Jason meliriknya, lalu memperingatkan dengan serius, "Jangan menjadikannya bahan candaan. Dia gampang malu."Howard membungkuk ke depan sambil bertanya, "Kamu begitu melindunginya? Kali ini kamu serius, ya?"Raut wajah Jason tetap datar. Pria itu menjelaskan, "Kami cuma teman lama, jangan bicara sembarangan di depannya."Howard meledek, "Teman? Apa masih ada wanita yang bisa lepas dari genggamanmu? Selama itu makhluk betina, bahkan burung sekalipun, ketika melewati hadapanmu, mereka tetap harus melepaskan bulunya sebelum terbang lagi!"Jason bertanya sambil tersenyum dingin, "Mana mungkin!" Usai berkata demikian, tiba-tiba dia merasa bahwa ucapannya barusan agak mirip dengan nada bicara Kelly saat kesal dengan seseorang. Jason pun menenangkan diri, lalu melanjutkan dengan serius, "Kamu ada urusan mencariku?""Ya. Orang dari Denwill akan datang beberapa hari lagi untuk membahas peningkatan teknologi kecerdasan buatan!" jelas Howard. Begitu berbicara tentang pekerjaan, pria itu segera me
Tiba-tiba, Kelly merasa sangat lelah. Dia berbicara dengan tak acuh, "Aku mengerti. Kereta cepatnya sudah hampir sampai. Sudah dulu, ya."Sandora tentu menyadari dinginnya nada bicara Kelly. Dia terdiam sejenak sebelum berkata sambil tersenyum, "Aduh, kamu pasti sudah lelah setelah bekerja seharian. Cepat pulang, ya."Usai mengiakan, Kelly langsung mengakhiri panggilan. Setelah meletakkan ponselnya, tatapan Kelly perlahan menjadi tenang. Dia tidak menyalahkan siapa pun. Hanya saja, kekecewaannya sudah makin mendalam.....Malam itu, Bondan mengadakan pertemuan di Nine Street Mansion. Ketika Jason tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Di dalam ruangan VIP, ada orang yang minum dan ada yang bermain kartu. Suasananya sangat meriah. Jason melihat sekeliling, lalu berjalan ke area istirahat.Reza tampak bersandar di sofa. Dia sedang menatap ponselnya dengan penuh konsentrasi sehingga tidak sadar ketika ada orang yang mendekat.Jason pun menatapnya sekilas. Tampaknya, ponsel Reza sed
Di ruang santai, Bondan terus menang beberapa putaran. Hal ini membuat Yusa dan yang lainnya mengeluh tanpa henti. Melihat seorang pelayan datang membawa minuman, Bondan berkata, "Tolong bawakan dua botol Romanee Conti tahun 1990, masukkan ke tagihanku!"Yusa memuji sambil tersenyum, "Bondan memang murah hati!"Saat mereka sedang bersenda gurau, seorang pelayan yang membawa minuman tampak mendekati mereka. Dia agak membungkuk, lalu memberi tahu Bondan dengan nada lembut, "Pak Bondan, ini minuman yang kamu minta."Bondan pun berbalik. Ketika melihat pelayan cantik itu memandangnya dengan lembut, dia merasa wanita ini agak familier.Sementara itu, Jolin yang sadar sedang ditatap olehnya tampak menggigit bibir dengan lembut. Wanita itu berkata sambil tersenyum manis, "Pak Bondan, kamu sudah lupa denganku, ya? Aku Jolin!"Saat ini, Bondan baru ingat. Ternyata dia adalah mantan saingan cinta dari tunangannya, Tiffany. Jangankan Jolin, Bondan bahkan sudah lama tidak bertemu dengan Tiffany."
“Tentu saja, selain menjaga hubungan baik dengan sesama rekan kerja, kamu juga mesti menjaga hubungan baik dengan atasan kamu. Contohnya, kalau kamu berantem dengan tuan rumah, kamu mesti segera cari cara untuk baikan, jangan sampai memancing emosinya, nantinya dia malah akan mempersulitmu!” jelas Tandy dengan perlahan.Sonia dapat mendengar ada makna tersirat di balik ucapan Tandy, dia pun tersenyum dingin. “Jangan-jangan kamu lagi bahas masalah aku dengan Paman Reza-mu?”“Ternyata kamu tidak bodoh juga!” Tandy tersenyum menyeringai.“Omong kosong! Gimana aku bisa jadi gurumu kalau aku bodoh?”“Jangan alihkan pembicaraan. Apa kamu berencana untuk tidak meladeni Paman lagi?” Tandy mengangkat-angkat alisnya.“Dia yang lagi marah sama aku.”“Kalau begitu, seharusnya kamu merenungkan kesalahanmu, kenapa dia bisa marah?”Sonia melirik Tandy sekilas, lalu mulai berpikir sejenak. Namun, raut wajah Sonia seketika tampak emosi. “Kamu memang dekat sama pamanmu, tapi aku ini gurumu. Jadi orang j
“Sudahlah, mungkin dia lagi sibuk!” ujar Sonia, “Jangan ganggu dia lagi! Ayo kita kembali ke kamar.”“Kita sudah sampai di depan kamar!” Tandy melangkah maju, lalu menggedor pintu dengan kuat. “Paman! Paman? Ada yang ingin Bu Sonia katakan kepadamu!”Tak peduli bagaimana Tandy menggedor, tetap tidak ada yang membalas. Tandy langsung membuka pintu kamar. Lantaran pintu tidak dalam keadaan terkunci, Tandy langsung memasuki kamar.Awalnya Sonia hendak menghentikan langkah Tandy. Hanya saja, semuanya sudah terlambat.“Paman!” jerit Tandy sembari berjalan ke dalam.Sonia masih berdiri di depan pintu. “Jangan jerit lagi. Dia nggak lagi di rumah.”Setelah memeriksa isi kamar, memang tidak ditemukan batang hitung Reza. Tandy menggaruk kepalanya. “Entah kapan perginya!”Tandy masih pantang menyerah. Dia berjalan ke ruang baca sebelah, tetapi dia tetap tidak bisa menemukan sosok Reza. Rasa kecewa seketika membaluti hati Tandy. Padahal dia sudah berhasil membujuk Sonia, tak disangka Reza malah ti
Interior rumah sudah direnovasi ulang dengan tema berwarna putih. Konsep rumah ini kelihatan sangat minimalis, tetapi dapat terasa kemewahannya juga.Rumah ini memiliki ukuran dan bentuk yang sama persis dengan rumah yang ditempati Sonia. Sonia melewati rak sepatu, lalu berjalan ke dalam ruang tamu.Tampak ada karpet berwarna abu-abu muda diselimuti di atas lantai. Jadi, tidak kedengaran suara apa pun ketika Sonia melangkah.Seorang lelaki sedang berdiri di luar balkon dengan tubuh membelakangi Sonia. Si lelaki mengenakan kemeja berwarna hitam dengan celana panjang yang juga berwarna hitam. Ketika busana hitam membaluti tubuhnya yang tegap, si lelaki kelihatan semakin menawan lagi.Jarang sekali Sonia melihat dia mengenakan setelan hitam seperti ini. Aura dingin si lelaki semakin kental saja. Si lelaki menyimpan ponselnya, lalu membalikkan tubuhnya memandang ke sisi Sonia. Kedua bola mata hitam tertuju pada wajah Sonia.Saat ini Sonia juga sedang menatapnya. Entah kenapa hatinya seketi
“Bagaimana denganmu?” Reza lanjut untuk bertanya.Sonia tidak berbicara. Reza spontan mengerutkan keningnya. “Apa masih perlu dipikirkan lagi?”Sonia menyipitkan matanya, lalu berbisik, “Jawabanku sama denganmu.”Reza membalikkan tubuh Sonia untuk berhadapan dengan dirinya. Dia terus menatap wajah si wanita. “Aku akan membayar utangmu kepada Melvin, tapi kamu tidak boleh berjanji untuk memberikan apa pun kepadanya.”Sonia menggerakkan bola matanya. “Reza, apa kamu pernah kepikiran untuk putus selama beberapa waktu ini?”“Putus?” Terlintas senyuman sinis di wajah Reza. “Apa kamu pernah kepikiran untuk melepaskanku?”Sonia mengernyitkan keningnya. “Aku lagi nanya sama kamu!”“Tidak, tidak pernah sama sekali!” Tatapan Reza sangatlah tegas. Reza mencium pipi Sonia. “Aku tidak berani mencarimu karena aku tidak yakin apa kamu masih mencintaiku atau tidak. Aku tidak pernah kepikiran untuk bersikap dingin apalagi melepaskanmu. Apa sampai saat ini … kamu masih meragukan hatiku?”Sonia menyandar
“Urusan yang sangat penting.”“Baiklah! Kalau begitu, kamu cepat pulang besok pagi. Jangan biarkan Bu Sonia menunggu terlalu lama,” pesan Tandy yang merasa tidak tenang.“Iya!” Reza tersenyum datar. “Aku tutup dulu!”Setelah panggilan diakhiri, si lelaki berdiri berjalan ke dalam kamar, lalu berjalan ke sisi ranjang. Kedua lengannya menopang di dua sisi tubuh Sonia. Tatapannya berubah menjadi semakin lembut lagi. Dapat terdengar nada menyindir dari suaranya. “Tadi kamu cari aku untuk mengakui kesalahanmu?”Sonia memiringkan kepala untuk menatapnya. Dia masih kelihatan sedikit capek. “Apa kamu rasa hal itu memungkinkan?”“Aku percaya dengan Tandy!” Reza duduk di samping ranjang, lalu melihatnya. “Sini, coba kamu katakan, bagaimana caramu untuk mengakui kesalahanmu?”Sonia merasa sangat canggung. Dia menutup wajahnya dengan selimut, lalu berdeham. “Jangan ganggu waktu tidur aku!”Reza menyingkirkan selimut, lalu membungkukkan tubuhnya mencium telinga Sonia. “Seharusnya aku bersabar satu
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“