Sonia mengakhiri panggilan, lalu lekas berjalan menghampirinya. “Kenapa kamu ke sini?”“Tadi Bi Linda telepon aku. Dia bilang kamu dan Yana dibawa ke kantor polisi. Kamu nggak kenapa-napa, ‘kan? Di mana Yana?” tanya Kelly dengan mengerutkan keningnya.Tatapan Sonia tampak rumit. Dia memalingkan kepalanya melihat Jason yang syok itu. “Yana … ada di sana!”Kelly mengangkat kepalanya, lalu tatapannya tak sengaja berpapasan dengan mata Jason. Dia spontan melangkah mundur.Jason terus menatapnya. “Kelly!”Kali ini Jason baru sadar. Dia menunduk melihat Yana di dalam pelukannya. Hatinya terasa kacau. “Yana itu anak kamu?”Yana melihat kedatangan Kelly. Dia pun memanggil dengan gembira, “Ibu! Ibu!”Raut wajah Jason seketika berubah. Kenapa dia tidak kepikiran? Kelima indra Yana terasa sangat familier baginya. Sementara itu, Sonia juga terus memberitahunya bahwa Yana adalah anak temannya. Sonia suka menyendiri. Dia tidak memiliki banyak teman. Kenapa Jason tidak kepikiran sosok Kelly?Mungkin
Bisa jadi Kelly ditipu? Apalagi Kelly itu orangnya bodoh!Sepertinya Kelly memang tidak pernah memiliki perasaan apa-apa terhadap Jason! Jika tidak, mana mungkin dia akan mengantar Yerin ke ranjangnya demi mendapatkan uang.Semakin dipikir-pikir, Jason semakin marah lagi. Reza memalingkan wajahnya melihat wajah muram Jason. Dia pun mentertawakan Jason. Belakangan ini, Jason sering bersenang-senang di atas penderitaannya. Bukankah Reza sudah bilang, mimpi buruknya akan segera datang!Kelly yang duduk di baris belakang tampak tidak fokus. Dia juga tidak berbicara. Sonia menjelaskan apa yang terjadi.Kemudian, Yana pun berkata, “Bibi Sonia hebat sekali! Paman juga hebat! Paman menendang orang jahat itu. Ditendang seperti ini!” Yana memperagakannya, lalu menceritakan betapa hebatnya Jason.Gerakan imut Yana hampir saja membuat Sonia tersenyum. Tentu saja, suasana di dalam mobil saat ini sangatlah tegang. Sonia juga tidak enak hati untuk tersenyum. Dia hanya memeluk Yana, lalu berkata, “Ap
Jason mengebut dengan kencang. Reza pun membuntuti dari belakang.Berhubung terkena lampu merah, Reza ditinggalkan oleh Jason. Dia pun mencari Jason di Kasen.Terdapat dua botol alkohol di hadapan Jason. Raut wajahnya kelihatan sangat masam. Dia mengangkat kepala melihat ke sisi pintu. “Kenapa ikuti aku? Apa kamu ingin tertawakan aku?”Reza duduk di hadapan Jason. Dia menuangkan minuman untuk dirinya sendiri, lalu berkata dengan datar, “Apa kamu lagi mengaku kamu suka dengan Kelly? Kalau tidak, apa hubungannya masalah dia menikah dan punya anak denganmu? Untuk apa juga aku mentertawakanmu?”Jason merasa syok. Dia meneguk minumannya dan tidak merespons.Apa benar Jason begitu menyukai Kelly? Bukankah seharusnya Jason membencinya?Reza menuangkan minuman untuk Jason. “Kamu tidak menyalahkanku, ‘kan?”“Untuk apa menyalahkanmu?” Jason mengangkat alisnya.“Sebenarnya aku tahu Yana itu anak Kelly, tapi Sonia tidak perbolehin aku mengatakannya. Jadi, aku tidak beri tahu kamu!”Jason tersenyum
Kelly membelai rambut halus Yana. Dia ingin sekali meminta maaf kepada Yana lantaran telah membuatnya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah.Saat Kelly sedang sembarangan berpikir, ponsel yang diletakkan di atas rak bergetar. Kelly terbengong sejenak ketika melihat nomor yang muncul di atas layar ponsel. Saking gugupnya, dia juga tidak tahu harus berbuat apa.Nomor ponsel itu tidak disimpan. Hanya saja, Kelly sudah terlanjur menghafal nomor itu. Ponsel tak berhenti bergetar. Seolah-olah jika Kelly tidak mengangkat, orang di ujung telepon tidak akan menyerah saja.Kelly menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan ke balkon untuk mengangkatnya. “Halo?”Orang di ujung telepon tidak berbicara. Hanya saja, terdengar suara napas beratnya.Kelly kembali bersuara, “Halo!”Jason tersenyum sinis. “Sejak kapan kamu menikah?”Lagi-lagi Kelly terbengong.Menyadari Kelly tidak menjawab, nada bicara Jason semakin dingin lagi. “Begitu sampai di Negara Madani, kamu langsung punya pacar?”Kelly menunduk,
Keesokan paginya, Kelly ke rumah sakit.Saat memasuki kamar, tampak seorang lelaki berpakaian jas biru tua sedang duduk sembari mengobrol dengan ibunya.Kelly merasa sangat kaget. Dia segera masuk, lalu bertanya dengan gugup, “Kenapa kamu ke sini?”Jason mengangkat kepalanya. Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah tampannya. Dia berkata dengan datar, “Dengar-dengar ibumu dirawat di rumah sakit. Aku datang untuk jenguk ibumu. Kenapa kamu malah gugup?”Sandora segera menjelaskan, “Kelly, Pak Jason datang untuk jenguk aku. Kenapa sikap kamu seperti ini?”Kelly merasa maksud kedatangan Jason tidaklah baik. Dia pun tidak menurunkan kewaspadaannya. “Terima kasih, Pak Jason. Tapi Pak Jason sangat sibuk, kami nggak ingin menunda waktumu.”“Tenang.” Terlihat senyuman di wajah Jason. Terdapat keranjang buah dan buket bunga di atas meja. Sepertinya semua itu dibawa oleh Jason.Hanya ada dua pasien di dalam kamar ini. Pasien yang satu lagi adalah anak perempuan yang dijaga oleh ibunya. Mereka b
“Kelly pergi beli sarapan!”Dokter Derrick mengukur tensi darah Sandora. Sikapnya sangatlah ramah. “Kondisimu sudah memulih. Kamu bisa keluar rumah sakit sekitar 3-5 hari.”“Terima kasih, Dok,” ucap Sandora dengan gembira.“Tidak perlu bersikap sungkan!” Derrick berdiri, lalu tersenyum dengan lembut. “Nanti setelah Kelly selesai makan, suruh dia ke ruanganku sebentar. Ada obat baru yang harus dikonsumsi. Nanti biar aku beri tahu cara makannya.”“Baik!” Sandora tak berhenti mengangguk.Tatapan Derrick sekilas tertuju pada sisi Jason, lalu memeriksa pasien wanita di ranjang nomor satu.Jason menatap bayangan punggung Derrick yang semakin menjauh. Dapat dirasakan kewaspadaan dari tatapan dokter tersebut. Jangan-jangan dia menyukai Kelly? Seorang lelaki baru akan merasa waspada jika menemukan saingannya.Jason tersenyum sinis. Belum satu bulan Kelly pulang, dia malah sudah menjadi sasaran baru!Setelah Derrick memeriksa pasien di sebelah, dia melewati sisi Sandora, lalu berpamitan denganny
Detak jantung Kelly seketika berhenti. Dia mengangkat kepalanya, lalu membalas dengan nada serius, “Kalau kamu benci sama aku, jauhi aku!”“Tidak!” Jason tersenyum sinis. “Terkadang tidak mesti menjauh ketika membenci seseorang. Malahan akan lebih menarik jika mendekatinya, apalagi melihat orang itu meronta di bawah kendaliku.”Kedua mata Kelly seketika melebar. “Apa yang ingin kamu lakukan?”“Tanpa izinku, kamu tidak boleh dekat dengan lelaki mana pun, termasuk Dokter Derrick!” Nada bicara Jason semakin dingin lagi.Kelly menatapnya dengan syok.Jason tersenyum sinis. “Jangan kira aku tidak tahu dia suka sama kamu!” Jason melangkah maju, lalu menatap si wanita. “Aku masih ingat dengan masalah dua tahun lalu. Jangan harap kamu bisa menganggap semua itu tidak pernah terjadi, apalagi melewati hidup bahagiamu dengan lelaki lain!”Kelly mundur selangkah lantaran Jason melangkah maju. Tatapan Kelly tertuju pada si lelaki. “Aku nggak pernah kepikiran untuk pacaran. Kamu sudah berpikir kebany
Dokter Derrick membalas dengan lembut, “Kelly, jangan selalu bersikap sungkan kepadaku.”“Bukan sungkan, tapi hormat. Terima kasih telah mengobati ibuku,” ucap Kelly dengan rasa berterima kasih.Kening Derrick seketika berkerut. Dia pun berbicara dengan nada bercanda, “Hormat? Aku masih belum menikah. Kenapa kamu malah berbicara seperti itu, seolah-olah aku sudah punya cucu saja.”Kelly spontan tersenyum. “Aku nggak bermaksud seperti itu!”“Coba kamu lihat, kamu lebih cantik kalau tersenyum.” Derrick juga tersenyum ketika melihat senyuman di wajah Kelly. Dia mengambil resep obat, menyerahkan kepada Kelly. “Hari ini ada beberapa obat ibumu yang diganti. Ada yang sehari makan dua kali, ada yang sehari makan tiga kali. Aku sudah menulisnya dengan sangat jelas. Kamu bisa tebus obatnya. Kalau ada yang tidak dimengerti, kamu bisa tanyakan kepadaku!”“Baik, terima kasih, Pak Derrick!” Kelly mengambil resep obat. “Aku pergi ambil obat dulu!”“Emm!”Kelly membalikkan tubuhnya berjalan keluar. T
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k
Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer
Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“