“Tidak bersedia?” Reza mengerutkan keningnya.“Ber … bersedia!” Rafael segera mengangguk dengan panik.“Ingat ungkapkan perasaanmu sama dia. Kalau sampai aku tidak kedengaran, kelak kamu tidak usah menyentuh wanita lagi. Cukup fokus dalam melayani pria saja!” Tidak terdengar perubahan dari nada bicara Reza. Suaranya masih kedengaran sangat dingin.Sekujur tubuh Rafael gemetar. Dia spontan mengapit kedua pahanya. “Oke, aku akan ungkapkan perasaanku!”Reza lebih tinggi hampir satu kepala dari Rafael. Tatapan Reza masih tertuju pada diri Rafael. “Apa kamu kenal dengan wanita yang berbicara dengan Melvin?”Rafael segera menggeleng. “Tidak kenal!”“Kalau kamu ketemu dia lagi, jauhi dia. Kalau ketahuan kamu mendekatinya, aku akan beri tahu ayahmu. Nanti aku akan pesan kuburan untuk semua anggota keluargamu!”Raut wajah Rafael berubah pucat. “Pergi!”Rafael menahan rasa sakit berjalan keluar ruangan. Dia ingin segera menjauhi Reza. Sepertinya Rafael memang sudah gila, makanya dia berani menyi
Orang yang berada di samping berkata dengan takjub, “Tuan Matias dan Nona Ranty memang serasi sekali. Mereka bagai membawa cerita dongeng ke dunia nyata saja.”Orang yang lain berkata, “Siapa pengiring pengantin itu? Ganteng dan cantik sekali. Apa mereka itu artis?”“Bukan, deh? Sepertinya cowok itu putra dari Keluarga Santoso. Kalau ceweknya, aku nggak kenal!”“Cantik sekali. Mereka kelihatan sangat serasi!”Raut wajah Reza semakin muram lagi. Jason diam-diam menahan tawanya, lalu membawa Reza untuk duduk di bangku tamu.Setelah acara tukar cincin selesai dan memberi hormat kepada orang tua, Ranty dan Matias berpamitan kepada para tamu. Upacara pernikahan pun akhirnya berakhir.Matias membawa Ranty meninggalkan tempat dari pintu belakang. Mereka pergi mengambil foto di taman bunga. Resepsi pernikahan pun dimulai.Melvin menggendong Yana meninggalkan aula. Jason yang sudah menunggu dari tadi itu pergi menggendong Yana, lalu tersenyum datar. “Tuan Melvin!”Melvin berkata dengan terseny
Jantung Sintha berdetak kencang. Terlintas kisah cerita romantis para pengiring pengantin di dalam benaknya. Dalam seketika, Sintha langsung melupakan masalah merebut bunga pengantin. Hanya ada Melvin di dalam matanya.…Lantaran tidak ada yang berebut, buket bunga pun jatuh di tangan Sonia. Semua orang berkerumun bersorak sembari mengelilingi Sonia. Kamerawan segera mengarahkan kamera ke sosok Sonia yang sedang menunduk sembari tersenyum. Sonia yang memegang buket bunga terasa berbunga-bunga. Dia spontan mencari prianya di dalam kerumunan. Namun, dia tidak berhasil menemukannya karena terlalu banyak orang di sekitar.Ranty menoleh, lalu segera berjalan ke hadapan Sonia. Dia berkata dengan gembira, “Sekarang kamu sudah mengambil buket bunga. Selanjutnya, giliran kamu yang menikah!”Sonia tersenyum. “Oke!”Ranty berkata dengan tersenyum, “Aku lihat si Reza sudah datang. Kamu nggak usah temani aku lagi. Aku pergi cari dia sana!”Tatapan Sonia seketika berkilauan. “Kalau begitu, aku su
