“Jason nggak tahu Yana itu anaknya!”“Cepat atau lambat dia bakal tahu juga!”Sonia menggigit bibir bawahnya, lalu berkata, “Semuanya akan jadi kacau setelah dia tahu nanti!”“Kamu tidak usah khawatirin masalah orang lain. Lebih baik kamu khawatirin masalahmu sendiri saja!” ucap Melvin dengan menghela napas panjang.“Memangnya ada apa denganku?” Ketika mengucapkan kalimat ini, Sonia merasa agak bersalah.Melvin melirik Sonia sekilas, lalu tersenyum dan tidak bersuara lagi.Setibanya di acara pesta, entah dari mana Melvin mendapatkan undangan itu, dia pun menyerahkannya kepada pagar ayu, lalu membawa Sonia ke dalam.Sekarang hari sudah malam. Lampu di dalam ruangan dinyalakan. Acara pesta terlihat sangat mewah.Penyelenggara acara malam kenal dengan Melvin. Dia segera menyambut kedatangan Melvin.Melvin terus menggandeng tangan Sonia, lalu membawanya berkeliling. Tak lama kemudian, semua orang tahu bahwa Melvin memiliki pacar baru yang cantik. Tentu saja, mantan kekasih Melvin juga terg
Cahaya di dalam aula memang tidak terang, bahkan ada banyak orang di depan sana. Namun, asalkan wanita itu di sana, dia tetap bisa mengenalinya!Ketika melihat si wanita berpakaian dengan mewah dan bersandar di di dalam pelukan Melvin, hati Reza terasa sangat lara. Tatapannya seketika menjadi mengerikan.Bukankah Sonia mengatakan masih ada sketsa yang masih belum diselesaikan? Namun dalam sekilas mata, dia malah mengganti pakaiannya dan bersandar di dalam pelukan lelaki lain.Saat bersama dengan Reza, sepertinya Sonia tidak pernah berdandan sama sekali. Cara berpakaiannya sangat sederhana. Namun ketika bersama dengan Melvin, dia malah mengenakan pakaian bagus dan bahkan merias wajahnya. Apa Melvin lebih penting di hati Sonia?Reza tahu ada salah paham di antara mereka. Dia mengira Sonia tidak bisa melepaskan simpul di hatinya dalam waktu singkat. Ternyata karena ada alasan lain.Amarah di hari Reza seketika meluap. Dia menggigit erat bibirnya. Tatapannya menjadi dingin. Seketika Reza
Sonia sedikit terisak-isak.Melvin memiringkan kepalanya untuk mendekati Sonia. Dia berkata dengan tersenyum rendah, “Janji sama aku.”“Apa? Katakan saja!” Sonia menatapnya.“Tak peduli apa pun yang terjadi, kamu tidak boleh mengatakan apa pun!” Melvin menyembunyikan senyumannya, lalu menatap Sonia dengan muram.Sonia masih belum merespons apa maksud ucapannya. Tetiba terdengar suara dingin dari belakang. “Apa kalian sudah selesai?”Kening Sonia spontan berkerut. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan kepalanya.Reza berdiri beberapa meter di kejauhan. Raut wajahnya kelihatan sangat dingin ketika melihat Sonia. “Bukannya kamu lagi melukis sketsa? Kenapa kamu bisa ada di sini?”Baru saja Sonia hendak berbicara, tetiba Melvin maju, lalu berbisik, “Jangan lupa janjimu padaku!”Sonia meliriknya sekilas. “Melvin, jangan buat onar!”Melvin juga tidak meladeninya. Dia merangkul pinggang Sonia, lalu menatap Reza dengan tatapan provokasi. “Pak Reza, kebetulan sekali!”Reza tidak menata
Beberapa saat kemudian, Sonia dan Melvin duduk di dalam mobil.Melvin tidak segera menghidupkan mesin mobil. Dia memiringkan kepalanya menatap Sonia, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Apa kamu marah?”Sonia menunduk. “Nggak, yang penting kamu gembira!”“Kamu baik sekali? Demi aku, kamu bahkan tidak takut akan memancing emosi Reza. Sepertinya aku lebih penting di hatimu!” ucap Melvin dengan mengejapkan matanya.Tidak bisa terlihat ekspresi apa-apa di wajah Sonia. “Apa semuanya bisa diakhiri?”Kedua tangan Melvin menekan di atas pundak Sonia. Dia membalikkan tubuh Sonia untuk berhadapan dengannya, lalu berkata dengan tersenyum dingin, “Jangan marah! Cuma sekali ini saja. Aku takut tidak ada kesempatan untuk memancing emosi Reza lagi!”Sonia membelalaki Melvin dengan tidak berdaya. “Kamu kekanak-kanakan banget, sih?”“Entah apa yang dijanjikan Reza terhadap ayahku. Alhasil, aku pun dipaksa untuk tinggal di Augrila. Aku juga merasa tidak nyaman. Aku tidak ingin Reza selalu hidup dengan
“Nggak akan, Yana selalu mengungkit namamu!”Melvin berkata dengan mendengus dingin, “Ternyata dia lebih punya hati nurani daripada kamu!”Sonia terdiam membisu.“Entah kapan aku bisa kembali lagi. Ayo, pelukan dulu!” Melvin merentangkan kedua tangannya.Sonia menatap wajah penuh senyuman Melvin, lalu tersenyum sembari memeluk pundaknya dengan perlahan.Saat ini, Reza yang berada di dalam mobil hitam pun menunjukkan tatapan sinis. Dia menatap kedua insan yang sedang berpelukan di dalam mobil. Hatinya sungguh terasa penat dan sakit.Kenapa Reza mesti datang ke sini? Kenapa dia malah melihat gambaran ini? Apa perlu harga diri Reza diinjak-injak lagi? Apa yang diharapkan Reza lagi?Reza berusaha menyembunyikan aura dinginnya, berusaha menoleransi sikap menantang Melvin, dan berusaha menerima bahwa tidak ada dirinya di dalam hati Sonia.Padahal Reza sudah melakukan sebanyak ini, hanya saja Sonia masih saja tidak bisa kembali.Gambaran di depan mata membuat hati Reza tersayat-sayat. Dia mul
Pada hari Senin.Seperti biasanya Sonia pergi ke lokasi syuting. Saat berada di dalam ruang rias, dia pun bertemu dengan Gina. Gina mencari kesempatan di saat sepi untuk berbicara kepadanya. “Aku sudah cari Welly. Sekarang dia lagi bantu-bantu di lokasi syuting. Tapi aku peringatkan kamu, sepertinya adikmu itu main judi. Uang yang aku berikan kepadanya waktu itu sudah dihabiskannya. Kamu jangan menyesal saja!”“Aku mengerti. Terima kasih sudah mengingatkan!” Sonia mengangguk dengan perlahan, lalu lanjut sibuk dengan pekerjaannya.Saat menjelang siang hari, Sonia pergi melihat progres syuting. Tetiba terdengar suara ricuh di sana, sepertinya ada yang sedang dimarahi. “Semuanya lagi sibuk, kamu malah tidur di sebelah. Apa kamu nggak ingin bekerja lagi?”Welly berdiri dengan malu sembari bergumam, “Semalam aku nggak bisa tidur. Aku merasa ngantuk!”“Kalau ngantuk, pulang dan tidur sana. Ini lokasi syuting, bukan hotel, kami tidak mempekerjakan orang yang nganggur. Kalau sampai kedapatan k
Welly bahkan sempat pergi ke Kediaman Herdian. Hanya saja, dia malah dimarah oleh pengawal Kediaman Herdian. Saking galaknya, Welly tidak berani pergi untuk kedua kalinya.Sonia tersenyum dingin dan tidak berbicara. Dia melanjutkan langkahnya ke depan.Welly segera mengikuti langkahnya. “Kak, kenapa kamu nggak tinggal di Imperial Garden lagi? Apa lelaki itu mencampakkanmu? Apa kamu sudah minta uang sama mereka? Jangan sampai kamu dicampakkan tanpa mendapatkan apa-apa. Mereka kaya sekali, setidaknya kamu bisa menuntut uang miliaran!”Tatapan Sonia menjadi dingin. “Tutup mulutmu! Kalau nggak, aku akan suruh orang untuk keluarin kamu dari sini!”Welly spontan merasa takut, tidak berani mengungkit masalah Keluarga Herdian lagi. Dia pun bertanya, “Sekarang kamu tinggal di mana? Gimana kalau aku tinggal bareng kamu? Jadi, kita bisa saling jaga.”“Nggak mungkin!” tolak Sonia dengan langsung.Welly berusaha membujuk Sonia lagi, tetapi sikap Sonia sangatlah keras. Jadi, dia pun mengganti persya
Welly bertanya dengan penasaran, “Pertunjukan seru apa?”“Sembunyi dengan bagus. Jangan sampai ada yang menyadarimu. Kalau nggak, pertunjukan jadi nggak menarik!” pesan Sonia dengan makna tersirat.Kedua mata Welly berkilauan. “Kak, apa kamu lagi permainkan aku?”Sonia membalas, “Selesai menyaksikan pertunjukan, kamu akan punya uang!”Tentu saja Welly merasa gembira. “Serius?”“Tentu saja!”“Baiklah kalau begitu!” Welly langsung bersembunyi di belakang rak buku. “Nggak kelihatan, ‘kan?”“Emm, berdiri di sana dan jangan bergerak. Jangan bersuara juga!”“Siap!” Welly terkekeh. “Asalkan dikasih uang, aku bisa melakukan apa pun!”Sonia tidak berbicara lagi. Sebab, dia melihat Stella dan Amelia sudah berjalan kemari.Stella memasuki ruangan, lalu menatap Sonia dengan tersenyum tipis. “Kamu cari aku?”Sonia menyuruh Amelia untuk keluar ruangan, lalu menutup pintu.“Kak, aku meminta daftar busana Gina juga karena aku lihat kamu capek sekali. Aku ingin membantumu untuk meringankan sedikit peke
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m