Wilona dan Sandora terdiam di tempat. Semuanya spontan melihat ke sisi Kenzo.Saat ini, Kenzo kelihatan sangat marah. Dia berkata, “Ibu, bagaimana kita memperlakukan Kelly? Apa kamu tidak tahu? Apa kita berhak untuk pergi menyalahkan Kelly? Selain itu ….”Kenzo berusaha menahan rasa sakit di hatinya. “Jason menyuruh anggota perusahaannya untuk memecatku juga karena mau memberiku sebuah peringatan. Apa kalian tidak mengerti? Kalau kalian berani cari masalah dengan Kelly lagi, bisa jadi aku tidak bisa menemukan pekerjaan di Kota Jembara. Bukan! Bisa jadi kita sekeluarga akan diusir dari Kota Jembara!”Raut wajah Kenzo berubah muram. “Aku harap kalian bisa mengerti apa maksud Jason. Pada saat itu, kemungkinan bukan hanya keluarga kita saja yang terkena imbasnya. Bisa jadi bahkan anggota keluarganya Wilona juga akan terlibat dalam masalah ini.”Kali ini, Wilona tidak bersikap seemosi tadi lagi. Dia bergumam, “Jason, kenapa dia malah melawan keluargaku?”“Dia bisa berbuat apa pun sesuai den
Kelly berjongkok. “Sudah saatnya pulang!”Jason menarik tangan Kelly, lalu berdiri. “Biarkan Yana main dulu. Ada yang mau aku katakan sama kamu.”“Emm?” Kelly mengedipkan matanya. Dia mengikuti Jason berjalan ke meja kerja di belakang.Jason menyuruh Kelly untuk duduk di bangkunya, kemudian dia mengeluarkan sebuah amplop dokumen untuk diperlihatkan kepada Kelly. Ada beberapa sertifikat rumah di dalamnya. Jason memperlihatkan satu per satu kepada Kelly.“Yang ini rumah di Imperial Garden. Di dalamnya ada banyak kenangan kita. Jadi, aku tidak mengalihkan semuanya ke kamu, melainkan menambah namamu. Sekarang rumah ini menjadi milik kita berdua.”“Kalau ini, vila di Danau Permia. Ada dua, semuanya jadi milikmu!”“Ini kartu kredit tanpa batas. Kamu bebas menggunakannya!”“Mobil ini baru aku beli. Tenang saja, tidak akan terlalu mencolok, cocok untuk kamu pakai bekerja!” Usai berbicara, Jason menatap Kelly. “Apa kamu sudah punya SIM?”Kelly menatap dokumen di hadapannya, kemudian menatap si
Tadinya Reza tidak ingin mengiakan ajakan makan Jason. Jujur saja, ini pertama kalinya Reza tidak ingin bertemu dengan Jason!Malam ini Jason mentraktir semuanya makan di restoran Hotel Sentral. Selesai Reza pulang kerja, dia pun pergi ke lokasi syuting untuk menjemput Sonia.Tidak lama setelah Reza tiba, dia baru menemukan Sonia berjalan ke sisi parkiran. Angin sore hari ini agak kencang. Sonia hanya mengenakan pakaian rajut berwarna biru yang sangat tipis dengan kerah berbentuk V. Warna biru sungguh cocok dengan Sonia, membuatnya kelihatan lebih segar saja.Sepertinya Sonia sedang memikirkan sesuatu. Dari tadi dia terus menunduk sedikit kepalanya. Angin mengembus rambut panjangnya yang terurai. Di bawah cahaya matahari senja, keindahan Sonia membuat semua orang terpana padanya.Reza menatap Sonia selama beberapa saat, baru menuruni mobil untuk berjalan menghampirinya. Saat mendengar suara, Sonia pun mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Reza. Hati Reza semakin luluh lagi. Saat ini
Reza dan Jason serempak melihat ke sisi Matias. Kemudian, Jason bertanya, “Jadi, apa yang Tuan Matias miliki?”Matias terdiam sejenak, lalu menjawab dengan tenang, “Aku akan segera melangsungkan resepsi pernikahanku!”Usai berbicara, mereka bertiga spontan terdiam. Kemudian, mereka dengan kompak langsung mengalihkan topik pembicaraan.Di dalam halaman, Ranty sedang main bersama Yana dengan seru-serunya. Sonia duduk di anak tangga sembari memegang piring berisi kue tar. Dia makan sembari memberi pakan kepada ikan-ikan di dalam ember.Ranty memalingkan kepalanya melihat ke sisi mereka berdua. “Besok aku akan pergi tes gaun pengantin. Kalian mau ikut, nggak?”Sonia membalas, “Kelly mesti kerja. Biar aku saja yang temani kamu. Kebetulan aku kosong besok pagi.”Pekerjaan di lokasi syuting sudah memasuki tahap akhir. Jadi, Sonia sudah mulai santai.“Oke!” balas Ranty. “Aku tunggu kedatanganmu.”Kelly membalas, “Kalau begitu, nanti kalian kirim foto kepadaku. Aku mau lihat bagaimana Ranty den
Sonia mengangguk dengan perlahan. “Terima kasih sudah menyukainya!”“Kamu sungkan sekali!” Penata busana duduk di samping dengan rasa gugup. “Dengar-dengar sekarang kamu lagi sibuk di lokasi syuting? Setelah kamu nggak sibuk lagi, apa aku boleh mentraktirmu makan?”“Pasti ada kesempatan!” Sonia tersenyum tipis.“Oke, oke!” Penata busana menatap Sonia dengan tatapan penuh rasa kagum. Dia mengangguk berkali-kali.Aura Sonia sungguh dingin. Penata busana berbicara beberapa saat dengan Sonia, kemudian dia juga tidak berani mengganggu Sonia lagi. Dia membiarkan Sonia untuk duduk sendirian di tempat.“Sayang, gimana kalau kamu rias wajahmu juga? Lagi pula, cepat atau lambat kamu juga bakal mengadakan resepsi pernikahan?” usul Ranty.“Masih lama!” Sonia mengeluarkan ponselnya mulai bermain gim. Kemudian, dia berkata pada Ranty, “Aku nggak sesabar kamu!”“Nanti kamu akan jadi pengiring pengantinku. Bagaimana dengan gaunmu? Kamu desain sendiri atau aku yang pilihin?” tanya Ranty.Sonia menjawab
Selain kotak musik, tidak ada kartu ucapan. Jadi, Ranty juga tidak tahu siapa pengirim hadiah itu.Ranty melihat kotak musik dengan penuh penasaran. Dia tidak tahu siapa yang akan menghadiahkannya hadiah seperti ini. Orang-orang yang memahami Ranty pasti tahu dia tidak memiliki bakat dalam seni.Tepat saat Ranty mengambil kotak musik itu, kotak musik otomatis menyala. Musik itu adalah sebuah lagu piano dengan durasi yang ditampilkan hanya sepuluh detik. Lagu piano dengan hitungan mundur sepuluh detik itu mengeluarkan suara “bip” pelan pada setiap detiknya.Tatapan Sonia terus tertuju pada kotak musik itu. Saat musik telah berputar beberapa saat, ekspresinya seketika berubah. Dia segera berlari ke sisi Ranty.Semua orang di tempat juga merespons. Raut wajah mereka kelihatan berubah. Semuanya spontan melangkah mundur dengan ketakutan.Bahkan, Jeansen juga terbelalak lebar. Dia spontan melangkah mundur beberapa langkah.Ranty malah merasa bingung ketika melihat respons mereka. Tiba-tiba S
Polisi datang untuk mengumpulkan barang bukti di lantai tiga. Ranty menyuruh penanggung jawab untuk menenangkan korban yang terluka. Mereka disuruh untuk mengobati luka mereka terlebih dahulu. Nanti, Ranty akan memberi mereka kompensasi dalam bentuk uang.Selagi Ranty sedang mengurus yang lain, Sonia memanfaatkan kesempatan untuk pergi ke toilet. Dia mencuci telapak tangannya yang dipenuhi dengan bercak darah. Tiba-tiba Sonia membalikkan tubuhnya bersandar di wastafel sembari memikirkan sesuatu.Kotak musik dikirim dari luar negeri. Hanya saja, orang yang ingin mencelakai Ranty belum pasti berasal dari luar negeri.Biasanya Ranty memang selalu bersikap semena-mena, terutama ketika menghadapi wanita-wanita yang ingin menggoda Matias. Bisa jadi dia telah menyinggung banyak orang. Hanya saja, orang yang menginginkan nyawa Ranty pasti memiliki dendam yang cukup dalam terhadap Ranty. Seharusnya orang itu memiliki kekayaan dan juga kekuasaan. Jika tidak, orang itu pasti tidak berani menying
Ranty melirik Jeansen dengan kecewa, lalu berjalan menuruni tangga.Kali ini, Jeansen tidak mengejar lagi. Dia hanya berdiri dengan rasa bersalah. Dia terus berpikir, seandainya waktu itu Matias berada di tempat, apa yang akan Matias lakukan? Matias akan mundur atau maju?Jawabannya, Matias pasti akan maju!Jeansen memang sudah kalah. Dia bukan kalah dengan Matias, melainkan kalah dengan dirinya sendiri. Ternyata dia tidak seberani yang dia bayangkan. Dia tidak pantas untuk bersama Ranty!…Tiga jam kemudian.Di Grup Tamara, Kota Kibau.Setelah Cella menerima panggilan dari Jeansen, hatinya mulai terasa takut. Dia sungguh takut Jeansen akan mengkhianatinya demi mendapatkan hati Ranty. Cella pernah dipukul sekali oleh Ranty. Dia sungguh takut Ranty akan datang untuk mencarinya di sini.Saat Cella duduk di ruang kerjanya sendiri, dia bahkan sengaja memanggil dua orang pengawal untuk berjaga di depan pintu.Perusahaan milik keluarganya memiliki gedung setinggi 55 lantai dengan sistem keam
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen