Berhubung Kelly takut kalah, dia pun terlihat sangat gugup. Dia bahkan tidak menghiraukan Bondan yang berjarak sangat dekat dengannya.Jason melirik sekilas, lalu pergi duduk di sofa untuk merokok. Sementara, Johan sedang minum alkohol sendiri. Dia terlihat sedang tidak senang.Jason meliriknya sekilas, lalu berkata, “Jangan salahkan Reza. Kamu memang nggak seharusnya bicara seperti itu.”Johan mengerutkan keningnya. “Kak, Kak Gina sudah kembali. Apa maksud Kak Reza? Kenapa dia masih bersama Sonia?” Johan menghela napas panjang.“Iya, Gina memang sudah kembali, dan Reza masih bersama dengan Sonia. Itu berarti orang yang dipilih Reza adalah Sonia!” jelas Jason.Sejak kejadian kebakaran di Kasen, Jason menyadari bahwa Reza sudah jatuh cinta terhadap Sonia. Bagaimanapun juga, mereka berdua sudah berteman dari kecil. Jason tidak pernah melihat Reza bersikap segugup itu.“Jadi, maksudmu, Kak Reza sudah berpaling, nggak suka Kak Gina lagi?” Ekspresi Johan terlihat emosi.Jason mengerutkan ke
Sonia kalah dalam permainan ronde pertama. Gina pun menempel sticky note ke keningnya. Di atas kertas itu tertulis “Jangan lihat aku!” Tulisan berwarna merah dan berukuran tebal itu terlihat sangat mencolok mata.Terutama ketika kertas itu diletakkan di antara dua mata. Begitu Sonia mengembuskan napas, kertas itu pun ikut bergerak. Wajar kalau semua orang tertawa terbahak-bahak ketika melihatnya.Melihat Sonia merasa risi, Reza langsung melipat kertas itu, lalu menjepitnya dengan jepitan rambutnya.Gina melihat gerak-gerik mereka berdua. Saat Reza menjepit kertas itu, Sonia terlihat tidak bergerak, dan terlihat menikmatinya. Seketika raut wajah Gina berubah muram.Dia pernah berhubungan beberapa kali dengan Sonia. Dia tahu di balik sikap lembut Sonia, sebenarnya dia tergolong orang yang dingin. Dia tidak terlalu suka dekat dengan orang lain. Setiap kalinya, dia selalu menjaga jarak dengan Jason dan yang lainnya. Bahkan, ketika Gina menggenggam tangannya, Sonia bakal refleks menghindar.
Gina mengangkat kepalanya, dan air mata masih terus menetes di wajah indahnya. Gina berkata dengan terisak-isak, “Reza, orang tuaku ingin bercerai!”Reza terkejut.Tangisan Gina semakin kuat lagi. “Reza, kalau mereka benar-benar bercerai, bagaimana dengan aku? Kenapa masalah menjadi seperti ini?”Reza menarik selembar tisu, lalu memberikannya kepada Gina. “Kita nggak bisa ikut campur dalam masalah senior. Apa pun yang terjadi di kemudian hari, itu semua juga adalah hasil dari keputusan mereka.”Gina menggeleng. “Bukan, ibuku orangnya sangat polos. Kerjaannya cuma main kartu sama teman dan belanja saja. Dia bukanlah orang yang licik.”“Semua itu adalah ide pamanku. Pamanku yang sudah menghasut Ibu! Dia melakukannya demi aku! Dia melakukan semuanya demi aku!”“Asalkan ibumu memang nggak ingin bercerai dengan ayahmu, masalah ini mungkin masih ada harapan,” hibur Reza.“Tapi ayahku sudah bersikeras ingin bercerai!” Gina kembali mencucurkan air matanya, lalu masuk ke dalam pelukan Reza. “Ak
Jason berkata dengan tersenyum, “Tadi aku suruh Sonia untuk cari kamu. Dia bilang kamu masih telepon. Ada masalah apa? Kenapa teleponnya lama sekali? Oh ya, di mana Gina?”Raut wajah Reza terlihat normal seperti biasa. Dia berkata, “Nggak kenapa-napa. Gina ditelepon keluarganya. Dia lagi sedih, aku suruh dia tenangin diri sendiri.”Bondan dan yang lainnya sudah mengetahui apa yang terjadi pada Gina. Suasana seketika terasa menegangkan, dan tidak ada yang berbicara lagi. Berhubung Jason duduk di tempat Reza, Reza pun langsung menarik kursi untuk duduk di belakang Sonia. Teknik bermain kartu Sonia sudah semakin bagus. Reza hanya melihat dan tidak memberi petunjuk apa-apa.Saat sedang bermain, Kelly ingin pergi buang air. Namun, toilet di dalam ruangan sedang digunakan. Jadi, Kelly terpaksa menggunakan toilet umum di koridor.Ketika Kelly memasuki toilet, tampak ada dua orang yang sedang berdiri di depan wastafel. Namun, Kelly tidak menggubris mereka, berjalan melewati mereka berdua.Ke
Chelsea melangkah mundur, lalu menyalakan rokok. Dia duduk di sofa menyaksikan si lelaki menindas Kelly. Kedap suara ruangan Altena sangat bagus. Meski Kelly berteriak dengan kuat, suaranya tidak terdengar sampai ke luar!Pokoknya apa pun yang terjadi, dia akan merusak kehidupan Kelly!…Sewaktu Sonia sedang bermain kartu, dia menyadari Kelly masih belum kembali. Dia menoleh, lalu bertanya pada Jason, “Ke mana Kelly? Kenapa dia masih belum kembali?”“Dia ke toilet luar!” balas Jason.Sonia merasa tidak tenang. Sebab, keamanan di Altena tidak bisa dibandingkan dengan Kasen. Segala jenis preman bisa berkumpul di sini. Apalagi sekarang sudah larut malam, wajar kalau Sonia mengkhawatirkan Kelly.Jason juga merasa ada yang aneh. Dia berdiri dan berkata, “Aku pergi cari dia!”“Biar aku saja!” ujar Sonia.Jika Kelly berada di toilet cewek, Sonia pun bisa mencarinya di dalam.Sonia meninggalkan ruangan pergi mencari Kelly. Melihat kepergian Sonia, hati Jason merasa tidak tenang. Jadi, dia pun
“Apa yang sedang kalian lakukan?” Si lelaki duluan berdiri. Dia merasa emosi lantaran ada yang merusak suasana. “Kenapa kalian ke sini? Segera keluar dari ruangan ini!”Tanpa berbasa-basi, Sonia langsung mencekik leher si lelaki, lalu melemparnya ke samping!Si lelaki dilempar hingga menabrak meja tamu. “Prang!”Meja tamu itu ditabrak hingga pecah. Chelsea yang duduk di sofa pun berteriak sambil menatap si lelaki yang sudah jatuh pingsan.Beberapa lelaki lainnya juga terbengong sejenak, lalu serempak pergi mengepung Sonia.Reza menyadari lelaki-lelaki itu hendak menyerang Sonia, dia pun langsung mengambil botol anggur di meja, lalu menghantamnya ke tubuh lelaki yang hendak meraih tangan Sonia.Jason juga tidak berdiam diri. Dia langsung menendang lelaki yang mengenakan kemeja merah muda. Saat dia melihat ke sisi Kelly, Bondan pun sudah melepaskan jasnya untuk menyelimuti Kelly.Kelly terkejut hingga kehilangan akal sehatnya. Dia masih berusaha untuk meronta.Bondan berusaha untuk meme
Yusa melempar seorang lelaki berambut pirang ke lantai, lalu berdiri dengan terengah-engah. “Tadi si rambut pirang ini bilang Chelsea yang suruh mereka untuk nodai Kelly!”Raut wajah Gina langsung berubah muram. Dia pun bertanya dengan ketus, “Chelsea, kenapa kamu berbuat seperti ini?”Chelsea mengeluarkan jurus jitunya, langsung mencucurkan air matanya. “Aku kesal karena Kelly merebut Tuan Jason dariku. Aku hanya ingin balas dendam sama dia. Aku cuma ingin takutin dia saja. Meski kalian nggak datang, aku juga nggak bakal apa-apain Kelly. Serius!”Sonia menatap Chelsea dengan dingin. “Sekarang Kelly sudah seperti ini. Kamu malah bilang nggak bakal apa-apain dia?”Chelsea menyeka air matanya, lalu terus mengulangi ucapannya. “Aku cuma ingin takutin dia saja!”“Kak, kalau kalian lapor polisi, masa depanku akan hancur. Ayahku mungkin akan habisi aku!” Chelsea menarik ujung pakaian Gina, lalu menambahkan, “Kak, aku mohon sama kamu, aku nggak akan mengulanginya lagi!”Gina melirik Jason sek
Pikiran Melvin sangat kacau. Di satu sisi, Melvin merasa dengan keahlian Sonia, dia tidak mungkin bisa ditindas. Namun di sisi lain, Melvin takut Sonia akan masuk ke jebakan lelaki ber*ngsek itu.Setelah tiba di rumah sakit, dia bertanya pada suster yang bertugas, bagaimana kondisi wanita yang diantar ambulans tadi. Raut wajah suster itu terlihat sangat muram, akibatnya Melvin juga semakin panik saja.Tanpa berbasa-basi, Melvin langsung berlari ke ruang operasi. Saking buru-burunya, Melvin pun menabrak seorang lelaki. Si lelaki memaki Melvin, tapi dia malah tidak menggubrisnya.Tiba-tiba, Melvin memperlambat langkah kakinya. Dia menatap wanita yang sedang mengambil obat di depan saja. Melvin terus melihat si wanita tanpa mengedipkan matanya.Sonia sedang membantu Kelly untuk membayar biaya rumah sakit. Saat ini Sonia seolah-olah merasa ada yang menatapnya, dia pun spontan mengangkat kepalanya, lalu tampak Melvin sedang melihatnya.Melvin berjalan maju, lalu mengamati Sonia dari atas hi
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen