Di dalam mobil polisi, Gavin menghubungi atasannya. “Pak Patrick, tolong datang ke kantor polisi di Jalan Yellow. Aku dipukul dan juga diancam. Sekarang aku lagi di perjalanan ke kantor polisi.”Panggilan diakhiri. Gavin pun duduk dengan tenang.Istri dan putranya juga tidak menangis lagi. Tansri bertanya dengan suara kecil, “Suamiku, aku rasa lelaki itu bukan orang biasa. Apa kita akan baik-baik saja?”Gavin menunjukkan senyuman menyeringai. “Dia duluan yang memukulku. Memangnya kita bisa kenapa?”Saat ini Gavin merasa sangat yakin. Nada bicaranya terdengar sinis. “Pak Patrick temanan dengan wakil kepala cabang kantor polisi. Aku pasti akan besarkan masalah ini, biar mereka bisa ditahan!”“Suamiku, kamu memang hebat!” Tansri tidak merasa khawatir lagi.Gavin berkata dengan congkak, “Berani-beraninya menyentuh istri dan anakku, aku pasti akan habisi dia!”Polisi yang mengendarai di depan sana melirik kedua pasangan dari kaca spion tengah. Tatapannya terlihat agak kalut.Setibanya di ka
“Sebenarnya aku juga nggak bermaksud untuk lepasin dia. Hanya saja, Kak Jason sudah pukul dia!” ucap Sonia dengan suara rendah. “Masalah ini nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu tunggu di luar saja!”Tampak ekspresi kesal di wajah Reza. “Kamu takut melibatkanku dalam masalah ini?”Sonia memelototi Reza.Reza menarik napas dalam-dalam. Dia memilih untuk mengalah. “Aku janji tidak akan turun tangan lagi.”Saat Reza turun tangan tadi, Jason sudah membalikkan kepala Yana. Dia pun memelototi Tansri ketika dia menjerit bagai orang yang sudah kehilangan kewarasannya.Jason sungguh takut akan mengejutkan Yana. Dia tak berhenti menenangkan si kecil.Gavin berusaha untuk membangkitkan dirinya. Istrinya masih tak berhenti meminta polisi untuk menangkap Reza.Pihak kepolisian juga merasa sakit kepala. Sebenarnya ini bukanlah pertama kali keluarga Gavin berkunjung ke kantor polisi. Entah kenapa, keluarga Gavin seringkali bertengkar dengan tetangga. Setiap kali mereka pasti akan lapor polisi.Saat
Ponsel Gavin seketika berdering. Dia melihat layar ponsel sekilas, lalu mengangkatnya. Seketika terlukis senyuman di wajahnya.“Pak Patrick, kamu sudah datang belum? Apa kamu datang bersama wakil kepala cabang? Oke, oke, oke! Aku lagi di kantor polisi. Maaf sudah merepotkanmu!”Setelah berbicara panjang lebar, panggilan pun diakhiri. Senyuman di wajah Gavin semakin lebar lagi. “Kalian tunggu mati saja!”Sonia berbisik pada Jason, “Apa Perusahaan Disma itu hebat sekali?”Jason sendiri juga bingung bagaimana menjawabnya. Dia hanya menjawab, “Lumayan!”Sonia tersenyum dingin. “Bisa sebagus apa coba? Karyawannya saja seperti ini!”Reza yang sedang berdiri di belakang Sonia tak kuasa tersenyum. Dia lalu melirik wajah canggung Jason.Sonia melihat Reza dengan bingung. “Kenapa senyam-senyum?”Reza berdeham, lalu menyembunyikan senyumnya. “Tidak senyum lagi.”…Di Kompleks Anggrek.Linda telah kembali dari belanja bahan makanan. Dia menyadari ada banyak orang yang berkumpul di dalam kompleks.
