“Setelah itu, aku malah mendapatkan rekaman ini lagi. Saat itu, aku baru menyadari ternyata Sonia nggak sepolos yang aku bayangkan!”Gina terus mencari waktu yang tepat untuk menunjukkan foto Sonia dengan lelaki lain kepada Reza. Siapa sangka dia malah mendapatkan rekaman ini semalam.Awalnya Gina juga belum menemukan kesempatan untuk mempertunjukan foto dan rekaman ini. Hanya saja, hari ini Lysa malah mengatakan Reza ingin membawa Sonia pulang ke rumah. Jadi, Gina tidak bisa bersabar lagi. Dia langsung memberi tahu semuanya kepada Reza.Gina tahu hari ini sebenarnya bukan sebuah kesempatan yang baik. Sebab Reza mungkin akan mencurigai dirinya, tapi dia sungguh tidak bisa bersabar lagi!Tatapan Reza berubah dingin. Dia menatap Gina dengan sinis. “Apa yang kamu temukan lagi?”Gina sungguh syok. Dia tidak menyangka Reza akan sesensitif ini, dia pun tidak merahasiakannya lagi. “Iya, setelah aku mendengar rekaman ini, aku segera menyuruh orang untuk menyelidiki Sonia. Karena aku nggak akan
Raut wajah Reza berubah muram. Ucapan terakhir Gina membuatnya lebih terpukul dibandingkan dengan semua yang dikatakan Gina tadi!Saat ini, Reza bukan merasa kecewa maupun curiga, dia malah merasa panik.Reza memang merasa panik. Dia tidak peduli dengan latar belakang Sonia. Dia juga tidak peduli dengan siapa Sonia. Bahkan, dia juga tidak peduli tujuan Sonia mendekatinya di awal. Satu-satunya yang dipedulikan Reza adalah apa Sonia mencintainya atau tidak?Si lelaki memejamkan matanya. Di benaknya terus terlintas foto Sonia sedang bergandengan dengan lelaki lain. Hatinya terasa sangat sakit. Pikirannya sangat kacau saat ini.Gina menyadari ekspresi Reza sangatlah jelek. Dia segera berkata, “Reza, jangan bohongi dirimu sendiri. Sonia, dia punya maksud lain. Dia bahkan punya hubungan nggak jelas sama lelaki lain. Dia nggak pantas untuk mendapatkan perasaanmu!”“Keluar!” Reza memejamkan matanya, lalu berkata dengan ringan.Kedua mata Gina terbelalak. Dia pun berkata dengan senyum sinis, “A
Sonia merasa ada yang aneh dengan Reza hari ini. Baru saja dia hendak berbicara, tiba-tiba si lelaki menciumnya lagi. “Jangan katakan lagi! Aku tidak ingin mengetahuinya!”Sebenarnya Reza ingin bertanya siapa orang itu dan apa alasan Sonia mendekatinya? Hanya saja, Reza takut hubungan mereka tidak bisa diselamatkan lagi. Dia takut setelah kenyataannya ini terbongkar, Sonia pun akan meninggalkannya! Jadi, Reza lebih memilih membohongi dirinya sendiri daripada kehilangan Sonia!“Reza!” Sonia mencengkeram pakaian basah Reza dengan gugup.Reza menciumnya dengan sangat kuat, dari atas mata, hidung, lalu beralih ke mulut. Aura panas mengembus ke telinga Sonia, dia pun bertanya dengan suara serak, “Sayangku, apa kamu mencintaiku?”Sonia menyandarkan keningnya ke atas pundak Reza, lalu mengiakan dengan pelan.Beberapa saat kemudian, Reza menyeka tubuh basah Sonia. Dia membalut tubuh Sonia dengan handuk, lalu membawanya ke kamar.Baru saja Sonia dibaringkan ke atas selimut, si lelaki pun kembal
Hati Reza terasa penat. Ternyata Juno juga memiliki rumah di Imperial Garden?Sonia menyuruh Kelly untuk tinggal di rumah Juno. Itu berarti hubungan mereka berdua bukan hanya sekadar hubungan atasan dengan bawahan saja!Reza kembali membayangkan foto gandengan tangan kedua orang. Hatinya seketika terasa sakit.Saat Sonia berpacaran dengan dirinya, dia juga akan pergi ke rumah itu untuk menemui Juno?Kali ini, nada bicara Reza terdengar sangat dingin. “Selidiki Juno lagi. Cari tahu sebenarnya apa hubungannya dengan Sonia! Selidiki hingga tuntas!”“Baik!” balas Yose. “Hanya saja, identitas Keluarga Liman agak istimewa. Jadi, butuh waktu untuk menyelidiki Juno.”“Aku beri kamu waktu asalkan kamu menyelidikinya sampai tuntas!”“Aku mengerti!”Panggilan diakhiri. Reza menyelipkan tangannya ke dalam saku celana. Tatapannya seketika menjadi muram.Sebenarnya apa hubungan Sonia dengan Juno? Kenapa masa lalu Sonia tidak bisa diselidiki?Apa benar Sonia memiliki kakek?Siapa dalang di balik sem
Tasya melihat pemuda yang pernah disukainya dulu. Rasa suka di hati sudah menghilang entah ke mana. Hanya tersisa tatapan datar dan asing saja. Jika Yoko tidak menampakkan diri, Tasya bahkan tidak pernah kepikiran dengannya lagi.Yoko meraih tangan Tasya, lalu segera mengutarakan perasaannya, “Tasya, anggota keluargamu selalu menentangku. Nggak gampang bagiku untuk bisa datang ke kota Jembara, tapi aku sudah berada di sini!”Anggota Keluarga Herdian membuat Yoko tidak bisa melangsungkan hidupnya di kota Jembara. Jadi, dia terpaksa kembali ke kampung halaman, sebuah kota kecil dan terpencil.Hanya saja, Yoko tidak rela menghabiskan hidupnya di tempat miskin dan terpuruk itu. Setelah ragu selama beberapa bulan, pada akhirnya Yoko membulatkan tekadnya untuk kembali ke kota Jembara.Setelah kembali ke Jembara, dia mencari tahu kabar Tasya dari teman-teman sekolahnya. Kemudian, salah satu teman yang berhubungan dekat dengan Tasya memberitahunya bahwa Tasya menjadi pelayan di restoran ini.S
Yandi mengerutkan keningnya. Awalnya dia mengira ada tamu yang sedang menindas karyawannya. Ternyata masalah ini berhubungan dengan masalah asmara Tasya. Dia juga tidak bisa berkata lain.Tasya menundukkan kepalanya, lalu berkata, “Aku juga nggak menyangka dia akan mencariku di sini. Aku sudah jelaskan sama dia. Dia nggak bakal datang lagi dan mengganggu bisnis restoran!”“Nggak ada hubungannya dengan itu!” Yandi menjentikkan rokoknya, lalu berkata dengan datar, “Berhubung kalian sudah putus, tidak seharusnya dia mengganggumu lagi. Kalau dia datang lagi, kamu bisa beri tahu aku. Kalau aku lagi tidak ada di restoran, kamu bisa beri tahu Bruno. Kamu tidak usah takut!”“Aku nggak takut!” gumam Tasya dengan suara kecil.Yandi pun tersenyum. “Kalau tidak ada urusan lain lagi, pergi kerja sana.”“Kalau begitu, aku pergi kerja dulu!” Tasya berdiri.“Emm!”Tasya berjalan keluar. Tiba-tiba dia menoleh dan berkata, “Jangan merokok terus, nggak bagus buat kesehatan!”Yandi pun terkejut dan berkat
Tasya tahu dirinya telah diangkat di atas pundak si lelaki. Setelah melewati perjalanan yang sangat panjang, pada akhirnya mereka masuk ke dalam sebuah perumahan.Tentu saja Tasya tahu kondisinya saat ini. Itulah sebabnya dia semakin panik lagi. Sebenarnya apa yang ingin dilakukan mereka?Di dalam Restoran Steamboat Kuat.Yandi berjalan menuruni tangga. Ada orang yang menghampirinya untuk membayar. Yandi menerima uang, kemudian tatapannya tertuju pada sisi kasir. Dia mengerutkan keningnya bertanya pada Bruno, “Di mana Tasya?”“Tasya pergi antar pesanan!” jawab Bruno sambil mengelap meja.Raut wajah Yandi spontan berubah muram. “Bukankah dua hari lalu aku suruh kamu menjaganya? Kenapa kalian malah mengizinkannya untuk antar pesanan?Bruno terbengong. Beberapa hari ini, mereka tidak menemukan batang hidung Yoko, otomatis mereka mengira masalah itu telah berlalu. Bruno pun menjelaskan, “Cuma antar ke jalan sebelah sana saja, dekat ….”Belum selesai Bruno berbicara, Yandi langsung menyela,
Yandi terkejut. Namun, dia segera merespons, lalu berkata dengan suara rendah, “Benar, siapa ini?”“Kamu nggak usah tahu siapa aku! Sekarang keponakanmu, Tasya, ada di tanganku. Segera transfer uang 200 miliar ke rekeningku. Kalau nggak, aku akan tiduri dia sekarang,” ucap si lelaki dengan suara dingin.Raut wajah Yandi pun berubah. “Coba saja kalau kalian berani!”“Gimana kalau aku kirim video kepadamu?” ucap si lelaki dengan tersenyum sinis.“Jangan sentuh dia!” ucap Yandi dengan segera, “Aku akan berikan kepadamu!”“Nanti aku akan kirim nomor rekeningku kepadamu. Kamu cukup transfer ke rekening itu dan jangan lapor polisi. Asalkan uangnya sampai ke rekeningku, kami akan melepaskan Tasya.”“Oke!”Selesai mengakhiri panggilan, Yandi menerima sebuah pesan singkat yang berisi nomor rekening.Yandi spontan tersenyum sinis. Ternyata hanyalah penculik abal-abal!Beraninya mereka menculik anggota Keluarga Herdian? Jangan-jangan mereka tidak tahu jangankan nomor rekening domestik, bahkan jik
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi