Ketika mobil bergerak semakin dekat dengan mobil-mobil di depan sana. Cahaya lampu mobil di seberang dikedipkan menyilaukan mereka. Tandy menyipitkan matanya, dan tiba-tiba berkata, “Berhenti! Itu Paman Reza!”Sonia spontan menginjak pedal rem, dan melihat ke depan dengan kaget.Mobil yang berada di paling depan sudah berhenti. Pintu mobil dibuka, dan si lelaki berjalan menuruni mobil. Dia berjalan masuk ke dalam gerbang vila dengan diiringi oleh banyak pengawal di belakangnya. Mereka sudah berhasil mengepung vila.“Benar! Itu Paman Reza!” jerit Tandy dengan kegirangan. Saking girangnya, Tandy langsung menuruni mobil, dan berlari ke arah Reza.Sonia juga menghela napas. Dia melepaskan sabuk pengaman dengan perlahan sambil tersenyum melihat si lelaki berjalan mendekatinya.Reza memeluk Tandy yang berlari ke sisinya. Dia mengangkat kepalanya untuk menatap Sonia. Kedua pasang mata saling bertemu. Senyuman Sonia menyingkirkan kegelisahan di hati Reza.Belasan mobil sudah berhenti di depan
Romi membawa anggotanya menerobos ke dalam vila.Anggotanya juga bukan hanya sekadar pengawal Keluarga Herdian saja. Mereka semua dipilih langsung sama Romi, dan bahkan dilatih langsung oleh Romi. Tentu saja, mereka tidak bisa dibandingkan dengan pengawal biasa.Di dalam vila, selain orang-orang yang menculik Sonia, masih ada belasan orang di belakang halaman. Mereka juga tidak melawan dalam waktu lama, dan langsung berlutut untuk meminta pengampunan. Baru saja Romi mengancam mereka, mereka semua langsung membeberkan nama Jivan.Sebenarnya, meski mereka tidak terus terang, anggota Reza juga sudah berhasil menyelidikinya. Sebab, vila ini adalah vila pribadi Jivan.Romi membawa anggotanya ke gudang anggur bawah tanah. Dia menyadari ada kamera CCTV, dan juga berbagai perlengkapan untuk melakukan siaran langsung.Tentu saja, mereka semua dapat menebak apa yang sudah diperintah Jivan.Romi menarik napas dalam-dalam. Untung saja mereka datang tepat waktu, dan tidak terjadi apa pun!Tiba-tiba
Di mobil lain.Robi mengendarai mobil, dan Tandy duduk di sebelah Robi. Sementara itu, Reza dan Sonia duduk di baris belakang.Setelah memasuki kota, Tandy pun bersuara, “Paman, kamu antar Sonia pulang ke rumah saja. Aku bisa pulang sendiri!”Sonia segera membalas, “Nggak usah, keluargamu pasti panik. Biarkan Paman Reza antar kamu pulang.” Selesai berbicara, Sonia pun menatap Reza. “Aku baik-baik saja. Kamu antar Tandy saja dan jelaskan sama keluargamu. Tolong sampaikan permintaan maafku kepada Nenek dan Bu Diana.”“Kamu nggak usah minta maaf. Semua ini bukan salahmu!” Reza menggenggam tangan Sonia, lalu berbicara dengan lembut, “Kalau begitu, kamu kembali ke Imperial Garden dulu. Nanti Robi antar kamu ke atas. Aku akan segera kembali.”Setelah mengalami peristiwa seperti ini, Reza juga tidak tenang untuk meninggalkan Sonia sendirian.Tandy mengintip dari kaca spion tengah sambil menahan tawanya. Tiba-tiba dia berdeham, lalu berkata, “Aku bisa pulang sendiri dan jelaskan sama mereka. K
Gina mengomel, “Johan!”“Sonia?” Lysa terbengong sejenak, lalu berbicara, “Gina, sebenarnya apa yang terjadi? Jujur!”Gina ragu sejenak, lalu menjawab, “Sebenarnya … semua ini juga bukan sepenuhnya salah Sonia ….”“Dia sudah menyinggung artis di lokasi syuting. Kebetulan artis itu pacarnya Jivan Bastian. Jivan bisa menculik Sonia juga demi membalas dendam pacarnya. Sebenarnya sasaran mereka bukan Tandy!”“Johan, kamu jangan banyak omong!” Gina langsung menarik ujung lengan pakaian Johan.Lysa dan Diana saling bertatapan. Ternyata penculik bukan menargetkan Tandy, melainkan menargetkan Sonia.Diana pun berkata dengan tersenyum, “Untung saja sekarang semuanya sudah baik-baik saja!”“Tandy memang beruntung!” ucap Johan.Saat mereka sedang mengobrol, Reza bersama Tandy berjalan memasuki rumah. Lysa segera berdiri berjalan pergi memeluk Tandy. Kemudian, dia mengamati tubuh Tandy. “Cucu kesayanganku, kamu tidak terluka, ‘kan?”Tandy terlihat tenang. “Nggak, Nek. Aku baik-baik saja!”“Ada apa
Saat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, Siska baru sampai di apartemen pribadi Jivan. Tadi malam tiba-tiba sutradara menambahkan satu adegan Siksa. Jadi, dia selesai kerjanya agak malam. Ditambah lagi, Siska takut dirinya akan dibuntuti oleh reporter. Makanya, Siska baru sampai semalam ini.Baru saja mobil berhenti di depan apartemen, tiba-tiba terdengar suara kebut mobil. Kemudian, sekitar 20-an orang turun dari 5 mobil. Mereka semua berjalan ke apartemen dengan wajah serius.Seketika Siska merasa panik. Dia langsung mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi Jivan. Hanya saja, tangannya tiba-tiba berhenti. Dia berpikir sejenak, pada akhirnya dia tidak jadi menelepon Jivan, malah memasukkan nomor kontak Jivan ke dalam daftar hitam.Di dalam apartemen.Saat Jivan sudah hampir kehabisan kesabarannya untuk menunggu Siska lagi, tiba-tiba dia kedatangan banyak tamu, Romi dan juga anggotanya.Sekitar setengah jam kemudian, Jivan sudah digebuki hingga babak belur. Romi menunduk menatap ke
“Nanti juga bakal sembuh sendiri,” balas Sonia.Reza tidak berbicara dan hanya mengerutkan keningnya. Dia membuka kotak P3K, lalu meletakkan kaki Sonia di atas pahanya. Gerakan Reza sangatlah lembut.Sonia menyadari Reza begitu peduli terhadapnya. Dia pun mencondongkan tubuhnya, lalu meniup-niup pergelangan tangan Sonia.Hanya saja, Sonia merasa agak geli. Dia pun ingin tertawa. Setelah dipikir-pikir, dia tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya.Reza mencium lengan Sonia, lalu beralih mencium pundak, leher, dagu ….Ciuman yang diberikan Reza sangatlah lembut. Dia seolah-olah sedang memeluk barang berharga saja.Sonia mengangkat kepalanya, lalu membaringkan tubuhnya ke atas sofa. Dia memeluk si lelaki membiarkan si lelaki mengecupnya.Entah sudah berapa lama, tiba-tiba Reza menghentikan aksinya. Keningnya menempel di atas dagu Sonia. Dia memejamkan matanya berusaha untuk menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, Reza baru berbicara dengan suara serak, “Ada luka di tubu
Siska terbengong dan air mata spontan menetes dari ujung matanya.Reza tersenyum sinis. “Kamu kira setelah kamu block dia, riwayat percakapan kalian sudah hilang?”Air mata Siska semakin bercucuran lagi. Dia menggeleng, lalu berkata, “Jivan sering bercanda sama aku. Dia mengajakku untuk menyaksikan pertunjukan seru. Aku bahkan nggak kepikiran pertunjukan yang dimaksud ada hubungannya sama Sonia. Serius!”“Jadi, kenapa kamu block dia?” tanya Reza.“Aku juga malas untuk meladeni dia. Tapi dia terus menggangguku!” Siska melanjutkan dengan terisak-isak, “Dia suruh aku pergi ke rumahnya. Aku tentu tahu apa yang ingin dia lakukan sama aku. Jadi, aku marah dan langsung block dia!”Siska menunjukkan ekspresi lugunya. “Pak Reza, aku benar-benar nggak tahu masalah itu! Aku mohon! Dilihat dari aku sudah mempersembahkan keperawananku kepadamu, aku harap Pak Reza jangan mengakhiri kontrakku. Kelak aku akan lakukan semua perintahmu. Aku janji akan dengar semua ucapanmu! Pak Reza, waktu itu benar-ben
Siska malah masih memikirkan ucapan Gina tadi. Benar! Mungkin Reza suka tipe wanita sepertinya. Reza bisa menyukai Sonia juga karena dia tutor dari keponakannya Reza. Makanya, dia punya kesempatan untuk mendekati Reza.Jika tidak, mana mungkin Reza menghukum semua orang kecuali Siska. Sepertinya Reza memang tidak tega bersikap kasar padanya!Sore harinya.Ketika Gina sedang mengganti pakaian di ruang rias, Sonia datang untuk membantunya memilih busana dan aksesori yang akan digunakan.Gina menyuruh asistennya keluar. Dia menuangkan segelas jus untuk Sonia, lalu bertanya dengan perhatian, “Luka di tanganmu baik-baik saja? Kalau kamu merasa nggak enak badan, aku bisa bantu kamu untuk minta izin sama Pak Nathan.”“Terima kasih. Aku baik-baik saja!” balas Sonia, lalu menundukkan kepalanya lanjut bekerja.Terlintas sedikit ekspresi marah di wajah Gina. “Siang hari tadi aku sempat ngobrol sama Siska. Dia malah pamer sama aku, dia bilang Reza hukum semua orang selain dirinya. Aku sungguh mara
Sonia tersenyum datar. “Ini bukan pertama kalinya aku menjalankan misi. Aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan!”“Setiap misi itu berbeda. Kamu juga sudah lama tidak ke sana. Intinya, kamu mesti lebih waspada!” Suara Johan terdengar sesak. Dia menarik napas dalam-dalam. “Kalau kamu butuh bantuan, kamu mesti segera beri tahu aku. Aku akan langsung ke sana!”Frida mengulurkan tangannya. “Aku harap kali ini kita bertiga ada kesempatan untuk menjalankan misi bersama. Aku doakan kamu bisa kembali dengan selamat!”Sonia dan Johan juga menempelkan tangannya di atas punggung tangan Frida. Ketiga tangan saling bergenggaman dengan erat, seperti hubungan pertemanan mereka yang tidak bisa dihancurkan!…Setelah Johan dan Frida pergi, Sonia membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi. Pakaian ganti tadi malam ditaruh di kamar mandi. Pelayan akan mencucinya.Namun, kostum yang Sonia pesan secara mendadak itu agak merepotkan. Sonia memutuskan untuk mencucinya sendiri, mengeringkannya,
Keesokan harinya, Reza dan Sonia telah janjian di saat sarapan. Reza pergi ke perusahaan untuk mengurus sedikit pekerjaan. Dia akan kembali sebelum makan siang untuk mengantar Sonia ke rumah Aska. Kemudian, dia baru mengantar mereka berdua ke bandara.Sonia memberi tahu Reza. Pagi harinya dia kembali ke Gedung Anggrek untuk membereskan barang-barangnya. Dia juga berpesan kepada Reza untuk tidak mengkhawatirkannya dan bekerja dengan tenang!Sebelum berangkat kerja, Reza memeluk Sonia. “Setelah kamu kembali nanti, kita tinggal di sini saja!”Terdapat lebih banyak kenangan kebersamaan mereka di Imperial Garden. Kali ini, Sonia tidak bisa membantah, melainkan mengangguk dengan patuh. “Oke, aku dengar apa katamu!”“Kenapa kamu sepatuh ini?” Reza mencium telinganya. “Saking patuhnya, aku jadi tidak tega untuk melepaskanmu!”Sonia memeluk Reza sejenak. “Pergi kerja sana!”“Emm!” Reza menunduk, lalu mencium keningnya. Setelah itu, Reza pun meninggalkan rumah.Sonia terbengong melihat pintu ya
Sonia menggenggam erat tangan Reza. “Malam ini kita ke Imperial Garden saja!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia melirik Sonia sekilas. “Apa kamu ingin mengenang kembali?”Sonia berlagak tenang. “Iya, sejak aku kembali, aku belum pernah ke Imperial Garden!”Reza bertanya, “Bagaimana dengan kostum yang kamu pesan?”Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia malah melupakannya!“Kamu lupa?” Reza menatap Sonia dengan tatapan tidak berdaya dan manja. “Biar aku saja?”“Nggak usah. Aku pesan sekarang!” Sonia segera mengeluarkan ponselnya. Lebih baik Sonia pesan sendiri saja. Jika Reza yang memesan pakaian itu, bisa jadi bos toko akan mengira Reza membuka toko grosir!Saat Sonia sedang membuka foto, dia pun semakin syok hingga kedua mata terbelalak lebar.Reza mengintip sekilas, lalu menunjuk salah satu foto di atas. “Yang ini!”“Nggak mau!” Sonia langsung menolak. Kostum yang dipilih Reza malah lebih kekurangan bahan daripada yang diberikan Ranty.“Bukannya kamu bilang kamu akan turuti kemauanku?
Jemmy kembali ke ruang baca. Begitu memasuki ruangan, dia melihat Aska yang sedang menunjukkan ekspresi menyindir. Emosi Jemmy semakin meluap saja. “Penerus Keluarga Dikara memang tidak berguna!”Aska malah kelihatan gembira. “Siapa suruh kamu bersikeras ingin menemui mereka? Rasakan!”Jemmy menggeleng, lalu berkata dengan serius, “Temperamen Sonia terlalu tidak bagus. Dia tidak gampang dekat dengan orang yang tidak akrab dengannya. Tadinya aku berpikir apa ada salah paham di antara Keluarga Dikara terhadapnya, biar aku bisa menghangatkan hubungan mereka. Sonia tidak punya ibu sejak kecil. Mana mungkin dia tidak mengharapkan kasih sayang dari seorang ibu?”Namun ketika melihat Reviana yang arogan, Hendri yang takut terkena masalah, dan juga Tobias yang hanya mengutamakan keuntungan, Jemmy tahu harapannya tidak mungkin akan terkabulkan.Aska menatap Tobias dengan tatapan dingin. “Terkadang ada hal yang tidak bisa dipaksakan. Cukup kita saja yang menyayangi Sonia!”Lysa berkata dengan te
Ketika Reviana menyadari Tobias tidak berbicara lagi, dia pun buka suara untuk membantu, “Mungkin Tuan Jemmy tidak tahu. Keluarga Dikara sudah menghabiskan banyak dana dan tenaga dalam proyek Kota Kibau. Tadinya proyek itu berjalan lancar, tapi gara-gara ulah Sonia, kami pun terkena dampaknya. Keluarga Tamara tergolong sangat berkuasa di Kota Kibau. Kami yang berasal dari luar kota itu tentu tidak bisa mengalahkannya.”Kening Hendri spontan berkerut. Dia menarik ujung pakaian Reviana, menyuruhnya untuk jangan berbicara kebanyakan.Jemmy mengangkat kepalanya melihat ke sisi Reviana. Dia berkata tanpa gusar, “Apa kamu merasa masalah ini salah Sonia?”Reviana langsung membalas, “Tentu saja salah dia!”Ketika Tobias menyadari ada yang aneh dengan sikap Jemmy, dia langsung meneriaki Reviana, “Kamu nggak berhak untuk bicara di sini!”Raut wajah Reviana kelihatan sangat muram. Dia langsung bungkam.Kali ini, wajah Jemmy kelihatan dingin. “Kamu itu ibunya Sonia. Saat dia ditindas oleh Keluarga
Di luar gerbang, ketika mereka bertiga tahu kabar Jemmy bersedia menemui mereka, mereka merasa sangat syok dan juga gembira. Mereka bertiga bergegas mengikuti pelayan berjalan ke dalam rumah.Mereka juga tidak fokus dengan pemandangan di sekitar taman bunga, hanya terus mengikuti langkah si pelayan saja, menuju ke ruang baca.Sesampainya di depan pintu, si pelayan membuka pintu ruangan, kemudian berkata dengan hormat, “Tuan Jemmy, tamu sudah datang!”Jemmy duduk di sofa sembari meletakkan gelas teh. “Masuklah!”Ketiga anggota Keluarga Dikara berjalan ke dalam ruangan dengan penuh rasa hormat. Tobias berjalan di paling depan. Tobias yang mengenakan jas kelihatan sangat bugar. Hanya saja, dia masih kalah telak jika dibandingkan dengan wibawa Jemmy.Tobias mengulurkan tangan kanannya, lalu berkata dengan sopan, “Tuan Jemmy, aku dengar kabar kamu berkunjung ke Kota Jembara. Aku tidak berkesempatan untuk menyapamu ketika di acara resepsi pernikahan semalam. Jadi, hari ini kami sengaja datan
Juno berkata, “Masuklah! Dingin!”Baru saja Sonia membalikkan tubuhnya, tiba-tiba seorang pelayan berlari ke sisinya. “Nona Sonia!”Juno bertanya dengan datar, “Ada masalah apa?”Pelayan menjawab, “Di luar sana ada yang mengaku sebagai ayahnya Nona Sonia. Katanya, dia ingin bertemu sama Nona Sonia!”Raut wajah Sonia berubah datar. Anggota Keluarga Dikara masih menunggu di luar?Tadi Juno juga sudah melihatnya. Raut wajahnya masih kelihatan datar. “Kasih tahu mereka, Nona Sonia tidak akan bertemu mereka!”Pelayan segera mengiakan, lalu membalikkan tubuh.Juno melihat ke sisi Sonia. “Kelak jangan bertemu dengan anggota Keluarga Dikara lagi.”Sonia menunjukkan ekspresi lembut. “Aku mengerti.”“Ayo, pergi!”Juno merangkul pundak Sonia, lalu berjalan ke sisi taman bunga.Saat Sonia memasuki taman, tiba-tiba dia menerima sebuah pesan masuk. Dia membacanya, ternyata ada pesan masuk dari Melvin. Dia menghela napas ringan. Dia hampir saja melupakan Melvin!Melvin mengirim pesan.[ Sonia, masih a
Di dalam taman bunga, Devin sedang duduk di atas bangku panjang sembari merokok.Rose berjalan mendekatinya, lalu membungkus tubuh Devin dengan jasnya. “Kenapa kamu nggak pakai jasmu? Apa kamu nggak kedinginan?”“Ada matahari. Aku merasa cukup hangat.” Devin mengisap rokok, lalu mengembuskan asap rokok.“Kenapa kamu nggak ngobrol di dalam? Malah keluar?” Rose bersandar di tubuh Devin. Dulu Rose paling tidak suka dengan bau rokok. Sekarang gara-gara Devin, dia pun mulai menyukai bau itu.Mungkin karena merintis pekerjaan terlalu banyak rintangan, Devin pun semakin sering merokok.Devin membalas, “Tuan Reza dan Tuan Matias tidak merokok. Mungkin mereka juga tidak suka dengan bau ini.”“Mereka semua merokok, kok!” ucap Rose.Tatapan Devin seketika berubah tajam. “Tadi mereka menolak rokok pemberianku. Sepertinya mereka tidak suka dengan rokokku.”Rose tertegun sejenak, lalu segera menjelaskan, “Bukan, dulu mereka memang merokok. Sekarang mungkin mereka lagi program anak, makanya ….”“Kamu
Sekarang teknik kecerdasan buatan yang dikuasai Herdian Group boleh dikatakan terdepan di seluruh dunia, juga telah memonopoli pasar. Seandainya ada yang ingin mendapatkan keuntungan dari bidang ini, mereka pun mesti menjalin hubungan baik dengan Herdian Group.Ekspresi Reza kelihatan lembut. Tidak kelihatan ekspresi spesial lainnya. “Bakal ada kesempatan.”Saat mereka sedang mengobrol, beberapa kali Devin tidak bisa berbaur dalam perbincangan mereka. Dia pun mencari alasan untuk pergi, lalu berjalan pergi melalui pintu samping taman bunga.Rose sedang mengobrol dengan Sonia. Ketika menyadari Devin berjalan pergi, dia segera mengambil jas Devin, kemudian mengikuti langkah Devin.Ranty melihat bayangan punggung mereka berdua sembari mengunyah kacang. “Si Devin itu nggak pantas untuk bersama Rose.”“Emm?” Sonia memilih permen. Usai mendengar, dia mengangkat kelopak matanya. “Ada apa?”Sonia jarang bertemu dengan Devin. Hanya saja, di mata Sonia, Devin adalah seorang pria yang ambisius da