Sonia terengah-engah, seluruh tubuhnya gemetar. Dia mencengkeram pakaian Reza dengan erat, saking eratnya sehingga jari-jarinya memucat dan bergetar.“Nggak apa-apa. Sayang, nggak apa-apa.” Reza membelai rambut Sonia dan menenangkannya dengan suara pelan.Sonia menutup matanya. Perlahan-lahan, perempuan itu kembali tenang. Warna merah di depan matanya telah memudar, berubah menjadi cahaya kuning yang hangat.Sonia berkeringat di sekujur tubuhnya. Tubuhnya yang lelah hanya berbaring lemas di dalam pelukan Reza.Sekian lama, keduanya tidak bicara. Reza hanya memeluknya erat-erat, tangannya memeluk kepala Sonia dengan lembut.Sonia telah kembali ke kenyataan sepenuhnya. Dia pun bangun dari pelukan reza. Meski wajahnya pucat pasi, suaranya sudah kembali tenang, “Aku baik-baik saja. Aku hanya ... bermimpi.”Sejak hidup bersama Reza, Sonia sudah lama tidak memimpikan mereka. Sekalipun dia bermimpi, itu hanya gambaran mereka bertujuh yang bertarung bersama dan akhirnya menang.Sonia secara ot
Sopir taksi mengantar Yoko ke alamat yang ditunjukkannya. Sopir taksi itu bahkan bertanya dengan sangat ramah, “Kamu kenal keluarga Herdian?”“Apa?” tanya Yoko terkejut.“Nggak apa-apa. Hati-hati saat keluar dari mobil,” ujar sopir taksi dengan sangat sopan.Yoko membayar ongkos taksi dan turun dari mobil. Kemudian dia berjalan menuju sisi berlawanan dari jalan aspal yang penuh dengan bunga di kedua sisinya. Yoko semakin terkejut kala dirinya semakin dekat dengan vila tujuan. Halaman vila di seberangnya sangat luas, dengan berbagai tanaman hijau yang saling bertautan. Melalui pagar hitam, Yoko bisa melihat pemandangan di halaman itu seperti sebuah taman. Dia terus berjalan ke depan vila, lalu dia melihat sebuah vila yang indah di balik pohon maple yang rendah.Apakah Tasya sudah gila? Untuk sewa vila sebesar itu, setidaknya harus menghabiskan puluhan juta sehari, bukan?Di satu sisi Yoko merasa terkejut, di sisi lainnya dia juga merasa senang. Tasya mengeluarkan begitu banyak uang untu
Tasya dan Sonia berjalan menuruni tangga spiral bersama. Semua orang serempak berdiri dan menatap kedua perempuan itu dengan takjub.Joko juga berdiri. Dia menatap terpaku Tasya yang mengenakan gaun panjang seputih salju, berdiri terpelongo seolah telah kehilangan jiwanya.Tasya bersikap seolah tidak melihat Yoko di sana. Dia hanya tersenyum manis dan berkata, “Selamat datang di rumahku. Kenalkan, ini temanku, Sonia.”Setelah itu, Tasya juga berkata pada Sonia, “Sonia, ini teman sekelasku, Deska, Amanda, Fanny ....”Tasya memperkenalkan mereka satu per satu. Sonia dan Deska serta yang lainnya saling menyapa. Setelah sesi perkenalan, Deska baru memiliki kesempatan untuk bertanya, “Tasya, ini rumah kamu?”Sonia tersenyum dan mengangguk, “Iya. Maaf, selama ini aku nggak pernah ajak kalian ke rumahku. Sekarang kalian sudah datang. Lain kali kalian bisa sering-sering main ke rumahku.”Semua orang tercengang, termasuk Yoko. Amanda yang dari keluarga cukup mampu mengenal beberapa orang kaya.
Tasya tidak bicara, hanya menatap Yoko dengan acuh tak acuh.Yoko mengeluarkan kotak perhiasan berwarna merah. Setelah dia membuka kotak itu, ada sepasang anting-anting GK di dalamnya. Kemudian, dia berkata, “Aku ingat kamu bilang kamu paling suka anting-anting. Aku habiskan semua uang yang aku punya untuk beli ini. Aku ingin berikan ke kamu di hari ulang tahunmu. Aku harap kamu maafkan kesalahanku sebelumnya. Tapi hari ini aku datang ke sini dan baru tahu betapa naifnya aku. Ternyata kamu nggak kekurangan barang-barang seperti ini. Aku juga lebih mengerti betapa kamu mencintaiku dulu.”Mata Tasya bagaikan tanah yang gersang, tidak ada perasaan apa pun lagi. Dia pun mengucapkan kata demi kata, “Tapi aku sudah nggak mencintai kamu lagi.”Yoko cepat-cepat menggelengkan kepala, “Nggak, Tasya. Maafkan aku, Tasya. Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi.”Tasya menatap pria itu seperti menatap orang asing, tidak ada perasaan yang dulu lagi, “Aku nggak suka diganggu terus. Kita pisah baik-b
“Tasya!” Yoko berteriak di belakang Tasya, “Bagaimanapun, aku benar-benar mencintai kamu. Sungguh!”Tasya bahkan tidak menoleh ke belakang. Dia terus berjalan menuju halaman belakang tanpa menghiraukan teriakan pria itu.Pesta ulang tahun Tasya diadakan di halaman belakang. Di bawah payung teduh besar, ada sebuah meja panjang yang ditata penuh dengan berbagai jenis makanan barat, makanan penutup, koktail, serta balon-balon berwarna pink. Di samping kolam renang juga sudah disiapkan baju renang untuk semua orang. Deska dan yang lainnya makan sambil mengobrol, sangat meriah.Sonia duduk di ayunan sendirian. Begitu melihat Tasya datang sendirian, dia langsung mengangkat alis pada perempuan itu. Tasya membalasnya dengan senyuman, senyum yang santai.“Tasya,” panggil Fanny. “Kolam renangmu besar banget. Kami mau lomba renang. Kamu mau ikut, nggak?”“Oke!” Tasya berjalan cepat ke arah mereka.Amanda dan yang lainnya melihat hanya Tasya seorang diri, tidak terlihat sosok Yoko. Mereka merasa b
Emosi Yoko telah menumpuk selama beberapa hari ini. Setelah pergi ke rumah Tasya hari ini, emosinya pun memuncak. Akhirnya sekarang semua emosinya meledak.Wajah pria yang tampan dan lembut itu kini telah berubah. Sorot matanya menjadi ganas dan menakutkan. Dia memukul wajah Rani berulang kali seolah untuk melampiaskan amarahnya.Semua gara-gara Rani, semua gara-gara keluarga perempuan itu. Kalau tidak, Yoko akan menjadi menantu keluarga Herdian. Jangankan wakil manajer di perusahaan keluarganya Rani. Dia bahkan bisa memiliki seluruh perusahaan itu.Namun sekarang, semua itu sudah hilang. Yoko pun melampiaskan semua amarahnya pada Rani. Dia pukul Rani hingga perempuan itu menangis histeris. Akan tetapi, Yoko justru menjadi semakin bersemangat ketika mendengar tangisan histeris perempuan itu.Usai memukul Rani, Yoko langsung melarikan diri. Dia jual anting-anting yang dia curi dari Rani dan hendak dia berikan kepada Tasya. Dia jual dengan harga puluhan juta. Kemudian, dia mencari rumah
Sonia mengangguk pelan dan tidak bertanya lagi.Kelly masih harus bekerja, karena itu Sonia tidak duduk lama di sana. Setelah mengambil kue yang dibeli untuk Bi Rati dan Pak Umar, Sonia membayar dan pergi dari toko.Sonia telah menelepon Bi Rati terlebih dahulu. Jadi ketika dia tiba di Vila Green Garden, Bi Rati sudah menunggu di luar vila. Bibo baring telungkup di tanah. Begitu melihat Sonia turun dari taksi, Bibo langsung berdiri dan berlari dengan senang ke arah Sonia.Sonia berjongkok dan meletakkan makanan di tanah. Dia memeluk Bibo dengan kedua tangan, lalu menatap Bi Rati dan Pak Umar yang berdiri di depan pintu. Dia pun melemparkan senyuman kepada mereka.Vila itu masih sama seperti sebelum dia pindah. Kamar yang dulu dia tempati juga tidak ada yang berubah. Bi Rati membersihkan kamar itu setiap hari dan mengganti seprai setiap sesuai jadwal. Setiap sudut vila begitu bersih tanpa debu.Begitu tahu Sonia mau datang, Bi Rati sudah membuat banyak makanan ringan kesukaan Sonia lebi
“Pak Reza.” Celine berkata dengan lembut dan anggun, “Rapat akan segera dimulai.”Setelah mendengar suara, Reza langsung menoleh. Saat dia mengangkat wajahnya, senyumannya yang tadi seketika menghilang, berubah kembali menjadi wajah yang acuh tak acuh seperti biasa, “Aku akan segera ke sana.”“Baik.” Celine mengedipkan mata, lalu berbalik dan berjalan keluar dengan langkah ringan.Reza menunduk kembali dan mengetik sesuatu di ponselnya, “Jangan lama-lama, aku rapat dulu.”“Oke.”Sonia lagi-lagi hanya menjawab satu kata. Namun, Reza melihatnya selama satu menit penuh. Setelah itu, dia baru menyimpan ponselnya dan berdiri, lalu berjalan menuju ruang rapat.Sonia meletakkan ponselnya di halaman rumput. Dia memeluk leher Bibo lagi, merasakan angin sejuk bertiup lembut di alisnya. Sudut bibir perempuan itu terangkat secara tanpa sadar.Setelah makan siang, Sonia baru meninggalkan Vila Green Garden dan kembali ke kota. Baru sampai di Imperial Garden, dia tiba-tiba menerima telepon dari Hendr
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.