“Bagaimana dengan urusanmu di sana?”Reza mengangguk. “Sudah hampir selesai. Aku langsung kemari setelah turun dari pesawat. Untung saja keburu.”“Reza ….” Sonia membenamkan kepala ke dalam pelukan Reza, lalu berkata, “Aku merindukanmu!”Napas Reza terasa berat. Ketika mendengar Sonia merindukannya, semua amarah di hati langsung menghilang dalam sesaat.Sonia selalu saja memiliki kekuatan untuk bisa menenangkan Reza dengan ucapannya. Reza menunduk untuk mencium kening Sonia, lalu membalas, “Aku juga merindukanmu … sangat merindukanmu!”Bibir yang panas itu mencium wajah Sonia, lalu beralih ke bagian bawah. Dia sedang mencari bibir Sonia, lalu menciumnya dengan hasrat mendalam.Sonia dipaksa untuk mengangkat kepalanya, lalu bersandar di dinding. Dia juga membalas ciuman hangat Reza.Langit mulai menggelap. Cahaya lampu di istana malah mulai terang. Suasana di taman bunga semakin ramai lagi.Di bawah bayangan istana, keduanya berciuman lama, seolah-olah segala hal di dunia ini tidak ada
Aska tidak bersikap selembut biasanya. Dia malah menunjukkan wajah serius. “Tidak usah. Kamu cukup perlakukan Sonia dengan baik saja. Jangan abaikan dia lagi. Semuanya lebih penting daripada kunjunganmu.”Reza tertegun sejenak. Dalam sesaat, dia tidak kepikiran kapan dia telah menelantarkan Sonia. Jemmy berkata di samping, “Dasar tua bangka! Cucu menantuku sudah menyuguhkan teh buat kamu, kamu malah tidak mengambilnya! Sok sekali!”Aska memelototinya. “Gimana kalau kamu minum sendiri?”Tommy pun berdiri. “Kalau Reza sudah melakukan kesalahan, aku wakili dia untuk minta maaf sama Pak Aska. Bagaimana kalau aku bersulang denganmu?”Sonia langsung berjalan ke hadapan Aska dan menarik-narik ujung lengan pakaiannya. “Pak Guru!”Aska berkata dengan datar, “Kakekmu memang tidak tinggal di Kota Jembara, tapi aku tinggal di sini. Meski aku sudah tua, tapi kami tetap akan membelamu. Kalau ada yang membuatmu sedih, aku pasti tidak akan mengampuninya!”Selama ini Reza selalu berada di posisi atas.
Ketika Yahya melihat wajah tampan dan sikap sopan Melvin, dia semakin menyukai sosok anak muda ini. “Melvin, sudah lama kita tidak berjumpa. Kalau ada waktu, kamu main ke rumah.”“Baik!” Melvin tersenyum tipis.Martin menyadari Melvin sudah lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia juga merasa gembira. Baru saja dia hendak berbicara, terdengar suara panggilan, “Tuan Melvin!”Usai mendengar, Melvin membalikkan kepalanya. Ketika melihat sosok Rafael, senyuman di wajahnya memudar dalam seketika. Dia mengira Rafael datang untuk minta maaf. Jadi, Melvin bertanya dengan suara dingin, “Ada masalah apa?”Rafael telah mengganti pakaiannya. Hanya saja, tetap terlihat bekas memar di wajahnya dan juga dua buah gigi yang ompong itu. Dia menatap Melvin dengan emosi. Dia tidak berani berbicara, tetapi dia juga tidak berani untuk tidak berbicara.Ancaman Reza masih terngiang-ngiang di telinga Rafael. Jika dia tidak melakukan sesuai dengan perintah Reza, seluruh keluarganya Rafael akan terkena imbasnya.Sa
Rafael sudah mempersiapkan dirinya untuk dipukul. Meski ditumbuk dua kali, dia juga hanya berani memeluk kepala dengan kedua tangannya saja. “Tuan Melvin, aku bersalah. Aku benar-benar bersalah. Aku tidak berani lagi. Mohon ampuni aku kali ini. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu sebagai bosku!”Sebelumnya Rafael juga sudah memikirkannya. Jika dia menyinggung Reza, seluruh anggota keluarganya akan terkena imbasnya. Jika dia menyinggung Melvin, paling-paling dia hanya akan dipukul saja!Melvin sungguh gusar. Dia langsung menendang Rafael. “Awas! Jangan sampai aku melihatmu lagi!”Rafael dipukul hingga kepalanya kliyengan. Saat Melvin sedang menghela napas, dia pun langsung melarikan diri.Melvin bersandar di dinding, lalu mengeluarkan sebatang rokok untuk menyalakannya. Dia mengisap rokok dengan kuat. Saat kepikiran sesuatu, ujung bibirnya langsung melengkung ke atas.Melvin tidak peduli dengan pandangan orang di sekitar. Dia hanya ingin memancing emosi Reza saja!…Setelah Melvin perg
Begitu Celine tamat kuliah, dia langsung bekerja di Herdian Group. Padahal dia sudah bekerja di sisi Reza dalam waktu lama, Reza malah berhasil direbut oleh putri yang dicampakkan Keluarga Dikara!Sonia memang pintar dalam menggoda pria!Celine menggenggam tangannya dengan geram. Tatapannya terus tertuju pada ciuman panas mereka berdua. Tidak lama kemudian, Sonia mendorong Reza. Setelah mereka berdua saling bergandengan meninggalkan tempat, Celine baru berjalan keluar pot bunga. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian kembali memasuki aula.Setelah kembali ke dalam aula, Sutini segera menyapa, “Celine, ayo kemari!”Sutini sengaja mengosongkan satu tempat untuk Celine. Celine dengan patuh duduk di sampingnya. Tangannya pun digenggam oleh Sutini. “Kenapa kamu kelihatan agak pucat? Apa cuaca di luar sana dingin?”Celine menarik ujung bibirnya. “Aku nggak kenapa-napa!”“Celine memang tidak tahan dingin. Dia akan pucat kalau kedinginan.” Aminah menuangkan teh hangat untuk Celine. “Minum teh
Begitu Celine tamat kuliah, dia langsung bekerja di Herdian Group. Padahal dia sudah bekerja di sisi Reza dalam waktu lama, Reza malah berhasil direbut oleh putri yang dicampakkan Keluarga Dikara!Sonia memang pintar dalam menggoda pria!Celine menggenggam tangannya dengan geram. Tatapannya terus tertuju pada ciuman panas mereka berdua. Tidak lama kemudian, Sonia mendorong Reza. Setelah mereka berdua saling bergandengan meninggalkan tempat, Celine baru berjalan keluar pot bunga. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian kembali memasuki aula.Setelah kembali ke dalam aula, Sutini segera menyapa, “Celine, ayo kemari!”Sutini sengaja mengosongkan satu tempat untuk Celine. Celine dengan patuh duduk di sampingnya. Tangannya pun digenggam oleh Sutini. “Kenapa kamu kelihatan agak pucat? Apa cuaca di luar sana dingin?”Celine menarik ujung bibirnya. “Aku nggak kenapa-napa!”“Celine memang tidak tahan dingin. Dia akan pucat kalau kedinginan.” Aminah menuangkan teh hangat untuk Celine. “Minum teh
Rafael sudah mempersiapkan dirinya untuk dipukul. Meski ditumbuk dua kali, dia juga hanya berani memeluk kepala dengan kedua tangannya saja. “Tuan Melvin, aku bersalah. Aku benar-benar bersalah. Aku tidak berani lagi. Mohon ampuni aku kali ini. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu sebagai bosku!”Sebelumnya Rafael juga sudah memikirkannya. Jika dia menyinggung Reza, seluruh anggota keluarganya akan terkena imbasnya. Jika dia menyinggung Melvin, paling-paling dia hanya akan dipukul saja!Melvin sungguh gusar. Dia langsung menendang Rafael. “Awas! Jangan sampai aku melihatmu lagi!”Rafael dipukul hingga kepalanya kliyengan. Saat Melvin sedang menghela napas, dia pun langsung melarikan diri.Melvin bersandar di dinding, lalu mengeluarkan sebatang rokok untuk menyalakannya. Dia mengisap rokok dengan kuat. Saat kepikiran sesuatu, ujung bibirnya langsung melengkung ke atas.Melvin tidak peduli dengan pandangan orang di sekitar. Dia hanya ingin memancing emosi Reza saja!…Setelah Melvin perg
Ketika Yahya melihat wajah tampan dan sikap sopan Melvin, dia semakin menyukai sosok anak muda ini. “Melvin, sudah lama kita tidak berjumpa. Kalau ada waktu, kamu main ke rumah.”“Baik!” Melvin tersenyum tipis.Martin menyadari Melvin sudah lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia juga merasa gembira. Baru saja dia hendak berbicara, terdengar suara panggilan, “Tuan Melvin!”Usai mendengar, Melvin membalikkan kepalanya. Ketika melihat sosok Rafael, senyuman di wajahnya memudar dalam seketika. Dia mengira Rafael datang untuk minta maaf. Jadi, Melvin bertanya dengan suara dingin, “Ada masalah apa?”Rafael telah mengganti pakaiannya. Hanya saja, tetap terlihat bekas memar di wajahnya dan juga dua buah gigi yang ompong itu. Dia menatap Melvin dengan emosi. Dia tidak berani berbicara, tetapi dia juga tidak berani untuk tidak berbicara.Ancaman Reza masih terngiang-ngiang di telinga Rafael. Jika dia tidak melakukan sesuai dengan perintah Reza, seluruh keluarganya Rafael akan terkena imbasnya.Sa
Aska tidak bersikap selembut biasanya. Dia malah menunjukkan wajah serius. “Tidak usah. Kamu cukup perlakukan Sonia dengan baik saja. Jangan abaikan dia lagi. Semuanya lebih penting daripada kunjunganmu.”Reza tertegun sejenak. Dalam sesaat, dia tidak kepikiran kapan dia telah menelantarkan Sonia. Jemmy berkata di samping, “Dasar tua bangka! Cucu menantuku sudah menyuguhkan teh buat kamu, kamu malah tidak mengambilnya! Sok sekali!”Aska memelototinya. “Gimana kalau kamu minum sendiri?”Tommy pun berdiri. “Kalau Reza sudah melakukan kesalahan, aku wakili dia untuk minta maaf sama Pak Aska. Bagaimana kalau aku bersulang denganmu?”Sonia langsung berjalan ke hadapan Aska dan menarik-narik ujung lengan pakaiannya. “Pak Guru!”Aska berkata dengan datar, “Kakekmu memang tidak tinggal di Kota Jembara, tapi aku tinggal di sini. Meski aku sudah tua, tapi kami tetap akan membelamu. Kalau ada yang membuatmu sedih, aku pasti tidak akan mengampuninya!”Selama ini Reza selalu berada di posisi atas.
“Bagaimana dengan urusanmu di sana?”Reza mengangguk. “Sudah hampir selesai. Aku langsung kemari setelah turun dari pesawat. Untung saja keburu.”“Reza ….” Sonia membenamkan kepala ke dalam pelukan Reza, lalu berkata, “Aku merindukanmu!”Napas Reza terasa berat. Ketika mendengar Sonia merindukannya, semua amarah di hati langsung menghilang dalam sesaat.Sonia selalu saja memiliki kekuatan untuk bisa menenangkan Reza dengan ucapannya. Reza menunduk untuk mencium kening Sonia, lalu membalas, “Aku juga merindukanmu … sangat merindukanmu!”Bibir yang panas itu mencium wajah Sonia, lalu beralih ke bagian bawah. Dia sedang mencari bibir Sonia, lalu menciumnya dengan hasrat mendalam.Sonia dipaksa untuk mengangkat kepalanya, lalu bersandar di dinding. Dia juga membalas ciuman hangat Reza.Langit mulai menggelap. Cahaya lampu di istana malah mulai terang. Suasana di taman bunga semakin ramai lagi.Di bawah bayangan istana, keduanya berciuman lama, seolah-olah segala hal di dunia ini tidak ada
Jantung Sintha berdetak kencang. Terlintas kisah cerita romantis para pengiring pengantin di dalam benaknya. Dalam seketika, Sintha langsung melupakan masalah merebut bunga pengantin. Hanya ada Melvin di dalam matanya.…Lantaran tidak ada yang berebut, buket bunga pun jatuh di tangan Sonia. Semua orang berkerumun bersorak sembari mengelilingi Sonia. Kamerawan segera mengarahkan kamera ke sosok Sonia yang sedang menunduk sembari tersenyum. Sonia yang memegang buket bunga terasa berbunga-bunga. Dia spontan mencari prianya di dalam kerumunan. Namun, dia tidak berhasil menemukannya karena terlalu banyak orang di sekitar.Ranty menoleh, lalu segera berjalan ke hadapan Sonia. Dia berkata dengan gembira, “Sekarang kamu sudah mengambil buket bunga. Selanjutnya, giliran kamu yang menikah!”Sonia tersenyum. “Oke!”Ranty berkata dengan tersenyum, “Aku lihat si Reza sudah datang. Kamu nggak usah temani aku lagi. Aku pergi cari dia sana!”Tatapan Sonia seketika berkilauan. “Kalau begitu, aku su
Orang yang berada di samping berkata dengan takjub, “Tuan Matias dan Nona Ranty memang serasi sekali. Mereka bagai membawa cerita dongeng ke dunia nyata saja.”Orang yang lain berkata, “Siapa pengiring pengantin itu? Ganteng dan cantik sekali. Apa mereka itu artis?”“Bukan, deh? Sepertinya cowok itu putra dari Keluarga Santoso. Kalau ceweknya, aku nggak kenal!”“Cantik sekali. Mereka kelihatan sangat serasi!”Raut wajah Reza semakin muram lagi. Jason diam-diam menahan tawanya, lalu membawa Reza untuk duduk di bangku tamu.Setelah acara tukar cincin selesai dan memberi hormat kepada orang tua, Ranty dan Matias berpamitan kepada para tamu. Upacara pernikahan pun akhirnya berakhir.Matias membawa Ranty meninggalkan tempat dari pintu belakang. Mereka pergi mengambil foto di taman bunga. Resepsi pernikahan pun dimulai.Melvin menggendong Yana meninggalkan aula. Jason yang sudah menunggu dari tadi itu pergi menggendong Yana, lalu tersenyum datar. “Tuan Melvin!”Melvin berkata dengan terseny
“Tidak bersedia?” Reza mengerutkan keningnya.“Ber … bersedia!” Rafael segera mengangguk dengan panik.“Ingat ungkapkan perasaanmu sama dia. Kalau sampai aku tidak kedengaran, kelak kamu tidak usah menyentuh wanita lagi. Cukup fokus dalam melayani pria saja!” Tidak terdengar perubahan dari nada bicara Reza. Suaranya masih kedengaran sangat dingin.Sekujur tubuh Rafael gemetar. Dia spontan mengapit kedua pahanya. “Oke, aku akan ungkapkan perasaanku!”Reza lebih tinggi hampir satu kepala dari Rafael. Tatapan Reza masih tertuju pada diri Rafael. “Apa kamu kenal dengan wanita yang berbicara dengan Melvin?”Rafael segera menggeleng. “Tidak kenal!”“Kalau kamu ketemu dia lagi, jauhi dia. Kalau ketahuan kamu mendekatinya, aku akan beri tahu ayahmu. Nanti aku akan pesan kuburan untuk semua anggota keluargamu!”Raut wajah Rafael berubah pucat. “Pergi!”Rafael menahan rasa sakit berjalan keluar ruangan. Dia ingin segera menjauhi Reza. Sepertinya Rafael memang sudah gila, makanya dia berani menyi
Rafael tidak berani duduk. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu membuka rekaman suara untuk Reza.Tidak lama kemudian, terdengar suara Melvin di dalam ruangan yang hening ini.“Biarkan aku peluk sebentar!”“Sudah selama ini, apa kamu tidak merindukanku?”“Aku bahkan sudah kurus karena terus memikirkanmu!”“Kali ini, aku tidak pergi lagi!”“Maksud ayahku, kalau aku bisa menemukan kekasih, dia setuju agar aku tidak usah ke sana lagi!”“Semuanya gampang bagi aku. Aku cukup perkenalkan kamu ke ayahku!”Semua itu adalah suara Melvin. Suaranya terdengar riang dan penuh kasmaran. Dia mengangkat-angkat alisnya dengan serius. Meskipun hanya dari suara saja, dia juga bisa merasakan betapa cintanya Melvin terhadap wanita itu.Reza menurunkan kelopak matanya. Aura yang dipancarkan tubuhnya semakin dingin, bahkan terasa aura membunuh juga.Rafael menatap raut wajah pria itu, lalu berkata dengan penuh hati-hati, “Kemudian, Melvin memukulku. Setelah aku jatuh pingsan, aku pun tidak tahu apa yang terjadi