Reza duduk di samping ranjang. Dia menatap Sonia sejenak, lalu mengecup bibir Sonia.Sonia membuka matanya dengan perlahan. Penampilan lugunya membuat Reza tidak bisa menahan dirinya lagi. Alhasil kecupan yang diberikan semakin kuat lagi.Sonia mengulurkan tangannya untuk merangkul pundak Reza. Dia mengangkat kepalanya untuk membalas kecupan.Tak lama kemudian, Reza menghentikan ciuman, dan bertanya dengan lembut, “Sudah lapar belum? Aku bawa kamu makan, yuk?”Sonia menempelkan kepalanya di lengan Reza, lalu membalas dengan lembut, “Emm.”Reza menatap sosok manja Sonia, dia pun spontan tersenyum dan mencium kening Sonia. Dia lalu pergi mencari pakaian untuk Sonia.Setelah berdiri di depan lemari, Reza memilih sepotong terusan berwarna hijau muda. Dia merasa Sonia pasti akan terlihat elegan dan cantik ketika mengenakannya.Sonia tidak merias wajahnya. Dia hanya menyanggul rambutnya dan langsung mengganti pakaiannya.Mereka makan siang di hotel seberang. Rendi dan Vivian sudah menunggu d
Selesai makan, mereka pun kembali ke vila. Reza berkata, “Nanti sore Maxwell sudah tiba. Jadi aku nggak bisa temani kamu untuk pulang bersama. Aku akan suruh Robi untuk antar kamu pulang.”Sonia menunjukkan ekspresi sedih. “Tadi pagi aku baru saja telepon Kakek. Katanya dia nggak lagi di Atria, dia baru saja pulang kampung. Jadi aku juga nggak bisa pulang.”Reza merasa agak terkejut. “Jauh, nggak? Kalau kamu ingin pergi, aku bisa suruh Robi untuk antar kamu.”“Jauh banget, jadi aku nggak usah ke sana. Aku sudah janjian sama Kakek, aku akan mengunjunginya sebelum buka sekolah nanti”Reza menggendong pinggang Sonia dan mendudukkannya di atas meja. “Kejutannya gagal. Apa kamu merasa kecewa?”Sonia menggeleng. “Aku suka sama tempat ini. Anggap saja aku sedang liburan.”“Kalau begitu, nanti sore aku akan sempatkan diri untuk jalan-jalan sama kamu.” Reza mengelus wajah Sonia.“Kamu sibuk saja sana. Tadi Vivian chat aku, katanya dia mau ajak aku jalan-jalan. Aku pergi bareng dia saja.” Sonia
Mellisa menerima hadiah, lalu membukanya. Ternyata di dalamnya adalah permata berkualitas bagus. Dia sangat menyukainya, kemudian berterima kasih terhadap Vivian.Tatapan Sonia seketika tertuju pada Reza. Reza langsung menggandeng tangannya, berusaha untuk menenangkannya.Makan malam sudah disediakan. Semua orang pun berjalan ke ruang makan, dan mulai menyantap hidangan lezat.Berhubung istrinya Maxwell berasal dari Atria, dia pun mahir dalam bahas lokal maupun asing. Jadi Mellisa tidak kesulitan dalam berkomunikasi.Maxwell juga membawa seorang pengurus yang berambut coklat. Raut wajahnya terlihat serius, dia sedang sibuk mencatat perbincangan mereka semua.Mellisa duduk di samping Maxwell. Dia terlihat sangat manja, tidak seperti wanita yang berusia 35 tahun pada umumnya. Selain itu, dia juga sangat jago minum. Dia bisa tahu tahun dan merek semua anggur yang diminumnya.Sering kali Maxwell akan berbisik-bisik dengan Mellisa. Hubungan mereka berdua sangatlah bagus.Rendi menyuruh Vivi
Pada jam sepuluh malam, perjamuan akhirnya sudah selesai. Mellisa pun merasa lelah lantaran sudah naik pesawat dan mobil seharian, dia pun langsung kembali ke kamar setelah makan malam. Setelah kembali ke vila, Sonia masih galau dengan ucapan Vivian tadi.Reza memeluk Sonia, lalu mengecup lehernya. Berhubung sudah minum banyak alkohol, suara Reza pun terdengar agak serak, “Lagi mikirin apa?”Sonia menarik pakaian di depan dada Reza, lalu menundukkan kepalanya dan berkata, “Kenapa kamu nggak kasih tahu aku kalau Pak Maxwell dan istrinya datang ke sini? Setidaknya aku bisa persiapkan hadiah.”Entah Sonia sudah berpikir kebanyakan atau tidak, hanya saja dia merasa Rendi berusaha untuk mencari muka di depan Maxwell.Nada bicara Reza semakin lembut lagi, tapi dia tidak bisa menyembunyikan rasa arogan di dirinya. “Maxwell mengendalikan teknik, sedangkan aku menguasai pasar di dalam negeri. Kerja sama di antara kami berdua itu saling menguntungkan. Jadi aku nggak perlu cari muka!”“Tapi ….”
Vivian melihat Sonia kembali dengan memegang kotak krimer, dia pun berkata, “Sonia suka banget makan yang manis-manis. Tapi Pak Reza khawatir dengan kesehatan Sonia, makanya dia nggak boleh sering makan yang manis-manis. Eh … hari ini Sonia malah nggak bisa menahan diri.”Mellisa melihat Sonia dengan tatapan berkilauan. “Hubungan Pak Reza dan Sonia bagus sekali, ya.”Sonia tersenyum tipis. “Dia terlalu bossy.”Vivian langsung tertawa. “Sonia, jujur saja sebenarnya aku cemburu banget sama kamu. Aku saja berharap pasanganku bisa bersikap bossy sama aku.”Setelah mendengar ucapan ini, mereka bertiga pun langsung tersenyum.…Malam harinya setelah mandi, Reza mengoles krim sunscreen di tubuh Sonia. Sonia tiba-tiba berkata, “Rendi ajak Pak Maxwell dan Bu Mellisa pergi menonton musik. Kamu seharusnya ikut mereka.”Sonia ragu apakah dia seharusnya memberi tahu Reza mengenai masalah yang dilihatnya tadi siang atau tidak?Hanya saja Sonia tidak dapat mendengar isi dari percakapan mereka. Sonia
Mellisa membalas dengan terkejut, “Benarkah?”Vivian mengangguk dengan tersenyum.“Kalau begitu, ayo kita pergi lihat!” Mellisa menoleh untuk permisi dengan Maxwell, kemudian dia baru pergi bersama Vivian.Setelah mereka berdua pergi, seorang wanita berpakaian terusan merah berjalan kemari. Dia menyuguhkan teh sambil menyapa, “Pak Rendi, Pak Maxwell!”Rendi segera berdiri dan memperkenalkannya kepada Maxwell, “Dia Nona Jocey, orang yang memainkan musik tadi.”Maxwell sungguh terkejut. “Nona Jocey memang sangat hebat!”Jocey tersenyum dengan lembut. “Sebuah kehormatan bagiku bisa memainkan musik untuk Pak Maxwell.”Jocey langsung duduk di samping Maxwell. “Pak Maxwell ingin dengar musik apa lagi? Aku bisa nyanyi langsung di sini.”Rendi berkata dengan tersenyum, “Aku pergi telepon dulu. Jocey, kamu bantu aku layani Pak Maxwell, ya.”Jocey tersenyum manis. “Pak Maxwell adalah tamu VIP. Tenang saja.”Kemudian Rendi berpamitan dengan Maxwell, baru meninggalkan ruangan.Di dalam ruangan yan
Keesokan paginya. Saat Sonia sudah terbangun dari tidur lelapnya, langit pun sudah terang. Cahaya matahari memancar di atas wajahnya.Reza duduk di samping ranjang sambil menatap Sonia dengan tatapan lembut. “Sudah bangun, ya?”Sonia mendekatkan dirinya, lalu menyandarkan kepalanya di atas paha Reza. Dia sangat malas sekarang.Reza mengulurkan tangannya mengusap kepala Sonia. “Apa aktivitasmu selama dua hari ini?”Sonia melebarkan sedikit matanya, lalu memberi tahu ke mana-mana saja dirinya selama dua hari ini. Dia juga sudah mengunjungi istana di dalam hutan itu, isi dari istana itu mirip dengan yang dia bayangkan.Saat Sonia masih kecil, dia masih ingat ada seorang tetangganya menceritakan buku cerita untuknya, dimulai dari Cinderella, Snow White, Little Mermaid …. Pada akhirnya mereka semua tinggal di dalam istana, dan hidup bahagia dengan sang Pangeran.Pada saat berjalan mendekati istana, Sonia seolah-olah bisa merasakan kehangatan di masa kecil dulu.Reza bertanya, “Apa kamu per
Vivian menggandeng lengan Rendi sambil melambaikan tangan. Saat kedua kapal saling berpapasan, Sonia melihat sepertinya ada kalung permata merah di atas leher Vivian.Selesai makan, Sonia dan Reza pulang untuk tidur siang sejenak. Sore harinya mereka berdua ke tepi danau untuk memancing. Saat matahari hampir terbenam, pelayan pun datang untuk bertanya kepada Reza mengenai lokasi pesta nanti malam.Akhirnya malam pun sudah tiba. Mereka semua sedang berkumpul untuk makan malam bersama. Di atas meja persegi panjang terdapat kain meja yang berwarna putih. Selain itu, terdapat juga lampu meja berwarna perak, peralatan makan yang berwarna emas, dan juga hidangan yang lezat. Alhasil membuat orang-orang merasa sangat santai.Matahari sudah terbenam. Lampu-lampu di sekitar mulai terang. Bahkan, tercium aroma wangi daging panggang dari kejauhan.Setelah berinteraksi selama beberapa hari ini, mereka semua sudah semakin akrab lagi. Mereka tidak lagi merasa sungkan, alhasil suasana pun terasa sang
Dua orang pria di belakang menatap Sonia lekat-lekat. Si pria berkulit putih menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya. Dia masih belum melepaskan tangannya, malah mengelus leher Sonia. “Cewek cantik, kamu tidak usah bayar ongkos perjalananmu. Kamu cukup temani kami saja, ya?”Nada bicara Sonia sangat dingin. “Aku ulangi sekali lagi. Lepaskan tanganmu!”Si pria berkulit putih mengeluarkan raut wajah licik. Tiba-tiba muncul sebatang jarum di telapak tangannya. Dia langsung menusukkan jarum ke pundak Sonia.Saat jarum tajam itu hampir mengenai kulit Sonia. Tiba-tiba Sonia membalikkan tubuhnya, kemudian meraih pergelangan tangan si pria. Si pria spontan merasa kaget. Tetiba terdengar suara keretekan keras. Disusul, pergelangan tangan pria itu langsung patah. Dia ditarik Sonia, lalu dibuang ke luar mobil.“Ahh!” jerit si pria berkulit putih. Dia jatuh menghantam jalan raya, lalu bergulir beberapa kali.Ekspresi mereka berdua langsung berubah. Pengemudi menginjak rem dengan kuat, menyebabkan
Sonia menopang dagu dengan satu tangannya. “Kakek takut aku kedinginan. Dia buka penghangat di dalam rumah. Jadi, aku kepanasan, lebih enakan di luar.”Mereka berbincang-bincang sejenak. Sonia memberi tahu Reza bahwa Jemmy mencarinya. Dia pun mengakhiri panggilan.Reza mengesampingkan ponselnya untuk pergi membasuh tubuh. Saat melepaskan pakaiannya, dia mengambil ponselnya untuk melihat cuaca di Kota Atria. Sekarang memang sedang hujan. Reza pun tersenyum, lalu menutup layar ponselnya. Dia berjalan ke dalam kamar mandi.Keesokan harinya.Saat Sonia berjalan keluar bandara Hondura, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari terik sudah menggantung di atas langit. Baru saja Sonia keluar bandara, rasa pengap pun menyerang dirinya. Perbedaan cuaca di Hondura dan Atria berbeda drastis. Sonia menurunkan topinya, lalu berjalan keluar bandara dengan perlahan. Dia berjalan ke sisi pangkalan taksi di pinggir jalan, kemudian bertanya-tanya dengan bahasa asing.Sopir melambaikan tangannya. “
“Tenang saja!” balas Sonia dengan tenang.Jemmy mengambilkan sayuran untuk Sonia. “Jangan ungkit masalah dia lagi. Meski tidak ada dia, aku juga akan melewatkan Tahun Baru dengan sangat gembira. Dia hanya perlu jaga dirinya dengan baik saja.”Sonia tidak berbicara lagi. Dia menyantap sayuran yang diambil Jemmy, lalu memuji dengan berlagak santai, “Enak! Masakan koki semakin enak saja?”“Oh, ya?” Jemmy tersenyum. “Dia tahu makanan kesukaanmu. Bisa jadi dia diam-diam belajar demi kamu!”“Kalau begitu, Kakek mesti kasih bonus yang lebih banyak buat dia!”“Baik! Baik!”Mereka berdua makan sembari mengobrol santai. Makan siang sangatlah menyenangkan.Selesai makan, Sonia menemani Jemmy untuk minum teh. Setelah itu, dia kembali ke kamar untuk membereskan barang bawaannya. Dia meletakkan tablet yang diberikan Frida di atas meja baca, lalu berpamitan dengan Jemmy.Saat keluar kamar, Indra sedang menunggu di depan pintu. Dia berpesan, “Nona, cuaca sangat dingin. Kamu mesti berpakaian lebih teba
Malam harinya, Reza melakukan panggilan video dengan Sonia.Tadi baru saja turun hujan lebat di Kota Atria. Selesai makan malam, Sonia menemani Jemmy untuk mengobrol di dekat api unggun. Saat Sonia sedang berjalan kembali ke rumah, dia pun menerima panggilan video dari Reza.Reza baru saja menyelesaikan mandinya keluar dari kamar mandi. Ketika melihat mantel yang dikenakan Sonia di dalam layar, keningnya seketika berkerut. Dia pun berkata, “Sepertinya kita tidak berada di satu dimensi saja.”Sonia tertegun sejenak, lalu memahaminya. Dia mengusap bordiran di mantelnya, kemudian berkata dengan tersenyum hangat, “Setiap tahunnya Kakek akan bikinin beberapa potong mantel buat aku. Katanya buat hangatin badan.”“Kalau begitu, tiap tahun aku juga akan buatkan mantel buat kamu!” ujar Reza.Sonia tersenyum. Saat melihat latar di belakang Reza adalah Imperial Garden, Sonia mengernyitkan keningnya. “Bukannya aku suruh kamu tinggal di Kediaman Keluarga Herdian?”“Ada aromamu di sini.” Reza tersen
Reza bertanya, “Kenapa anak perempuannya Tuan Aska tidak pulang?”Raut wajah Jemmy berubah serius. “Dia salah paham dengan Aska. Sewaktu muda dulu, dia suka dengan teman sekolahnya yang agak miskin. Aska tidak setuju, lalu bertengkar hebat dengannya.”“Kemudian, Chiara mengandung dan diam-diam melahirkan anak itu. Aska merasa marah langsung putus hubungan dengan putrinya.”“Pada akhirnya, pria yang dicintai Chiara mendapat beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Demi pendidikan dan masa depannya, pria itu memilih untuk melepaskan Chiara. Chiara merasa sangat sedih. Dia pun membawa anaknya meninggalkan Kota Jembara.” “Sekitar tiga tahun kemudian, Aska masih sangat merindukan Chiara, juga khawatir dia akan hidup menderita karena mesti membesarkan anak sendirian di luar sana. Jadi, dia mengutus orang untuk membawa Chiara pulang.”“Chiara melahirkan anak perempuan. Anak itu sangat cantik, mirip sekali dengan Chiara. Perlahan-lahan, Aska juga sudah mulai membuka simpul di hati. Dia sangat m
Sonia berkata dengan tersenyum, “Makan bersama Kelly.”Suara Reza terdengar lembut. “Di mana? Aku pergi jemput kamu!”Sonia memberi tahu alamat.Setelah panggilan diakhiri, Sonia berkata dengan tersenyum, “Yana lagi di rumahnya Jason. Aku nggak berpamitan sama dia lagi, ya. Nanti tolong kabari Yana.”Kelly berbicara dengan nada bercanda, “Dia pasti sedih banget karena kehilangan teman makan permennya.”“Tunggu kepulanganku. Aku akan beliin permen paling banyak buat dia.”Mereka berdua mengobrol beberapa saat. Reza pun menelepon mengatakan bahwa dia sudah tiba.Sonia berdiri. “Aku pamit dulu. Kamu pergi bekerja sana!”Kelly mengangguk. “Jangan sampai kehilangan kontak, ya. Aku tunggu kepulanganmu.”“Oke!”Mereka berdua berjalan keluar restoran. Reza menuruni mobil, lalu membukakan pintu untuk Sonia.Sonia berpamitan dengan Kelly, lalu berjalan ke sisi mobil.Kelly masih berdiri di tempat hingga mobil melaju pergi. Kemudian, dia baru berjalan ke dalam gedung sembari minum teh susu. Saat
Sonia tersenyum datar. “Ini bukan pertama kalinya aku menjalankan misi. Aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan!”“Setiap misi itu berbeda. Kamu juga sudah lama tidak ke sana. Intinya, kamu mesti lebih waspada!” Suara Johan terdengar sesak. Dia menarik napas dalam-dalam. “Kalau kamu butuh bantuan, kamu mesti segera beri tahu aku. Aku akan langsung ke sana!”Frida mengulurkan tangannya. “Aku harap kali ini kita bertiga ada kesempatan untuk menjalankan misi bersama. Aku doakan kamu bisa kembali dengan selamat!”Sonia dan Johan juga menempelkan tangannya di atas punggung tangan Frida. Ketiga tangan saling bergenggaman dengan erat, seperti hubungan pertemanan mereka yang tidak bisa dihancurkan!…Setelah Johan dan Frida pergi, Sonia membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi. Pakaian ganti tadi malam ditaruh di kamar mandi. Pelayan akan mencucinya.Namun, kostum yang Sonia pesan secara mendadak itu agak merepotkan. Sonia memutuskan untuk mencucinya sendiri, mengeringkannya,
Keesokan harinya, Reza dan Sonia telah janjian di saat sarapan. Reza pergi ke perusahaan untuk mengurus sedikit pekerjaan. Dia akan kembali sebelum makan siang untuk mengantar Sonia ke rumah Aska. Kemudian, dia baru mengantar mereka berdua ke bandara.Sonia memberi tahu Reza. Pagi harinya dia kembali ke Gedung Anggrek untuk membereskan barang-barangnya. Dia juga berpesan kepada Reza untuk tidak mengkhawatirkannya dan bekerja dengan tenang!Sebelum berangkat kerja, Reza memeluk Sonia. “Setelah kamu kembali nanti, kita tinggal di sini saja!”Terdapat lebih banyak kenangan kebersamaan mereka di Imperial Garden. Kali ini, Sonia tidak bisa membantah, melainkan mengangguk dengan patuh. “Oke, aku dengar apa katamu!”“Kenapa kamu sepatuh ini?” Reza mencium telinganya. “Saking patuhnya, aku jadi tidak tega untuk melepaskanmu!”Sonia memeluk Reza sejenak. “Pergi kerja sana!”“Emm!” Reza menunduk, lalu mencium keningnya. Setelah itu, Reza pun meninggalkan rumah.Sonia terbengong melihat pintu ya
Sonia menggenggam erat tangan Reza. “Malam ini kita ke Imperial Garden saja!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia melirik Sonia sekilas. “Apa kamu ingin mengenang kembali?”Sonia berlagak tenang. “Iya, sejak aku kembali, aku belum pernah ke Imperial Garden!”Reza bertanya, “Bagaimana dengan kostum yang kamu pesan?”Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia malah melupakannya!“Kamu lupa?” Reza menatap Sonia dengan tatapan tidak berdaya dan manja. “Biar aku saja?”“Nggak usah. Aku pesan sekarang!” Sonia segera mengeluarkan ponselnya. Lebih baik Sonia pesan sendiri saja. Jika Reza yang memesan pakaian itu, bisa jadi bos toko akan mengira Reza membuka toko grosir!Saat Sonia sedang membuka foto, dia pun semakin syok hingga kedua mata terbelalak lebar.Reza mengintip sekilas, lalu menunjuk salah satu foto di atas. “Yang ini!”“Nggak mau!” Sonia langsung menolak. Kostum yang dipilih Reza malah lebih kekurangan bahan daripada yang diberikan Ranty.“Bukannya kamu bilang kamu akan turuti kemauanku?