“Bos Yandi.”Yandi berdiri di depan kloset dengan membelakangi Tasya. Dia mengangkat pakaiannya dan tampak bagian pinggangnya.Tasya langsung membalikkan tubuhnya dengan canggung. “Kenapa kamu nggak kunci pintu?”Si lelaki tidak membalas.Biasanya tamu tidak akan naik ke lantai dua. Yang menggunakan kamar mandi ini biasanya hanya Yandi, Leon, dan anggota lainnya, tidak pernah ada wanita ke lantai dua. Jadi, untuk apa dia mengunci pintu?Tasya merasa sangat canggung hingga tidak tahu harus berbuat apa. Dia pun berkata, “Aku tunggu kamu di luar.” Setelah itu, Tasya langsung berlari keluar dan menutup pintu kamar mandi.Yandi dikejutkan oleh suara banting pintu yang cukup keras. Dia menoleh untuk melihat sekilas, baru menaikkan celananya dengan tenang. Setelah cuci tangan, Yandi pun keluar.Terdapat sebuah sofa di ruang tamu. Di atasnya terdapat kartu poker dan botol bir. Tempat tinggal para lelaki ini sungguh mirip dengan kandang ayam saja, berantakan sekali.Ini adalah pertama kalinya T
Sonia kembali ke lokasi syuting. Saat tidak ada kerjaan di sore hari, Darren membelikan camilan dan mengajak Thalia untuk berkumpul bersama. Mereka pun mengobrol santai sambil beristirahat.Thalia membagikan kue tar terbesar kepada Sonia. Dia meminum es teh susunya, lalu berkata, “Wah, segar banget!”Darren pun mentertawakannya. “Asalkan bukan kamu yang bayar, semua yang kamu minum juga akan terasa segar!”Thalia membelalakinya. “Kenapa kamu membongkar rahasiaku!”Sonia dan Darren saling bertukar pandang. Mereka sungguh tidak berdaya menghadapi wanita yang pelit ini.Thalia berlari duduk di samping Sonia. “Sonia, ada satu hal yang membingungkanku. Bisa nggak kalian bantu aku untuk mengambil keputusan?”“Masalah apa?” tanya Sonia sambil membalikkan kepalanya.“Sekarang kontrakku dengan perusahaan agensi sudah hampir jatuh tempo. Mungkin mereka akan lanjut mengontrakku.” Thalia mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan galau, “Ada salah satu temanmu menyuruhku untuk melamar di Victor En
“Cih!” Thalia membelalaki Darren sekilas. “Kamu kira aku itu orang yang bagaimana? Apa mungkin masalah sepele seperti ini akan mempengaruhi pertemanan kita bertiga yang kokoh ini?”“Kokoh? Jangan aneh-aneh, deh!” ucap Darren dengan tertawa.“Darren sialan! Kamu malah meragukan pertemanan kita!” Thalia mengangkat kakinya menendangnya. “Sini, biar kuberi pelajaran!”Darren berlari sambil tersenyum. “Dengan kaki pendekmu itu, jangan harap bisa menendang kakiku!”Kali ini, Thalia emosi hingga mengentakkan kakinya.Berkali-kali Thalia ditertawakan oleh Darren. Dia pun tidak sanggup menelan amarah ini lagi. Setiap harinya dia pun berpikir bagaimana caranya membalas Darren!…Cuaca hari ini tiba-tiba terasa dingin. Anggota kru bekerja sambil membungkus tubuh mereka dengan jaket tebal.Berhubung cuaca tidak bagus, syuting terpaksa diundur. Sonia yang tidak ada kerjaan itu pun duduk bermain gim di dalam taman.Saat Sonia sedang “membunuh” dengan seru-serunya, tiba-tiba terdengar suara lantang,
Ranty mengangguk. “Tanggal lima bulan Mei. Hari itu kebetulan adalah hari kami resmi menjadi sepasang kekasih. Patut untuk diabadikan!” Ranty menyipitkan matanya. “Aku sudah beri tahu ibuku, kamu akan menjadi pendampingku.”Selesai berbicara, Ranty kepikiran sesuatu, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa aku harus meminta persetujuan dari Reza? Soalnya aku ingin meminjam kesayangannya!”Sonia merasa canggung. Dia pun menunduk berlagak sedang menyantap kuenya. “Nggak usah, nanti aku saja yang beri tahu dia.”Ranty tersenyum sembari mendengus. “Bercanda! Kamu kira aku benar-benar akan meminta persetujuannya? Kalau dia berani nggak setuju, aku akan menyembunyikanmu ke tempat yang jauh. Dia nggak bakal bisa melihatmu lagi!”Sonia menatap Ranty sekilas. Dia merasa Ranty sangat gembira hari ini, sepertinya karena dia akan segera menikah.“Oh ya.” Tiba-tiba Ranty bertanya, “Apa Reza masih belum tahu identitas aslimu?”Terlintas ekspresi serius di wajah Sonia. Dia menarik selembar tisu untuk men
Setelah mempercepat rekaman hingga ke belakang, tiba-tiba terdengar suara Sonia. “Aku mendekatinya … memang ada tujuannya.”Kemudian terdengar suara wanita asing. “Ternyata tebakanku benar juga. Sebenarnya aku sudah menebak semuanya ketika kamu menjadi guru bimbel di Keluarga Herdian!”Tiba-tiba kedua mata Thalia terbelalak, dia segera memundurkan rekamannya untuk mendengar isi percakapan Sonia dengan wanita itu dari awal.Dimulai dari pertanyaan si wanita, “Apa Reza masih nggak tahu identitas aslimu?” Thalia mendengar percakapan ini sebanyak tiga kali. Jantungnya berdegup kencang. Sepertinya dia telah merekam rahasia Sonia!Setelah rekaman ditutup, Thalia masih belum tersadar dari bengongnya. Apa maksud ucapan wanita itu? Memangnya apa identitas Sonia? Apa tujuan Sonia mendekati Reza? Apa Reza mengetahuinya?Ada banyak tanda tanya di benak Thalia. Dia menggenggam erat pulpen perekam. Air keringat mulai membasahi tangannya. Apa yang seharusnya Thalia lakukan sekarang? Apa dirinya harus
Siang hari ini sangatlah sibuk. Saat Sonia dan Thalia menyempatkan diri untuk makan siang, nasi kotak mereka sudah dingin. Jadi, mereka berdua mengajak Darren untuk makan di Restoran Steamboat Kuat.Baru saja mereka bertiga pergi, asisten Gina menuangkan segelas air hangat untuknya, lalu berkata dengan nada cemburu, “Hubungan Thalia dengan Sonia semakin bagus saja. Si Darren juga, setiap harinya mereka bertiga selalu makan di luar!”Gina mengutak-atik ponselnya, lalu berkata dengan datar, “Asalkan ada keuntungan, hubungan mereka pasti akan sangat erat.”Asisten bertanya dengan penasaran, “Bisa ada keuntungan apa di antara mereka?”Gina hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Dia menyimpan ponselnya, lalu berdiri. “Kamu ikut aku ke studio untuk tanda tangan kontrak. Kita baru akan pulang sekitar jam tiga sore. Kamu sampaikan sama Pak Nathan untuk mengundur adeganku.”“Emm, aku sampaikan sekarang!” Asisten segera mengangguk.Setelah asisten kembali, Gina mengenakan jaket berjalan kelu
Sore harinya.Sewaktu istirahat di saat syuting, Gina memberi sebotol air kepada Thalia. Dia memuji, “Tadi aktingmu cukup bagus. Pak Nathan juga bilang begitu. Sekarang aktingmu semakin bagus saja. Sepertinya kamu sudah memahami tokoh yang kamu perani!”“Benarkah?” Thalia sungguh kegirangan. “Apa benar Pak Nathan ngomong seperti itu?”“Emm!” Gina mengangguk dengan tersenyum. “Kamu memang punya bakat dalam berakting. Bisa jadi kelak aku mesti minta arahan dari kamu!”Thalia langsung berkata dengan merendah, “Kak Gina, jangan sindir aku lagi. Aku sudah cukup puas kalau aku bisa memiliki setengah bakatmu!”Gina meneguk air, lalu berkata dengan tidak acuh, “Rencananya sewaktu makan siang nanti, aku ingin latihan dialog sama kamu. Tapi kata asistenmu, nanti siang kamu akan makan di luar? Bareng Sonia?”“Iya!” balas Thalia.“Dengar-dengar kalian sering makan di Restoran Steamboat Kuat? Apa steamboat di sana enak sekali atau kalian kenal sama bos restoran itu?”Gina berbicara layaknya sedang
Sekejap mata, akhir pekan pun telah tiba.Para Sabtu siang, Thalia merias dirinya untuk menghadiri acara amal bersama Gina. Sementara, Sonia pergi memberi bimbel kepada Tandy.Saat sedang istirahat sejenak, Sonia tiba-tiba bertanya, “Kapan Paman Reza-mu ulang tahun?” Tandy menyipitkan matanya melihat ke sisi Sonia. “Kenapa? Kamu mau beli hadiah ulang tahun buat pamanku?”“Beri tahu aku dulu, kapan hari ulang tahunnya?”Tandy berkata dengan tersenyum, “Kamu beri tahu aku dulu hadiah apa yang ingin kamu berikan?”“Aku saja nggak tahu kapan hari ulang tahunnya. Gimana aku bisa mikir kasih hadiah apa?” Sonia tersenyum. “Cepat katakan!”Tandy melihat kalender, lalu menjawab dengan tersenyum, “Masih ada satu bulan lagi!”“Berarti sebentar lagi!” Sonia bagai kepikiran sesuatu. Saat dia ulang tahun, Reza memberinya hadiah yang sangat istimewa. Sepertinya Sonia juga mesti memberinya hadiah yang istimewa?Tandy mendekati Sonia. “Gimana kalau pas ulang tahun Paman Reza, kamu pasang iklan di selu
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi