Langit pun sudah terang ketika Johan menyadarkan diri. Cahaya matahari yang menyilaukan mata memancar ke atas seprai biru tua. Hari ini adalah malam hari raya. Suara petasan samar-samar terdengar di luar sana. Johan perlahan menutup matanya dengan tangannya dari silau matahari. Tiba-tiba dia membayangkan apa yang terjadi semalam. Johan spontan memalingkan kepalanya.Namun, tidak ada orang di samping ranjangnya saat ini. Frida tidak ada di tempat! Johan mengamati sekeliling. Baru saja dia hendak membangkitkan tubuhnya, terdengar suara buka pintu. Dia spontan bersembunyi di balik selimut berlagak sedang tidur.Frida mendorong pintu masuk ke dalam kamar sambil menatap lelaki yang sedang berbaring di atas ranjang.Jantung Johan berdetak kencang. Dia tidak sanggup bersandiwara lagi. Dengan berat hati dia membuka matanya untuk melihat ke sisi pintu.Frida yang mengenakan terusan tidur sedang bersandar di dinding sembari menatap si lelaki.Lantaran ditatap melulu, wajah Johan menjadi merona.
Frida mengangkat kepalanya, lalu membalas dengan datar, “Aku nggak suka pernikahan bisnis dan nggak ingin sandiwara lagi. Jadi, kita akhiri saja.”Memang benar! Frida sangat tidak menyukai pernikahan bisnis dan mesra-mesraan yang palsu. Awalnya dia mengira hubungannya dengan Johan akan berbeda. Namun, hubungan mereka malah sangat mengerikan saat ini. Sepertinya mereka akan mengikuti langkah orang tua Frida.Sebenarnya Frida bisa menerima jika harus bersandiwara untuk berpasangan dengan orang lain. Hanya saja, dia tidak bisa menerima hubungannya dengan Johan yang tidak jelas seperti sekarang.Johan menatap Frida dengan terbengong melongo. Dia ingin bertanya apakah semua ini karena No Word? Hanya saja, seandainya Frida benar-benar menyukai No Word, bagaimana dengan masalah semalam? Sementara, Johan juga tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan Frida. Sebab hubungan mereka memang hanyalah sandiwara belaka.Frida tetap bersikap tenang seperti biasanya, membuat Johan tidak bisa meneb
Siang harinya, Ranty telah dijemput oleh Matias. Saat Sonia pulang ke rumah, dia menerima pesan dari aplikasi Aquila.[ Eka: Bos, aku mau jalankan misi! Misi apa pun juga boleh! ]Soia berjalan sambil membalas. [ Kenapa tiba-tiba menggila? ][ Eka: Aku dicampakkan! Aku malah dicampakkan! ][ Sonia: Oh. ][ Eka: Atas dasar apa dia campakkan aku? Aku bahkan nggak komentar ketika dia mesra-mesraan sama cowok lain. Bahkan ketika dia tiduri aku, aku juga nggak berkomentar. Jadi, atas dasar apa dia mencampakkanku? ]Sonia terdiam.[ Eka: Dia nggak perbolehin aku buat cari dia. Kalau begitu, aku akan pergi sejauh-jauhnya. Sekarang aku ingin menjalankan misi dan meninggalkan Jembara. Aku nggak mau kembali lagi! ][ Sonia: Aku lagi rayain hari raya, nggak ada waktu luang! ][ Eka: Bos! Aku nggak pernah mohon apa-apa sama kamu. Apa kamu nggak bisa bantu aku? Aku nggak akan terima sepeser pun dari misi ini. Semuanya untuk kamu dan Ariel saja. ]Sonia bersandar di koridor sambil tersenyum.[ Kala