Gavin juga merasa syok ketika melihat sikap hormat Patrick. “Pak Patrick, kamu ….”Patrick memelototi Gavin, lalu berkata, “Apa kamu buta? Apa kamu tidak kenal dengan presdir grup kita!”“Presdir?” Gavin terbengong melongo.Wakil kepala cabang mengenali Reza. Dia berkata dengan sungkan, “Pak Reza, kenapa kamu bisa ada di sini?”“Kekasihku dihina dan dilaporkan ke kantor polisi. Jadi, aku datang untuk melihat apa yang terjadi.” Nada bicara Reza sangatlah datar. Dia langsung merangkul pundak Sonia.Sekujur tubuh Sonia menjadi tegang. Dia juga tidak mungkin menepis tangan Reza di hadapan banyak orang. Jadi, dia hanya bisa memilih untuk bersikap tenang.Jordy segera bertanya pada anggotanya, “Apa yang terjadi?”Saat ini, para polisi sungguh merasa beruntung lantaran tidak berbicara kasar terhadap Reza dan yang lain. Mereka hanya menjelaskan apa yang terjadi.Selesai Patrick mendengar, dia langsung memarahi Gavin, “Anak perempuan itu masih kecil, anakmu malah mendorongnya dari atas seluncur
Gavin juga tidak peduli dengan semua itu. Dia segera berlari ke hadapan Jason, lalu menampar wajahnya sendiri. “Pak Jason, aku sungguh tidak tahu apa-apa. Istriku meneleponku memberi tahu bahwa putraku dipukul. Dia mendesakku untuk pulang. Kalau aku tahu putraku mendorong anak perempuan ini, aku pasti akan memukulnya!”“Saat kamu marah Sonia, aku lihat kamu kasar sekali!” Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah Jason. Hanya saja, auranya terasa mencekam.Gavin kembali menampar wajahnya lagi. “Aku memang berengsek. Aku tidak mencari tahu apa yang terjadi, malah sembarangan memarahi orang. Aku memang pantas mati!”Jason menggendong Yana, lalu membalikkan tubuhnya. Dia tidak ingin menghiraukan Gavin lagi.Saat ini, Gavin terpaksa memelas Patrick. “Pak Patrick, tolong bantu aku. Aku adalah manajer perusahaan. Coba bilang sama Pak Jason.”“Iya, kamu memang mahir dalam bekerja, tapi karaktermu bermasalah. Coba kamu lihat betapa arogannya kamu di rekaman CCTV itu!” omel Patrick.“Aku tahu ak
Sonia mengakhiri panggilan, lalu lekas berjalan menghampirinya. “Kenapa kamu ke sini?”“Tadi Bi Linda telepon aku. Dia bilang kamu dan Yana dibawa ke kantor polisi. Kamu nggak kenapa-napa, ‘kan? Di mana Yana?” tanya Kelly dengan mengerutkan keningnya.Tatapan Sonia tampak rumit. Dia memalingkan kepalanya melihat Jason yang syok itu. “Yana … ada di sana!”Kelly mengangkat kepalanya, lalu tatapannya tak sengaja berpapasan dengan mata Jason. Dia spontan melangkah mundur.Jason terus menatapnya. “Kelly!”Kali ini Jason baru sadar. Dia menunduk melihat Yana di dalam pelukannya. Hatinya terasa kacau. “Yana itu anak kamu?”Yana melihat kedatangan Kelly. Dia pun memanggil dengan gembira, “Ibu! Ibu!”Raut wajah Jason seketika berubah. Kenapa dia tidak kepikiran? Kelima indra Yana terasa sangat familier baginya. Sementara itu, Sonia juga terus memberitahunya bahwa Yana adalah anak temannya. Sonia suka menyendiri. Dia tidak memiliki banyak teman. Kenapa Jason tidak kepikiran sosok Kelly?Mungkin
Bisa jadi Kelly ditipu? Apalagi Kelly itu orangnya bodoh!Sepertinya Kelly memang tidak pernah memiliki perasaan apa-apa terhadap Jason! Jika tidak, mana mungkin dia akan mengantar Yerin ke ranjangnya demi mendapatkan uang.Semakin dipikir-pikir, Jason semakin marah lagi. Reza memalingkan wajahnya melihat wajah muram Jason. Dia pun mentertawakan Jason. Belakangan ini, Jason sering bersenang-senang di atas penderitaannya. Bukankah Reza sudah bilang, mimpi buruknya akan segera datang!Kelly yang duduk di baris belakang tampak tidak fokus. Dia juga tidak berbicara. Sonia menjelaskan apa yang terjadi.Kemudian, Yana pun berkata, “Bibi Sonia hebat sekali! Paman juga hebat! Paman menendang orang jahat itu. Ditendang seperti ini!” Yana memperagakannya, lalu menceritakan betapa hebatnya Jason.Gerakan imut Yana hampir saja membuat Sonia tersenyum. Tentu saja, suasana di dalam mobil saat ini sangatlah tegang. Sonia juga tidak enak hati untuk tersenyum. Dia hanya memeluk Yana, lalu berkata, “Ap
Jason mengebut dengan kencang. Reza pun membuntuti dari belakang.Berhubung terkena lampu merah, Reza ditinggalkan oleh Jason. Dia pun mencari Jason di Kasen.Terdapat dua botol alkohol di hadapan Jason. Raut wajahnya kelihatan sangat masam. Dia mengangkat kepala melihat ke sisi pintu. “Kenapa ikuti aku? Apa kamu ingin tertawakan aku?”Reza duduk di hadapan Jason. Dia menuangkan minuman untuk dirinya sendiri, lalu berkata dengan datar, “Apa kamu lagi mengaku kamu suka dengan Kelly? Kalau tidak, apa hubungannya masalah dia menikah dan punya anak denganmu? Untuk apa juga aku mentertawakanmu?”Jason merasa syok. Dia meneguk minumannya dan tidak merespons.Apa benar Jason begitu menyukai Kelly? Bukankah seharusnya Jason membencinya?Reza menuangkan minuman untuk Jason. “Kamu tidak menyalahkanku, ‘kan?”“Untuk apa menyalahkanmu?” Jason mengangkat alisnya.“Sebenarnya aku tahu Yana itu anak Kelly, tapi Sonia tidak perbolehin aku mengatakannya. Jadi, aku tidak beri tahu kamu!”Jason tersenyum
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m