Sonia menyesap teh, lalu menundukkan kepalanya sambil berkata, “Dia telepon, kok. Aku teleponnya di kamar, makanya Kakek nggak tahu.”Kakek Jemmy tersenyum sinis. “Jangan kira aku sudah tua, gampang untuk dibohongi. Kalau kalian berdua saling menyukai, kalian nggak bakal bersedia untuk berpisah sedetik pun. Kalaupun berpisah, kamu pasti akan sering meneleponnya. Kondisi kamu ini sangat tidak wajar!”Sonia mencondongkan badannya ke depan, lalu menopang dagunya. “Apa Kakek pernah pacaran?”Kakek Jemmy mendengus, lalu menunjukkan ekspresi kesal. “Memangnya Kakek nggak pernah muda?”“Orang yang Kakek bilang tadi, yang nggak ingin berpisah sedetik pun itu Nenek, ya?” tanya Sonia dengan penasaran.“Tentu saja! Memangnya orang lain?”Di bawah cahaya senja, tatapan Jemmy terlihat semakin lembut lagi. “Aku dan nenekmu sudah berteman dari kecil. Hubungan kami sangatlah polos. Pokoknya anak zaman sekarang nggak bakal bisa merasakannya.”Sonia menggigit bibir bawahnya, lalu tersenyum lebar.Jemmy
Satu hari sebelum semester baru dimulai, Sonia baru kembali ke Jembara.Ketika kembali ke kampus, Yeni dengan semangat tinggi menceritakan pengalaman liburan ke luar negerinya. Setelah rapat di kelas, Sonia membantu pihak kampus untuk mempersiapkan acara penyambutan mahasiswa baru ….Beberapa hari ini dilewati Sonia dengan sangat sibuk.Pada hari Kamis, Tandy menelepon Sonia, “Sabtu nanti, kamu datang jam berapa?”Sonia tahu Tandy takut dia tidak akan pergi mengajarnya lagi, makanya Tandy meneleponnya. “Di tempat biasa, jamnya juga seperti biasa,” ucap Sonia sambil tersenyum. “Kita berusaha bersama, ya. Kita usahakan dapat nilai bagus lagi!”Tandy membalas dengan nada meremehkan, “Beberapa hari ini kamu kebanyakan nonton berita, ya?”Sonia terdiam.Hanya saja, balasan Sonia sudah menenangkan hati Tandy. Tandy mengingatkan Sonia jangan sampai terlambat bangun, lalu langsung mematikan panggilan.Malam harinya, Kelly memanggil Sonia untuk makan di rumahnya. Kelly berkata dengan ragu, “So
Sonia melihat si wanita dengan terbengong. Sebelumnya Hana sering mengungkit nama Gina. Namu, Sonia sungguh tidak menyangka ternyata Gina yang dimaksud adalah seorang selebritas yang cukup terkenal itu.Bukannya Sonia mengikuti perkembangan dunia hiburan, tapi siapa pun pasti kenal dengan artis papan atas yang bernama Gina itu!Gina tersenyum ramah, lalu mengulurkan tangannya ke sisi Sonia. “Senang bisa berkenalan denganmu. Dengar-dengar nilai ujian Tandy meningkat drastis setelah diajari kamu. Ternyata selain berbakat dalam mengajar, Bu Sonia cantik juga, ya!”Sonia bersalaman dengan Gina, lalu berkata, “Terima kasih atas pujiannya!”Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Diana. “Tandy di atas, ya? Aku naik dulu, ya.”Diana membalas, “Pergi sana, Tandy sudah menunggumu!”Sonia mengangguk, lalu berpamitan dengan Lysa dan Gina.Reza terus menundukkan kepalanya untuk mengotak-atik ponselnya.Setelah Sonia berjalan pergi, Gina tersenyum pada Reza. “Aku pergi ke ruang bacamu untuk cari
Es krim diletakkan di hadapan Sonia. Saat Sonia hendak mengambilnya, terdengar suara ketus Reza. “Simpan!”Pelayan melihat raut wajah galak Reza, dia pun langsung membawa pergi es krim di atas meja.Gina melirik Reza sekilas, lalu berkata dengan suara kecil, “Jangan begitu, nanti Bu Sonia bakal terkejut.”Kemudian, Gina langsung menatap Sonia. “Maaf, ya, Reza memang orangnya agak temperamen. Kamu jangan masukin ke hati, ya. Kita minum jus saja. Camilan buatan pelayan rumah juga enak-enak. Kamu jangan sungkan!”Sonia hanya tersenyum. Dia tidak tahu apakah dirinya harus berterima kasih kepada Gina atau tidak.Saat ini ponsel Gina berdering. Dia mengeluarkannya, lalu berkata pada Reza, “Telepon dari Kak Bella, aku angkat dulu.”Gina lalu pergi ke luar taman.Sekarang hanya tersisa Reza dan Sonia di dalam ruang tamu. Sonia merasa sangatlah canggung.Reza mengambil sepotong kue cokelat, lalu mulai menyantapnya. Seketika dia refleks mengernyitkan keningnya, kenapa dia bisa suka makan makanan