“Nggak, dia nggak ngomong apa-apa sama aku,” ucap Johan. Dia langsung berjalan ke lantai atas.…Sore harinya, Sonia bersama Indra menempel ornamen di depan halaman. Pelayan rumah yang ingin pulang kampung telah diliburkan, hanya tersisa seorang koki, sopir, dan Indra saja.Indra masih melajang. Jemmy sudah menganggapnya sebagai anggota keluarganya. Jadi, setiap tahunnya Indra tidak akan meninggalkan Kediaman Bina.Indra juga telah berumur. Sonia tidak mengizinkannya untuk memanjat. Dia pun mengambil bangku, memanjat, lalu menempel pajangan di atas sana.Ponsel Sonia diletakkan di dalam kamar. Setelah dia kembali ke kamar, dia menyadari Reza mengirim banyak pesan dan juga ada tiga panggilan tidak terjawab.Baru saja Sonia ingin membalas pesan Reza, dia menerima panggilan dari Reza.Begitu panggilan diangkat, terdengar suara panik lelaki dari ujung telepon. “Kamu ke mana saja? Kenapa kamu tidak angkat telepon?”Sonia menjelaskan, “Tadi aku pergi dekor halaman. Aku nggak bawa ponsel.”Re
Makan besar hari ini disajikan di ruang makan yang luas dengan suasana yang klasik. Tercium aroma bunga plum bercampur dengan wangi kayu cendana yang sangat menyegarkan hati dari ruangan terang benderang ini.Namun, tak lama kemudian aroma lembut ini tertutupi oleh aroma harum dari hidangan makan malam.Indra membawa hidangan Buddha Jump Over the Wall dan meletakkannya di atas meja sambil tersenyum. “Sup ini dimasak selama enam jam. Coba Pak Jemmy cicipi bagaimana rasanya?”Jemmy mencicipi dengan perlahan, lalu mengangguk dengan perlahan, “Kuahnya cukup kental!”“Nona paling suka makan daging di dalam sup ini. Aku ambilkan satu mangkuk untuk dia.”Jemmy pun tersenyum. “Kamu tidak perlu menghiraukan dia. Biarkan dia ambil sendiri saja. Lagi pula dia juga bukan anak kecil.”Indra pun tersenyum. “Sudah bertahun-tahun Nona tidak merayakan hari raya di rumah. Biarkan aku menganggapnya sebagai anak kecil, ya.”Sonia membawa alkohol ke dalam ruang tamu, lalu berkata dengan tersenyum, “Anak ke
Pesan ucapan selamat hari raya dikirim dari Thalia, Darren, Jason, dan yang lain. Tak peduli pesan itu dikirim secara pribadi atau di grup, Sonia membalas satu per satu. Kemudian, dia menduplikat salah satu ucapan selamat yang lumayan panjang, lalu mengirimkannya kepada Reza.Reza membalas pesan dengan cepat. [ Apa kamu sedang mewakili Tere untuk mengucapkan selamat hari raya kepadaku? ]Sonia terbengong sejenak. Kemudian, dia membaca kembali pesan yang dikirimnya kepada Reza tadi. Memang ada nama Tere di bagian bawah.Ucapan selamat hari raya itu sangat panjang. Sonia tidak membacanya hingga selesai. Jadi, dia tidak sadar dengan nama yang dibubuhkan di baris paling bawah.Reza mengetik.[ Awalnya aku sungguh terharu melihatmu mengirim ucapan selamat yang begitu panjang. Sekarang aku malah merasa sakit hati. ]Sonia membalas. [ Maaf, aku akan copy ulang dan revisi bagian nama pengirimnya. ]Reza pun tidak tahu harus berkata apa lagi.Saat ini, mereka sedang mengirim hadiah angpau di
Gina berdiri, lalu berjalan keluar dari pintu samping. Dia berjalan beberapa saat, baru menemukan ternyata Reza sedang duduk di bangku panjang.Si lelaki mengenakan pakaian berwarna putih dipadukan dengan celana panjang berwarna krim. Dia bersandar di bangku dengan menyilangkan kakinya. Di bawah pancaran cahaya lampu, si lelaki terlihat semakin tampan lagi.Pose duduk yang sangat biasa malah terasa sangat memesona. Gina memperlambat langkahnya sembari menatap lelaki yang sedang duduk di kejauhan.Pria itu telah menyingkirkan sifat angkuhnya di saat masih muda dulu. Dia kelihatan lebih stabil saat ini. Seiring berjalannya waktu, dapat terasa aura dewasa dari diri lelaki itu. Bahkan hanya dengan menunjukkan ekspresi tenangnya, dia masih bisa membuat orang-orang tidak berani mendekatinya.Sebelumnya Gina hanya merasa tertarik pada pemuda itu. Namun sekarang, dia telah sepenuhnya jatuh cinta pada pria itu.Gina semakin yakin kelak dia tidak akan bertemu dengan pria yang lebih luar biasa di
Sonia langsung membalas. [ Nggak bisa, aku mau nonton acara. ]Reza malah mengatakan. [ Lebih enak lihat aku atau nonton acara? ]Sonia mengetik. [ Acara ini hanya bisa ditonton di saat malam hari raya. Sementara, aku bisa melihatmu setiap hari. ]Reza tidak tahu harus berkata apa lagi.Mereka mengobrol sambil menonton acara televisi. Saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Sonia pergi menemani Kakek Jemmy yang masih belum tidur. Dia pun menyuruh Reza untuk tidur dulu.Reza membalas.[ Aku belum ngantuk. Nanti kita tidur bersamaan saja. ]Reza mendengar suara obrolan dari lantai bawah, sepertinya anggota Keluarga Tanadi sedang berpamitan.Saat waktu menunjukkan tepat pukul 12, Indra menyalakan petasan. Pembawa acara di dalam televisi juga sedang hitung mundur untuk menyambut hari raya tahun baru.Suara petasan yang keras ditambah lagi dengan suara sorakan dari dalam televisi. Mereka sama-sama hitung mundur, satu, nol! Pada saat ini, Sonia menerima angpau kiriman Reza. Kedua mata
Raut wajah Kase seketika berubah. Dia menatap Sonia, lalu memutar kepalanya untuk bertanya, “Apa yang terjadi?”“Satu lantai ruangan eksperimen telah dihancurkan. Ada pengawal yang mengatakan mereka melihat sosok tubuh yang mirip dengan Nona Ruila.” Suara Himawan terdengar datar.“Sosok tubuh yang mirip?” Kase melindungi di depan Sonia, kemudian berkata dengan suara dingin, “Tuan Himawan, kamu memang pintar bercanda, ya! Sekarang coba kamu lihat di dalam bar, ada berapa banyak wanita yang memiliki postur tubuh mirip dengan Ruila? Atas dasar apa kamu mengasumsi orang itu adalah Ruila? Coba kamu beri tahu Rayden, semalaman ini Rulia pergi bersamaku. Dia nggak pernah meninggalkan tempat!”Himawan bertanya, “Apa Tuan Kase yakin Nona Ruila terus bersamamu?”Kase mengangguk tanpa ragu sama sekali. “Tentu saja!”Himawan mengangguk. “Baik, maaf sudah mengganggu!”Usai berbicara, Himawan membawa sekelompok anggotanya meninggalkan tempat.Kase merasa ada yang aneh dengan sikap Himawan. Dia menat
Pertempuran di luar sana berlangsung sengit, tetapi di bar lantai 22 masih dibaluti dengan kemewahan dan kesenangan. Orang-orang kelihatan tenggelam dalam kemabukan dan mimpi-mimpi indah.Kase sedang duduk di depan bar, mencoba menelepon Sonia sebanyak dua kali, tetapi panggilannya tidak tersambung.Pada saat seperti ini, Sonia tidak berada di kamar tidur, juga tidak berada di bar. Lantas, ke mana perginya Sonia?Tiba-tiba, Kase menyadari bahwa dirinya sebenarnya tidak benar-benar memahami Sonia. Siapa dia? Siapa abang yang sedang dicari Sonia di Hondura?Dulu Kase merasa semua itu tidak perlu diketahui Kase. Namun sekarang, Kase sangat ingin mengetahuinya.Kase menyukai wanita yang misterius. Hanya saja, mengenai Sonia, dia bukan hanya sekadar suka saja, juga merasa khawatir! Ada juga rasa kesal lantaran tidak bisa mengendalikan Sonia.Saat Kase merasa penat, seorang wanita berbadan seksi duduk di sampingnya, lalu memiringkan kepalanya. Suaranya terdengar lembut. “Tuan, bisa nggak kam
Sonia mengenakan masker penutup wajah, hanya memperlihatkan sepasang mata yang jernih dan penuh keteguhan. Tangannya sedikit bergetar karena hentakan balik dari senapan, tetapi langkahnya tetap tenang dan mantap. Peluru jatuh ke lantai, menimbulkan suara dingin yang tajam.Dalam sekejap, jeritan kesakitan, rintihan pilu, dan rentetan tembakan bercampur aduk. Semburan darah memenuhi udara. Tubuh-tubuh terlempar dan menghantam dinding kaca laboratorium. Karpet yang dulunya bersih kini terselimuti warna merah pekat, sedangkan aroma amis darah semakin menyengat.Ada banyak orang terlihat tepar di lantai. Saking banyaknya, Sonia juga tidak bisa menghitungnya lagi.Sonia dan Winston bekerja sama dengan sangat kompak. Sambil bertarung melawan para pengawal, Sonia melirik sekilas ke arah Winston yang bertempur sambil mundur.Tiba-tiba, Winston meningkatkan kecepatan serangannya. Sonia langsung memahami isyaratnya. Dengan adanya perlindungan dari Winston, dia memanfaatkan perlindungan mesin bes
“Bagus sekali!” Winston melihat ke sisi peneliti. Tiba-tiba dia mengeluarkan pistol, lalu menembak bagian dada si peneliti. “Aku wakili pelayan wanita ini untuk berterima kasih sama kamu!”Berhubung ada peredam, tembakan hanya mengeluarkan suara pelan. Bagian jantung peneliti itu langsung tertembak. Dia pun terjatuh tanpa sempat mengeluarkan suara.Winston menyimpan pistolnya dan mengaktifkan sistem penghancuran di lemari penyimpanan suhu terkendali.Sistem mulai bekerja, menampilkan keyboard virtual. Jari-jari Winston bergerak cepat di atasnya, memasukkan sistem penghancuran.Tidak lama kemudian, program mulai dijalankan.Tiba-tiba, seorang peneliti lain berlari masuk. Begitu melihat rekannya yang tergeletak di lantai dengan luka tembakan, raut wajahnya berubah drastis. Lantaran ketakutan, dia berbalik dan berlari ke luar secepat mungkin.Winston juga tidak langsung mengejarnya. Dia menunggu proses selesai, lalu menekan tombol konfirmasi terakhir. Setelah memastikan semua virus telah
Sonia meletakkan cangkir kosong di atas meja, lalu berkata pada Kase, “Kita sudah mengganggu waktu mereka. Sudah saatnya kita pulang!”Kase melihat Sonia baik-baik saja. Dia pun merasa dirinya sudah berpikir kebanyakan. Semalam tidur Kase memang tidak nyenyak, itulah sebabnya dia merasa ngantuk sekali.Dengan berpikir seperti itu, Kase pun berdiri. Dia kembali menunjukkan ekspresi lembutnya. “Mohon bantuan Nona Lacey untuk beri tahu Raja Bondala kalau kami pamit duluan. Terima kasih atas jamuannya!”Theresia mengangguk dengan tersenyum. “Tuan Kase terlalu sungkan. Sering-sering kemari, ya.”Kase tersenyum, kemudian menatap Sonia dengan lembut. “Ayo, jalan!”Setelah kembali ke mobil, Kase masih bertanya pada Sonia, “Apa kamu merasa tidak enak badan?”“Emm?” Sonia menatap Kase dengan bingung.Kase mengangkat-angkat pundaknya. Dia tidak menjelaskan dan tidak bertanya banyak lagi. Sepertinya dia memang sudah berpikir kebanyakan.Pada larut malam, pesta festival di Istana Fers masih berlang
Himawan menatap Winston dengan tatapan dingin. “Seandainya masalah ini sampai ketahuan oleh Tuan Rayden, sepertinya kamu sendiri juga tidak bisa menjelaskannya.”Winston segera berkata, “Dia yang menggodaku!”Himawan berkata, “Apa kamu merasa Raja Bondala akan mendengar penjelasanmu?”Raut wajah Winston spontan berubah pucat. Dia berkata dengan gugup, “Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku harap Tuan Himawan bisa membantuku untuk merahasiakan masalah ini!”Himawan tersenyum dingin. “Aku harap kamu tidak mengulanginya lagi!”“Tentu saja. Aku berjanji!” Winston segera membalas, “Jangan sampai Rayden tahu masalah ini.”Himawan melirik Winston sekilas, kemudian membalikkan tubuhnya berjalan meninggalkan ruangan.Winston menghela napas panjang. Dia sendiri juga merasa kesal. Lacey si wanita jalang itu hampir saja mencelakainya!Saat Himawan meninggalkan gedung, dia melihat Theresia yang masih belum pergi. Theresia memalingkan kepalanya menatap si pria dengan tatapan manja. “Ini kedua kalin
Saat Theresia turun dari lantai atas, dia telah mengganti pakaiannya dengan terusan yang berwarna cokelat keemasan. Ketika melewati ruang tamu, Kase pun sudah jatuh pingsan.Theresia berjalan mendekat. Dia mengambil cangkir teh yang masih terasa panas itu, lalu membuangnya di wastafel. Dia memerintah pelayan untuk menjaga Kase dengan baik. Dia hendak keluar.Setelah keluar vila, Theresia memasuki mobil, kemudian berkata pada sopir, “Pergi ke tempat Tuan Winston.”Sopir membawa Theresia, lalu berjalan ke sisi gedung Istana Fers.Theresia menuruni mobil, langsung berjalan ke dalam. Berhubung sekuriti tahu dia adalah anggota Raja Bondala, tidak ada satu pun yang berani menghalanginya.Theresia berhasil berjalan ke gedung tanpa hambatan sama sekali. Langkah kakinya berhenti di luar ruang kerja Wiston. Kemudian, dia mengetuk pintu ruangan.“Masuklah!” Suara Winston terdengar dari dalam pintu.Theresia memasuki ruangan, lalu melihat pria yang berada beberapa meter dari dirinya. Dia langsung
Tiba-tiba pintu toilet diketuk. Kase bertanya, “Ruila, apa kamu di dalam?”Tubuh Sonia menjadi tegang dalam seketika.Reza pun tersenyum dingin. “Jelas-jelas kita itu pasangan suami istri. Kenapa jadinya seperti lagi selingkuh saja?”Sonia mengangkat kepalanya. “Apa kamu lagi salahin aku?”Reza terbengong sejenak, lalu menggeleng. “Bukan!”“Apa kamu merasa sangat penat? Seorang Raja Bondala, Presdir Herdian Group, malah mesti menahan cobaan seperti ini. Seharusnya kamu merasa sangat marah, ‘kan?”“Tidak!”Kening Sonia berkerut. “Kamu pasti marah! Gara-gara aku … kamu mesti menerima … uhm!”Reza langsung mengangkat wajah Sonia dan menyumpal mulutnya.Suara ketuk pintu dari luar masih terdengar. Mereka berdua juga tidak menghiraukannya, melanjutkan ciuman membara mereka.Di luar ruangan.Theresia berjalan kemari, lalu berkata pada Kase dengan tersenyum, “Apa kamu datang untuk mencari Ruila?”Kase mengernyitkan keningnya. “Bukannya dia di dalam?”“Raja Bondala lagi di dalam, jadi aku suru
Sonia tersenyum. “Makan dulu!”Kase berkata, “Oh, ya, semalam ada Santa Claus ke tempat tinggal kita, kulihat dia cukup galak. Apa ada yang aneh di tempat tinggal kalian?”Theresia melirik Reza sekilas, kemudian berkata dengan kaget, “Santa Claus? Jangan-jangan orang yang diatur Istana Fers untuk melakukan pertunjukan?”Sonia menunduk sembari memakan steak. Hatinya mulai berdetak kencang. Ternyata semalam Kase dipukulnya hingga jatuh pingsan!Kase mengusap lehernya. “Sekarang saja masih sakit. Seandainya dia itu orang Istana Fers, aku pasti akan beri pelajaran buat dia! Oh ya ….” Kase memalingkan kepala melihat ke sisi Sonia. “Semalam aku masih belum sempat memberimu hadiah.”“Apa?” Sonia mengangkat-angkat alisnya.Sonia tidak tahu Kase juga mengenakan kostum Santa Claus. Sonia kira Kase masuk ke kamarnya, lalu kebetulan bertemu dengan “Santa Claus” yang pergi mengantar hadiah untuknya.Kase mengeluarkan hadiahnya, lalu meletakkannya di hadapan Sonia. “Coba dibuka!”Kotak indah itu ber