Setelah memasuki mobil, Reza bertanya, “Apa lukamu masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”“Keluarganya Pretty masih di Jembara. Mereka ingin bertemu sama kamu untuk mengucapkan terima kasih secara langsung. Apa kamu ingin bertemu dengan mereka?” tanya Reza dengan suara lembut.Sonia menggeleng. “Sepertinya nggak usah.”“Kalau begitu, aku akan tolak mereka,” balas Reza, “Masalah sudah diselidiki. Ayahnya Pretty sedang berebut jabatan di Samuderang. Saingannya ingin menangkap Pretty untuk mengancam ayahnya Pretty. Lawan ayahnya Pretty sudah mengutus anggotanya untuk mengikuti Pretty selama satu minggu. Kebetulan waktu itu Pretty mengajakmu ketemuan di Kasen. Mereka pun memanfaatkan kesempatan itu. Untung saja ada kamu di tempat, jadi mereka sangat berterima kasih sama kamu!” Seusai berbicara, Reza menambahkan, “Mereka hanya punya satu anak saja!”Kedua mata Sonia tampak berkilauan. Dia berkata dengan datar, “Aku juga menduga Pretty telah diincar.” Kemudian, Sonia bertanya, “Gimana dengan oran
Saat tiba di depan vila, Reza menuruni mobil, lalu membukakan pintu mobil samping pengemudi. Dia menggandeng tangan Sonia, lalu membawanya ke dalam vila.Beberapa tahun lalu, Sonia juga pergi kepikiran apakah Reza akan tiba-tiba menunjukkan diri di Vila Green Garden?Selama dua tahun ini, Reza juga ingin membawa Sonia untuk kembali ke tempat ini!Jadi, meski ini adalah pertama kalinya mereka kembali bersama, mereka malah merasa bagai pernah beberapa kali kembali bersama.Saat Rati dan Yanto membukakan pintu, mereka juga merasa syok. Mereka sungguh syok ketika melihat Sonia kembali lagi! Hal yang lebih mengejutkan adalah Sonia malah kembali bersama Reza. Ketika melihat mereka berdua saling bergandengan tangan, Rati merasa dirinya bagai sedang mimpi saja.Sonia tersenyum. “Bi Rati, apa kamu nggak kenal sama aku lagi?”“Nyonya, kamu … kamu sudah kembali!” Ucapan Rati terbata-bata. Kemudian, dia langsung tersenyum lebar. “Tuan Reza, Nyonya!”Yanto yang berdiri di samping untuk menyapa deng
“Kamu hanya memikirkan anjing saja? Gimana dengan aku?” tanya Reza dengan tidak puas.Sonia mengangkat alisnya, lalu berbisik, “Bibo dibesarkan olehku. Memangnya kamu dibesarkan sama aku?”Reza pun hanya tersenyum, tidak berkata lain lagi.Rati menyuguhkan dua gelas jus dan camilan kemari. Dia meletakkannya di atas bangku kayu di halaman, lalu berkata dengan tersenyum lembut, “Aku tidak tahu Tuan dan Nyonya akan ke sini. Jadi, aku cuma sempat mempersiapkan ini saja.”Sonia tersenyum tipis. “Kami datangnya juga mendadak. Bibi Rati nggak usah repot-repot. Kami bisa makan apa saja.”“Baik!” Rati tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya memasuki vila.Reza mengusap alis Sonia. “Pantas saja Bi Rati sering mengungkit namamu. Tentu saja dia suka dengan majikan yang baik hati sepertimu.”“Aku pernah tinggal tiga tahun di sini. Selama tiga tahun ini, aku nggak pernah menganggap Bibi Rati dan Paman Yanto sebagai pembantu. Mereka seperti anggota keluargaku saja.” Sonia mengambil segelas jus, lalu dud
Sonia mengusap kepala Max dengan telapak tangannya. Dia juga mulai mengangkat-angkat telinga besar Max.Max berbaring di lantai dengan patuh, lalu menggoyangkan ekor dengan girangnya.Bibo merasa tidak senang, ia langsung maju untuk menyenggol Max, lalu menempelkan kepalanya ke sisi Sonia. Sepertinya ia juga ingin dimanjakan Sonia!Max menyenggol kepala Bibo. Bibo pun menekan kepala Max. Kedua anjing saling berpelukan, lalu bergulir di atas rerumputan.Reza memeluk Sonia dengan erat, lalu mengeluarkan suara magnetisnya. “Tidak sesusah yang kamu bayangkan, ‘kan? Seharusnya Max lebih mengerikan daripada aku. Kamu coba untuk terima aku lagi, ya!”Reza mengusap wajah Sonia. Dia menundukkan kepalanya hendak mengecup bibi Sonia. “Sayangku!”Sudah lama Reza tidak memanggil Sonia dengan panggilan seperti ini. Sebelumnya, Reza bahkan tidak berani menyebutnya lantaran takut Sonia akan keberatan.Reza mengecup bibir Sonia dengan perlahan dan juga lembut. Dia melakukannya dengan penuh hati-hati.A
Rati naik ke lantai atas, bertanya pada Sonia apa yang ingin mereka makan untuk makan malam nanti.Sonia membalas dengan datar, “Nggak usah siapin makan malam. Kami akan kembali.”Reza menatap Sonia. “Kalaupun kita pulang besok pagi, kamu tetap bisa mengajari Tandy dengan tepat waktu!”Sonia tetap menggeleng. “Nggak usah, kita pulang sekarang saja.”Sebenarnya Reza ingin sekali bermalam di sini, tetapi Reza juga tidak bisa memaksakan kehendaknya. Jadi, dia mengikuti apa kata Sonia untuk kembali ke kota.Menyadari Sonia akan pulang, Rati segera membungkuskan camilan, lalu menyerahkannya kepadanya. “Nyonya bisa makan di jalan.”“Terima kasih!”Sonia memeluk Bibo, lalu berpamitan dengan Rati dan Yanto.Rati berpesan pada Reza dengan tidak rela, “Kalau ada waktu, Tuan sering-sering bawa Nyonya ke sini, ya. Tapi lain kali telepon dulu, biar kami bisa persiapin makanan lezat.”“Emm,” balas Reza dengan datar. Dia mengambil bungkusan dari tangan Sonia, lalu membawa Sonia meninggalkan tempat.M
Melvin mengenakan atasan dan bawahan berwarna hitam, ada juga anting-anting hitam di telinganya. Dia memeluk Sonia, lalu menghela napas. “Akhirnya aku bisa tenang!”Sonia mendorong Melvin. “Kapan kamu pulangnya? Kenapa kamu nggak telepon aku?”“Aku baru saja pulang, belum satu jam. Aku ingin beri kejutan kepadamu!” Melvin mencubit dagu Sonia. “Coba aku lihat, apa kamu sudah kurusan?”“Nggak!” Sonia menepis tangan Melvin. “Jangan pegang-pegang!”Melvin masih menunjukkan senyuman di wajahnya. Dia lalu mendengus. “Padahal aku baru saja pulang, kamu malah memukulku. Kamu bahkan tidak menanyakan kabarku di luar sana. Aku bisa pulang juga karena mendengar berita kamu dengan Thalia!”Sonia tersenyum datar. “Semuanya sudah berlalu.”“Tapi aku baru membaca berita itu semalam.” Terlintas ekspresi sinis di wajah Melvin. “Gimana si Thalia itu sekarang?”“Aku juga nggak tahu. Aku nggak ada beritanya!”Melvin tersenyum dingin. “Thalia telah membuatmu hidup menderita. Apa Reza melepaskannya begitu sa
“Jason nggak tahu Yana itu anaknya!”“Cepat atau lambat dia bakal tahu juga!”Sonia menggigit bibir bawahnya, lalu berkata, “Semuanya akan jadi kacau setelah dia tahu nanti!”“Kamu tidak usah khawatirin masalah orang lain. Lebih baik kamu khawatirin masalahmu sendiri saja!” ucap Melvin dengan menghela napas panjang.“Memangnya ada apa denganku?” Ketika mengucapkan kalimat ini, Sonia merasa agak bersalah.Melvin melirik Sonia sekilas, lalu tersenyum dan tidak bersuara lagi.Setibanya di acara pesta, entah dari mana Melvin mendapatkan undangan itu, dia pun menyerahkannya kepada pagar ayu, lalu membawa Sonia ke dalam.Sekarang hari sudah malam. Lampu di dalam ruangan dinyalakan. Acara pesta terlihat sangat mewah.Penyelenggara acara malam kenal dengan Melvin. Dia segera menyambut kedatangan Melvin.Melvin terus menggandeng tangan Sonia, lalu membawanya berkeliling. Tak lama kemudian, semua orang tahu bahwa Melvin memiliki pacar baru yang cantik. Tentu saja, mantan kekasih Melvin juga terg
Cahaya di dalam aula memang tidak terang, bahkan ada banyak orang di depan sana. Namun, asalkan wanita itu di sana, dia tetap bisa mengenalinya!Ketika melihat si wanita berpakaian dengan mewah dan bersandar di di dalam pelukan Melvin, hati Reza terasa sangat lara. Tatapannya seketika menjadi mengerikan.Bukankah Sonia mengatakan masih ada sketsa yang masih belum diselesaikan? Namun dalam sekilas mata, dia malah mengganti pakaiannya dan bersandar di dalam pelukan lelaki lain.Saat bersama dengan Reza, sepertinya Sonia tidak pernah berdandan sama sekali. Cara berpakaiannya sangat sederhana. Namun ketika bersama dengan Melvin, dia malah mengenakan pakaian bagus dan bahkan merias wajahnya. Apa Melvin lebih penting di hati Sonia?Reza tahu ada salah paham di antara mereka. Dia mengira Sonia tidak bisa melepaskan simpul di hatinya dalam waktu singkat. Ternyata karena ada alasan lain.Amarah di hari Reza seketika meluap. Dia menggigit erat bibirnya. Tatapannya menjadi dingin. Seketika Reza
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m