Sonia mengangguk. “Fernando memang sangat unggul. Dia pasti akan menemukan orang yang dia sukai.”Diana tersenyum dengan lembut. “Hari ini aku hanya ingin menjelaskan masalah ini sama kamu. Aku harap kamu tidak keberatan.”Sonia menjawab, “Nggak, kok. Bu Diana sudah berpikir kebanyakan.”“Baguslah kalau begitu!” Nada bicara Diana semakin lembut lagi. “Nanti siang kamu makan bersama kamu saja. Tandy sudah lama nggak ketemu sama kamu, kalian bisa ngobrol bersama. Tasya lagi pergi nonton pertunjukan balet, dia juga akan segera kembali.”“Nggak usah, Bu. Kalian lagi kedatangan tamu. Aku nggak enak untuk ganggu kalian.” Sonia berdiri. “Kalau begitu, aku pamit dulu, ya!”“Oke, hati-hati di jalan!” Diana mengantar Sonia keluar.Saat ini Reza sedang berdiri di depan jendela lantai tiga. Dia melihat Sonia berjalan memasuki mobil hingga mobil melaju pergi. Perasaannya sangat kacau sekarang.Beberapa saat kemudian, Gina datang mencari Reza. “Kenapa malah ke atas? Aku cariin ke mana-mana, lho! Mak
Sonia menatap Ranty dengan kedua mata terbelalak. Dia merasa gara-gara Ranty putus dengan Matias, Ranty malah melampiaskan ketidakpuasannya kepada dirinya.Emily mengenal Sonia, dia pun berkata dengan penuh keyakinan. “Hanya butuh setengah jam saja.”Ranty mengangguk. “Aku mau semua orang terkejut ketika melihat kecantikannya!”Emily membuat isyarat tangan oke. “Serahkan saja sama aku!”Sonia hanya terdiam saja.Setengah jam kemudian, Sonia duduk di depan meja rias. Dia melihat Emily mengambil beberapa kalung berlian sambil bercermin.Sonia mendorong tangan Emily. “Nggak usah, aku nggak terbiasa pakai kalung.”Ranty bersandar di meja sambil memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. “Tulang selangka Sonia sangat indah. Kalau pakai kalung, malah akan ketutup.”Emily baru menyadarinya. “Pantas saja aku merasa kalung ini nggak cocok sama Bu Sonia.”Ranty memilih aksesori dari dalam kotak. Pada akhirnya, dia memilih sepasang anting-anting berlian yang berwarna merah muda, lalu memakaikanny
Tiba-tiba Sonia teringat ucapan Gina ketika di Kediaman Herdian tadi. Gina mengajak Jason dan yang lainnya berkumpul bersama. Hanya saja, Sonia tidak menyangka mereka akan bertemu di Altena.Sonia terpaksa menghentikan langkahnya, lalu membalas senyuman Jason. “Kak Jason!”Hati Reza seketika berdegup kencang ketika melihat gadis di hadapannya. Tatapannya semakin tajam, dan keningnya semakin berkerut. Seingat Reza, Sonia sangat jarang mengenakan terusan. Jujur saja, penampilan Sonia hari ini cantik sekali dan agak seksi.Kenapa Sonia berpakaian seperti ini di klub? Reza menyadari ada banyak lelaki yang sedang mengintipnya. Itulah alasannya Reza merasa kesal!Gina memakai topi dan juga masker. Dia berkata, “Bu Sonia lagi kumpul bareng teman, ya? Kebetulan kali, ya!”Sonia mengangguk.Jason mengamati Sonia sekilas, lalu melirik ke sisi Reza. Dia berpikir, sekarang Gina sudah pulang, apa itu berarti mereka berdua sudah putus?Ranty melirik Gina dan Reza sekilas, lalu berkata, “Ternyata Pak
Gina terdiam membisu.Ranty terlihat sangat penasaran. Meski Gina merasa kesal, dia juga tidak mungkin menunjukkan kekesalannya di depan orang banyak. Hanya saja, kata “berumur” sangatlah sensitif bagi wanita. Gina pun hanya bisa tersenyum paksa saja.“Kalau ada yang cocok, aku tentu akan mempertimbangkan masalah pernikahan.”“Dari ucapan Nona Gina, sepertinya kamu sudah punya calonnya, ya?”Gina seperti sedang diwawancarai awak media saja. Dia melirik ekspresi Reza, lalu membalas, “Maaf, ini menyangkut masalah pribadiku. Aku nggak ingin bahas terlalu banyak.”Ranty tersenyum tanda dirinya mengerti. “Oke, oke, aku mengerti!”Saat Reza mengambil rokok, dia tanpa sengaja melirik ke sisi Sonia. Sonia terlihat sedang menundukkan kepalanya. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.Tak lama kemudian, semuanya sudah berpencar. Ada yang pergi mengobrol, dan ada yang pergi bermain kartu poker.Jason duduk di samping Reza. Dia menatap Gina yang sedang membuka musik, lalu menatap Sonia yang se
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,