang ini ke Negara Cendania.Hanya saja, semua anggota yang dibawa Brown sangatlah cerdik. Mereka semua memiliki tujuan yang sama, yaitu membunuh Suki.Selama beberapa tahun ini, berhubung diincar oleh anak buah Suki, mereka semua pun terus hidup dengan bersembunyi. Bisnis dan anggota mereka semakin merosot saja. Jika Brown tidak membunuh S
Kedua mata Johan terbelalak. Dia hendak meronta dan bergerak mundur, tetapi dirinya tidak bisa bergerak sama sekali. Dia hanya bisa melihat pedang diarahkan ke sisinya!“Ting!” Terdengar suara nyaring!Sonia mengangkat kakinya menendang sebuah batu ke sisi pisau itu. Seketika, pisau melenceng dan menancap ke atas tanah.Johan terkejut hingga sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Dia mengangkat kepalanya menatap ke sisi Sonia.Brown juga mengangkat kepalanya menatap ke sisi Sonia. “Bukankah kalian tidak saling kenal?”“Orang yang ingin kalian bunuh itu aku, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Jangan libatkan orang yang tidak bersalah!” Tatapan Sonia sangat dingin. “Brown, lepaskan dia! Aku datang sendirian ke sini. Aku berharap kita bisa menyelesaikan masalah ini sendiri!”“Aku tahu bagaimana kekuatanmu. Kalau kamu ingin orang ini tetap bernyawa, kamu letakkan senjata ke atas lantai!” ucap Brown.“Boleh!” balas Sonia tanpa ragu sama sekali.Saat ini Johan baru tahu orang yang menang
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan