Tito segera menceritakan kejadian di rumah sakit waktu itu kepada Saskia. “Awalnya anggota Keluarga Samosir ingin menggunakan masalah cedera Iwan dalam bekerja untuk memeras perusahaan. Kemudian, setelah mendengar mereka mesti membayar ganti rugi nominal besar, mereka pun segera melarikan diri, bahkan mendorong semua tanggung jawab ke diri Nona Kelly.”“Nona Kelly juga cukup tegas. Waktu itu, dia langsung menandatangani surat perjanjian pembagian tugas membiayai orang tua, kemudian menanggung semua ganti rugi itu sendiri.”“Nona Kelly orangnya sangat berani dan baik hati. Dia juga sering mengatakan kalau dia tidak akan lari dari tanggung jawab. Dia akan membayar semua ganti rugi. Pokoknya, aku merasa Kelly berbeda dengan anggota keluarganya yang lain!”Setelah Saskia mendengar cerita Tito, dia mengangguk dengan perlahan dan tidak berbicara lagi. Dia berjalan keluar kompleks, lalu segera memasuki mobil.Setelah mobil Saskia melaju jauh, Tito baru menghubungi Jason. “Tuan Jason, Bu Saski
“Kelly anaknya baik hati. Dia juga pernah menerima pendidikan di luar negeri. Dia memiliki pemikirannya sendiri, berbeda dengan anggota keluarganya. Kamu tidak usah khawatir!” Aldrich berkata dengan perlahan, “Kalau kamu masih tidak bisa terima Kelly, kamu juga jangan merusak hubungannya dengan Jason.”“Kalau tidak, Jason akan marah nantinya. Aku pun tidak tahu bagaimana mengatasi masalah itu. Sekarang satu-satunya cara yang paling bagus adalah mengawasi mereka saja. Kita lihat saja sebenarnya bagaimana perasaan Jason terhadap Kelly. Jangan membuat hubungan menjadi tegang. Setidaknya dengan begitu, kita masih bisa mendekatkan diri dengan Yana!”Saskia berpikir sejenak. Hatinya mulai luluh setelah mendengar ucapan Aldrich. Dia mengangguk dengan perlahan. “Oke, aku dengar apa katamu. Sementara ini kita tidak usah berbuat apa pun. Biarkan Jason berkencan dengan Kelly saja. Anggap saja semua ini demi Yana!”“Begini, dong!” Aldrich berkata dengan tersenyum, “Bisa jadi Yana akan pulang pada
Wilona malah merasa gembira. “Suamiku, kamu pulang tepat pada waktunya. Tadi aku lihat ada sebuah restoran baru di internet. Makanan laut di sana kelihatan enak-enak. Gimana kalau kita makan di sana malam ini?”Kenzo duduk di sofa dengan raut patah semangat. “Hari ini aku tidak ada suasana hati untuk temani kamu makan!”“Kenapa?” tanya Wilona.Sandora merasa ada yang berbeda dengan raut wajah Kenzo. Dia segera mendekati putranya, lalu bertanya dengan penuh perhatian, “Apa yang terjadi?”Kening Kenzo kelihatan berkerut. “Aku dipecat. Sekarang aku pengangguran!”Raut wajah Sandora langsung berubah. “Kenapa kamu bisa dipecat?”Wilona juga merasa bingung. “Iya, kesalahan apa yang kamu perbuat? Kenapa kamu malah dipecat? Bukannya beberapa hari lalu, kamu cerita kamu akan dipromosikan jadi manajer? Kenapa malah jadi dipecat?”Sandora pergi memapah Wilona. “Wilona, kamu jangan panik. Ingat kandungan di dalam perutmu. Kita dengarkan penjelasan Kenzo dulu!”Wilona menepis tangan Sandora, lalu m
Wilona dan Sandora terdiam di tempat. Semuanya spontan melihat ke sisi Kenzo.Saat ini, Kenzo kelihatan sangat marah. Dia berkata, “Ibu, bagaimana kita memperlakukan Kelly? Apa kamu tidak tahu? Apa kita berhak untuk pergi menyalahkan Kelly? Selain itu ….”Kenzo berusaha menahan rasa sakit di hatinya. “Jason menyuruh anggota perusahaannya untuk memecatku juga karena mau memberiku sebuah peringatan. Apa kalian tidak mengerti? Kalau kalian berani cari masalah dengan Kelly lagi, bisa jadi aku tidak bisa menemukan pekerjaan di Kota Jembara. Bukan! Bisa jadi kita sekeluarga akan diusir dari Kota Jembara!”Raut wajah Kenzo berubah muram. “Aku harap kalian bisa mengerti apa maksud Jason. Pada saat itu, kemungkinan bukan hanya keluarga kita saja yang terkena imbasnya. Bisa jadi bahkan anggota keluarganya Wilona juga akan terlibat dalam masalah ini.”Kali ini, Wilona tidak bersikap seemosi tadi lagi. Dia bergumam, “Jason, kenapa dia malah melawan keluargaku?”“Dia bisa berbuat apa pun sesuai den
Kelly berjongkok. “Sudah saatnya pulang!”Jason menarik tangan Kelly, lalu berdiri. “Biarkan Yana main dulu. Ada yang mau aku katakan sama kamu.”“Emm?” Kelly mengedipkan matanya. Dia mengikuti Jason berjalan ke meja kerja di belakang.Jason menyuruh Kelly untuk duduk di bangkunya, kemudian dia mengeluarkan sebuah amplop dokumen untuk diperlihatkan kepada Kelly. Ada beberapa sertifikat rumah di dalamnya. Jason memperlihatkan satu per satu kepada Kelly.“Yang ini rumah di Imperial Garden. Di dalamnya ada banyak kenangan kita. Jadi, aku tidak mengalihkan semuanya ke kamu, melainkan menambah namamu. Sekarang rumah ini menjadi milik kita berdua.”“Kalau ini, vila di Danau Permia. Ada dua, semuanya jadi milikmu!”“Ini kartu kredit tanpa batas. Kamu bebas menggunakannya!”“Mobil ini baru aku beli. Tenang saja, tidak akan terlalu mencolok, cocok untuk kamu pakai bekerja!” Usai berbicara, Jason menatap Kelly. “Apa kamu sudah punya SIM?”Kelly menatap dokumen di hadapannya, kemudian menatap si
Tadinya Reza tidak ingin mengiakan ajakan makan Jason. Jujur saja, ini pertama kalinya Reza tidak ingin bertemu dengan Jason!Malam ini Jason mentraktir semuanya makan di restoran Hotel Sentral. Selesai Reza pulang kerja, dia pun pergi ke lokasi syuting untuk menjemput Sonia.Tidak lama setelah Reza tiba, dia baru menemukan Sonia berjalan ke sisi parkiran. Angin sore hari ini agak kencang. Sonia hanya mengenakan pakaian rajut berwarna biru yang sangat tipis dengan kerah berbentuk V. Warna biru sungguh cocok dengan Sonia, membuatnya kelihatan lebih segar saja.Sepertinya Sonia sedang memikirkan sesuatu. Dari tadi dia terus menunduk sedikit kepalanya. Angin mengembus rambut panjangnya yang terurai. Di bawah cahaya matahari senja, keindahan Sonia membuat semua orang terpana padanya.Reza menatap Sonia selama beberapa saat, baru menuruni mobil untuk berjalan menghampirinya. Saat mendengar suara, Sonia pun mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Reza. Hati Reza semakin luluh lagi. Saat ini
Reza dan Jason serempak melihat ke sisi Matias. Kemudian, Jason bertanya, “Jadi, apa yang Tuan Matias miliki?”Matias terdiam sejenak, lalu menjawab dengan tenang, “Aku akan segera melangsungkan resepsi pernikahanku!”Usai berbicara, mereka bertiga spontan terdiam. Kemudian, mereka dengan kompak langsung mengalihkan topik pembicaraan.Di dalam halaman, Ranty sedang main bersama Yana dengan seru-serunya. Sonia duduk di anak tangga sembari memegang piring berisi kue tar. Dia makan sembari memberi pakan kepada ikan-ikan di dalam ember.Ranty memalingkan kepalanya melihat ke sisi mereka berdua. “Besok aku akan pergi tes gaun pengantin. Kalian mau ikut, nggak?”Sonia membalas, “Kelly mesti kerja. Biar aku saja yang temani kamu. Kebetulan aku kosong besok pagi.”Pekerjaan di lokasi syuting sudah memasuki tahap akhir. Jadi, Sonia sudah mulai santai.“Oke!” balas Ranty. “Aku tunggu kedatanganmu.”Kelly membalas, “Kalau begitu, nanti kalian kirim foto kepadaku. Aku mau lihat bagaimana Ranty den
Sonia mengangguk dengan perlahan. “Terima kasih sudah menyukainya!”“Kamu sungkan sekali!” Penata busana duduk di samping dengan rasa gugup. “Dengar-dengar sekarang kamu lagi sibuk di lokasi syuting? Setelah kamu nggak sibuk lagi, apa aku boleh mentraktirmu makan?”“Pasti ada kesempatan!” Sonia tersenyum tipis.“Oke, oke!” Penata busana menatap Sonia dengan tatapan penuh rasa kagum. Dia mengangguk berkali-kali.Aura Sonia sungguh dingin. Penata busana berbicara beberapa saat dengan Sonia, kemudian dia juga tidak berani mengganggu Sonia lagi. Dia membiarkan Sonia untuk duduk sendirian di tempat.“Sayang, gimana kalau kamu rias wajahmu juga? Lagi pula, cepat atau lambat kamu juga bakal mengadakan resepsi pernikahan?” usul Ranty.“Masih lama!” Sonia mengeluarkan ponselnya mulai bermain gim. Kemudian, dia berkata pada Ranty, “Aku nggak sesabar kamu!”“Nanti kamu akan jadi pengiring pengantinku. Bagaimana dengan gaunmu? Kamu desain sendiri atau aku yang pilihin?” tanya Ranty.Sonia menjawab
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan