Rafael tidak berani duduk. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu membuka rekaman suara untuk Reza.Tidak lama kemudian, terdengar suara Melvin di dalam ruangan yang hening ini.âBiarkan aku peluk sebentar!ââSudah selama ini, apa kamu tidak merindukanku?ââAku bahkan sudah kurus karena terus memikirkanmu!ââKali ini, aku tidak pergi lagi!ââMaksud ayahku, kalau aku bisa menemukan kekasih, dia setuju agar aku tidak usah ke sana lagi!ââSemuanya gampang bagi aku. Aku cukup perkenalkan kamu ke ayahku!âSemua itu adalah suara Melvin. Suaranya terdengar riang dan penuh kasmaran. Dia mengangkat-angkat alisnya dengan serius. Meskipun hanya dari suara saja, dia juga bisa merasakan betapa cintanya Melvin terhadap wanita itu.Reza menurunkan kelopak matanya. Aura yang dipancarkan tubuhnya semakin dingin, bahkan terasa aura membunuh juga.Rafael menatap raut wajah pria itu, lalu berkata dengan penuh hati-hati, âKemudian, Melvin memukulku. Setelah aku jatuh pingsan, aku pun tidak tahu apa yang terjadi
âTidak bersedia?â Reza mengerutkan keningnya.âBer âĶ bersedia!â Rafael segera mengangguk dengan panik.âIngat ungkapkan perasaanmu sama dia. Kalau sampai aku tidak kedengaran, kelak kamu tidak usah menyentuh wanita lagi. Cukup fokus dalam melayani pria saja!â Tidak terdengar perubahan dari nada bicara Reza. Suaranya masih kedengaran sangat dingin.Sekujur tubuh Rafael gemetar. Dia spontan mengapit kedua pahanya. âOke, aku akan ungkapkan perasaanku!âReza lebih tinggi hampir satu kepala dari Rafael. Tatapan Reza masih tertuju pada diri Rafael. âApa kamu kenal dengan wanita yang berbicara dengan Melvin?âRafael segera menggeleng. âTidak kenal!ââKalau kamu ketemu dia lagi, jauhi dia. Kalau ketahuan kamu mendekatinya, aku akan beri tahu ayahmu. Nanti aku akan pesan kuburan untuk semua anggota keluargamu!âRaut wajah Rafael berubah pucat. âPergi!âRafael menahan rasa sakit berjalan keluar ruangan. Dia ingin segera menjauhi Reza. Sepertinya Rafael memang sudah gila, makanya dia berani menyi
Orang yang berada di samping berkata dengan takjub, âTuan Matias dan Nona Ranty memang serasi sekali. Mereka bagai membawa cerita dongeng ke dunia nyata saja.âOrang yang lain berkata, âSiapa pengiring pengantin itu? Ganteng dan cantik sekali. Apa mereka itu artis?ââBukan, deh? Sepertinya cowok itu putra dari Keluarga Santoso. Kalau ceweknya, aku nggak kenal!ââCantik sekali. Mereka kelihatan sangat serasi!âRaut wajah Reza semakin muram lagi. Jason diam-diam menahan tawanya, lalu membawa Reza untuk duduk di bangku tamu.Setelah acara tukar cincin selesai dan memberi hormat kepada orang tua, Ranty dan Matias berpamitan kepada para tamu. Upacara pernikahan pun akhirnya berakhir.Matias membawa Ranty meninggalkan tempat dari pintu belakang. Mereka pergi mengambil foto di taman bunga. Resepsi pernikahan pun dimulai.Melvin menggendong Yana meninggalkan aula. Jason yang sudah menunggu dari tadi itu pergi menggendong Yana, lalu tersenyum datar. âTuan Melvin!âMelvin berkata dengan terseny
Jantung Sintha berdetak kencang. Terlintas kisah cerita romantis para pengiring pengantin di dalam benaknya. Dalam seketika, Sintha langsung melupakan masalah merebut bunga pengantin. Hanya ada Melvin di dalam matanya.âĶLantaran tidak ada yang berebut, buket bunga pun jatuh di tangan Sonia. Semua orang berkerumun bersorak sembari mengelilingi Sonia. Kamerawan segera mengarahkan kamera ke sosok Sonia yang sedang menunduk sembari tersenyum. Sonia yang memegang buket bunga terasa berbunga-bunga. Dia spontan mencari prianya di dalam kerumunan. Namun, dia tidak berhasil menemukannya karena terlalu banyak orang di sekitar.Ranty menoleh, lalu segera berjalan ke hadapan Sonia. Dia berkata dengan gembira, âSekarang kamu sudah mengambil buket bunga. Selanjutnya, giliran kamu yang menikah!âSonia tersenyum. âOke!âRanty berkata dengan tersenyum, âAku lihat si Reza sudah datang. Kamu nggak usah temani aku lagi. Aku pergi cari dia sana!âTatapan Sonia seketika berkilauan. âKalau begitu, aku su
âBagaimana dengan urusanmu di sana?âReza mengangguk. âSudah hampir selesai. Aku langsung kemari setelah turun dari pesawat. Untung saja keburu.ââReza âĶ.â Sonia membenamkan kepala ke dalam pelukan Reza, lalu berkata, âAku merindukanmu!âNapas Reza terasa berat. Ketika mendengar Sonia merindukannya, semua amarah di hati langsung menghilang dalam sesaat.Sonia selalu saja memiliki kekuatan untuk bisa menenangkan Reza dengan ucapannya. Reza menunduk untuk mencium kening Sonia, lalu membalas, âAku juga merindukanmu âĶ sangat merindukanmu!âBibir yang panas itu mencium wajah Sonia, lalu beralih ke bagian bawah. Dia sedang mencari bibir Sonia, lalu menciumnya dengan hasrat mendalam.Sonia dipaksa untuk mengangkat kepalanya, lalu bersandar di dinding. Dia juga membalas ciuman hangat Reza.Langit mulai menggelap. Cahaya lampu di istana malah mulai terang. Suasana di taman bunga semakin ramai lagi.Di bawah bayangan istana, keduanya berciuman lama, seolah-olah segala hal di dunia ini tidak ada
Aska tidak bersikap selembut biasanya. Dia malah menunjukkan wajah serius. âTidak usah. Kamu cukup perlakukan Sonia dengan baik saja. Jangan abaikan dia lagi. Semuanya lebih penting daripada kunjunganmu.âReza tertegun sejenak. Dalam sesaat, dia tidak kepikiran kapan dia telah menelantarkan Sonia. Jemmy berkata di samping, âDasar tua bangka! Cucu menantuku sudah menyuguhkan teh buat kamu, kamu malah tidak mengambilnya! Sok sekali!âAska memelototinya. âGimana kalau kamu minum sendiri?âTommy pun berdiri. âKalau Reza sudah melakukan kesalahan, aku wakili dia untuk minta maaf sama Pak Aska. Bagaimana kalau aku bersulang denganmu?âSonia langsung berjalan ke hadapan Aska dan menarik-narik ujung lengan pakaiannya. âPak Guru!âAska berkata dengan datar, âKakekmu memang tidak tinggal di Kota Jembara, tapi aku tinggal di sini. Meski aku sudah tua, tapi kami tetap akan membelamu. Kalau ada yang membuatmu sedih, aku pasti tidak akan mengampuninya!âSelama ini Reza selalu berada di posisi atas.
Ketika Yahya melihat wajah tampan dan sikap sopan Melvin, dia semakin menyukai sosok anak muda ini. âMelvin, sudah lama kita tidak berjumpa. Kalau ada waktu, kamu main ke rumah.ââBaik!â Melvin tersenyum tipis.Martin menyadari Melvin sudah lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia juga merasa gembira. Baru saja dia hendak berbicara, terdengar suara panggilan, âTuan Melvin!âUsai mendengar, Melvin membalikkan kepalanya. Ketika melihat sosok Rafael, senyuman di wajahnya memudar dalam seketika. Dia mengira Rafael datang untuk minta maaf. Jadi, Melvin bertanya dengan suara dingin, âAda masalah apa?âRafael telah mengganti pakaiannya. Hanya saja, tetap terlihat bekas memar di wajahnya dan juga dua buah gigi yang ompong itu. Dia menatap Melvin dengan emosi. Dia tidak berani berbicara, tetapi dia juga tidak berani untuk tidak berbicara.Ancaman Reza masih terngiang-ngiang di telinga Rafael. Jika dia tidak melakukan sesuai dengan perintah Reza, seluruh keluarganya Rafael akan terkena imbasnya.Sa
Rafael sudah mempersiapkan dirinya untuk dipukul. Meski ditumbuk dua kali, dia juga hanya berani memeluk kepala dengan kedua tangannya saja. âTuan Melvin, aku bersalah. Aku benar-benar bersalah. Aku tidak berani lagi. Mohon ampuni aku kali ini. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu sebagai bosku!âSebelumnya Rafael juga sudah memikirkannya. Jika dia menyinggung Reza, seluruh anggota keluarganya akan terkena imbasnya. Jika dia menyinggung Melvin, paling-paling dia hanya akan dipukul saja!Melvin sungguh gusar. Dia langsung menendang Rafael. âAwas! Jangan sampai aku melihatmu lagi!âRafael dipukul hingga kepalanya kliyengan. Saat Melvin sedang menghela napas, dia pun langsung melarikan diri.Melvin bersandar di dinding, lalu mengeluarkan sebatang rokok untuk menyalakannya. Dia mengisap rokok dengan kuat. Saat kepikiran sesuatu, ujung bibirnya langsung melengkung ke atas.Melvin tidak peduli dengan pandangan orang di sekitar. Dia hanya ingin memancing emosi Reza saja!âĶSetelah Melvin perg
Theresia berkata dengan nada bercanda, âKalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?âRanty berkata dengan menghela napas. âKarena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!âTheresia tersenyum. âSudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!ââSejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!âTheresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, âHanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, âAku juga nggak suka sama kamu!âMeskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. âSudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!âYana menjerit, âAyah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!âSemua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. âYana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!ââJangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!â Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. âApa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, âHallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.ââAku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,â ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. âKalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?âKebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. âAku takut kamu tidak bebas di rumah!âWajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. âBercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.âSonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.âUmur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!â ucap Reza.âEmm!â Sonia mengangguk dengan perlahan.âKebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. âSebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!âMaksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. âAku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?âSemua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. âAda apa?âRose menggenggam tangan Sonia. âSonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?âSonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. âAda masalah apa? Aku panggil dokter kemari!ââAda apa?â Aska kemari.âRose demam!â balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. âNggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.âKening Aska berkerut. âKondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?âRose tidak memili
âBukan!â Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.âTheresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!â Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. âSeharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, âkan?ââTentu saja nggak!â balas Sonia.âBaguslah kalau begitu!â Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. âKak Morgan juga belum pasti akan setuju!ââKalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!â Ranty tersenyum nakal. âTheresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!âSepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.âStella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.âUsai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. âAku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.âSonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, âAku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!âRanty mencemberutkan bibirnya. âAku tahu kamu pasti akan luluh.âSonia tersenyum tipis. âBukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. âAku baik-baik saja. Kamu pulang sana!ââNggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!â Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, âKenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?âYandi menatapnya. âTakut?ââTakut!â Tasya langsung menatap mata Yandi. âAku takut kamu akan mati!âYandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, âAku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?âTadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. âAku punya batasan!âMereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih
âBiarkan aku tetap berada di sisimu, kita bisa tetap berteman seperti dulu, tapi jangan lagi bersikap dingin dan menjauhiku! Beri kita waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Kalau kamu tetap nggak bisa menyukaiku, aku akan mundur.â Tasya mengucapkan kalimat terakhir itu dengan suara terisak-isak.Yandi tidak langsung menjawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dengan perlahan. âOke, boleh!âTasya tersenyum manis, tetapi dibaluti dengan air mata. Sosok dia saat ini menyentuh hati siapa pun yang melihatnya.Tasya tersenyum karena dirinya memiliki harapan dan juga tersenyum karena dirinya yang tidak berguna. Padahal Yandi tidak menjanjikan apa-apa, dia malah merasa gembira.Tasya buru-buru menyeka air matanya, lalu mengulurkan tangannya sembari berkata dengan sedikit canggung dan berani, âBoleh nggak aku peluk kamu?ââJa âĶ.âBelum sempat Yandi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Tasya melompat ke arahnya dan memeluknya erat, menempelkan tubuh mungilnya ke dada pria
Kening Yandi berkerut. âAku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!ââTapi, aku peduli!â Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, âSemalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!âYandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, âTasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!âTasya tidak mengambil