[ Eka: Aku ingin menjalankan misi bersamamu. Brown sangat berbahaya. Bos, kamu nggak boleh pergi sendiri! ][ Yirla: Aku nggak akan bertemu langsung dengan Brown. Aku hanya akan mengawasinya dari kejauhan saja. Semakin banyak yang beraksi, akan lebih gampang untuk ketahuan. ][ Eka: Sebelumnya aku pernah pergi ke Gunung Kurha. Aku lebih berpengalaman darimu. ][ Yirla: Ini adalah perintah! ]Selesai berbicara, Sonia langsung keluar dari aplikasi Aquila.Johan terbengong menatap ponsel di tangannya. Beberapa saat kemudian, dia baru mengirim pesan kepada Noah. [ Misi sudah diterima. Tunggu informasi selanjutnya. ]Noah segera membalas.[ Semoga kerja sama kita menyenangkan! ]Noah berjalan ke ruang baca, lalu mengeluarkan ponselnya yang satu lagi dari rak meja. Dia memasang kartu sim, lalu mengaktifkannya.Noah menutup semua jaringan internet, baru menelepon. Beberapa saat kemudian, panggilan baru tersambung. Suara orang di ujung telepon sangatlah rendah. Dia berkata dengan bahasa asing
Sonia menjawab, “Dalam dua hari ini!”Air mata membuat pandangan Ranty menjadi kabur. “Apa Yandi tahu?”“Nggak tahu. Aku juga nggak berencana buat beri tahu dia!”Ranty semakin panik. “Kenapa? Kalau dia tahu, dia pasti akan pergi bersamamu. Masalah ini adalah masalah kalian berdua!”“Masalah ini masalahku!” Tatapan Sonia terlihat tegas. Dia menggeleng dengan perlahan. “Waktu itu, Yandi hampir saja meninggal. Aku nggak akan membiarkan dia untuk mempertaruhkan nyawanya lagi. Aku berutang kepada mereka semua!”“Gimana sama kamu?” Ranty mengernyitkan keningnya. “Apa kamu bisa tenang?”“Ada orang yang akan membantuku!”Ranty tahu dirinya tidak bisa membujuk Sonia lagi. Dia pun tidak berbicara lagi. Hanya saja, air matanya tak berhenti mengalir. Saat ini, dia merasa sangat sedih, seolah-olah telah menduga apa yang terjadi.“Aku pasti akan kembali. Tapi kalau …. Bantu aku rahasiakan dari kakek!” Sonia berpesan untuk terakhir kalinya.Mereka berdua duduk di tempat dalam waktu lama. Setelah ber
Tiba-tiba Jemmy bertanya, “Kapan kamu pulang?”Sonia tertegun sejenak. Dia kira kakek telah mengetahui rencananya. Namun, dia segera merespons, ternyata kakek sedang bertanya kapan Sonia akan pulang ke rumah.“Sepertinya saat liburan bulan Mei nanti,” balas Sonia dengan tersenyum.“Bawa Reza pulang ke rumah!” pesan Jemmy, “Kalau kamu malu, biar aku saja yang beri tahu dia.”Hati Sonia terasa penat. Dia mengangguk sambil tersenyum. “Oke!”…Keesokan paginya, Sonia menaiki pesawat meninggalkan Kota Jembara.Tidak ada penerbangan langsung ke Kota Mika. Jadi, Sonia harus turun di Kota Kurmi, baru menaiki kereta api menuju Kota Mika.Setibanya di Kota Kurmi, waktu pun menunjukkan pukul sebelas siang. Hujan pun tampak mengguyur kota kecil ini.Sonia memesan tiket kereta api di jam dua sore. Jadi, dia pergi mencari makan di restoran terdekat.Kota Kurmi memiliki curah hujan yang ditinggi. Boleh dikatakan bahwa dalam setahun, bisa jadi akan turun hujan terus dalam 300 hari. Pepohonan di tempat
Sonia berjalan dengan sangat cepat, lalu berhenti di halte untuk menunggu bus.Melvin mengejar dengan terengah-engah. “Sonia, kamu mau ke mana? Kenapa kamu sendirian datang ke Kota Kurmi?”“Nggak ada hubungannya sama kamu!” Sonia mengenakan tas ransel dengan masker di wajahnya. Dia melirik Melvin dengan dingin. “Jangan ikuti aku!”Tak lama kemudian, bus pun telah tiba. Awalnya Melvin ingin naik bus bersama Sonia. Namun, Sonia malah mendorongnya. “Jangan ikuti aku! Kalau nggak, kamu akan rasakan akibatnya!”Melvin membalas, “Sonia, sebenarnya apa tujuan kamu ke Kota Kurmi?”Sonia menaiki bus. Begitu pintu ditutup, Melvin langsung menaiki taksi. Awalnya Melvin ingin mengikuti Sonia, ingin mengetahui apa yang ingin dilakukannya. Namun, setelah dipikir-pikir, dia pun berubah pikiran.Melvin menyuruh sopir taksi mengekori bus sambil menelepon.“Bawa mobil ke Jalan East Coast dan ikuti seorang wanita. Dia menaiki bus nomor 305. Ikuti dia!” pesan Melvin, “Hati-hati! Dia sangatlah waspada. Jan
Sonia mencari sebuah penginapan. Bos tempat penginapan menyadari Sonia berasal dari luar kota, dia mengira Sonia datang untuk liburan. Dia pun terus bertanya apakah Sonia membutuhkan pemandu wisata.Tawaran ditolak Sonia dengan halus. Dia memesan semangkuk mi, lalu beristirahat di kamarnya.Berhubung tempat ini terpencil, tidak banyak wisatawan yang datang ke sini. Jadi, kamar-kamar di tempat penginapan ini banyak yang kosong. Saat masuk ke kamar, Sonia bisa mencium bau tidak sedap dari dalam ruangan.Bos segera membukakan jendela. Dia lalu berkata, “Sudah lama nggak ada yang tinggal di kamar ini. Bau ini akan menghilang nantinya. Coba kamu ke sini, dari depan jendela dapat dilihat pemandangan indah Gunung Kurha. Kamar ini adalah kamar terbaik di sini.”Sonia dapat memahami bahasa daerah Kota Mika. Dia melihat ke arah yang ditunjuk bos, lalu tampak gunung yang menjalar panjang dan kebun karet di bagian bawah gunung. Tadi baru saja turun hujan di sini. Pegunungan pun masih diselimuti o
Di Kediaman Herdian, Kota Jembara.Hari sudah larut malam. Saat Reza baru pulang, dia menerima sebuah panggilan. Dia melihat tampilan ponsel sekilas, itu adalah sebuah nomor aneh.Tatapan si lelaki menjadi dalam. Dia mengangkatnya, lalu berkata, “Halo!”“Bagaimana kabarmu, Rubah?” ucap orang di ujung telepon.Raut wajah Reza spontan berubah muram. Setelah masuk ke dalam ruang baca, dia baru berkata, “Maduro?”“Ini aku!” Suara si lelaki sangatlah kasar. “Aku butuh bantuanmu.”Reza kenal dengan Maduro ketika dia menjadi tentara bayaran. Mereka berdua pernah tinggal di dalam regu selama setengah tahun. Mereka pernah saling menyelamatkan satu sama lain.“Katakanlah!”Si lelaki berkata, “Apa kebun karet di Kota Mika Negara Cendania adalah milikmu?”Reza menyipitkan matanya. “Apa yang ingin kamu lakukan?”Kondisi Kota Mika yang berdekatan dengan Gunung Kurha sangatlah kacau lantaran merupakan perbatasan antara Negara Cendania dengan Nars. Banyak orang yang menyelundup ke tempat ini.Sejak Ke
Noah menahan lengan Gina. “Biarkan dia pergi!”“Kenapa?” Gina menatap Noah dengan bingung.Raut wajah Noah berubah serius. “Demi membunuh Sonia, Brown bahkan memilih untuk turun tangan sendiri. Itu berarti Sonia sangat hebat dan juga orang yang ditakutinya. Lagi pula, bisa jadi dia sendirian nggak akan sanggup untuk membunuh Sonia.”Gina semakin bingung dengan maksud ucapan Noah. Noah pun menjelaskan dengan tersenyum, “Jadi, kita butuh bantuan Johan!”Kali ini, akhirnya Gina mengerti maksud ucapan Noah. Raut wajahnya menjadi pucat. “Tapi Johan akan dalam bahaya!”“Dengan begitu, rencana kita baru akan berhasil!” Noah lanjut membujuk, “Masalah sudah berkembang ke tahap seperti ini. Kita juga sudah berkorban banyak. Jika ingin membuat Sonia selamanya tinggal di Gunung Kurha, aku rasa nggak masalah untuk mengorbankan satu dua nyawa! Terkadang kita harus menghalalkan segala cara supaya rencana kita bisa sukses!”Raut wajah Gina menjadi pucat. Tangan yang memegang ponsel pun gemetar. Dia s
Melvin memanggilnya, lalu hendak segera menuruni mobil. Namun, tangan yang hendak membuka pintu tiba-tiba terhenti.Ternyata Sonia pergi ke Kota Mika. Apa yang dia lakukan di sini? Seandainya Melvin pergi mencarinya, sepertinya Sonia akan melarikan diri lagi!Melvin berpikir sembari melihat bus di depannya.…Saat Sonia menaiki bus, di dalamnya sudah terdapat 5-6 penumpang. Mereka semua yang berpakaian pakaian adat mereka itu mengamati Sonia dengan penuh penasaran.Sonia membayar karcis, lalu mencari tempat duduk yang mendekati jendela.Bus masih belum bergerak. Si pasangan muda juga berlari memasuki bus. Setelah menemukan keberadaan Sonia, si wanita sengaja memalingkan wajahnya. Tentu saja, si lelaki tidak berani berbicara dengan Sonia lagi.Bus dijalankan. Sonia menurunkan topinya sambil memandang ke luar jendela.…Setelah bus tua jalan, Melvin baru menuruni mobil. Setelah dipikir-pikir, sepertinya Sonia berjalan keluar dari penginapan di samping ini. Dia pun berjalan ke sisi pengin
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan