Pada awalnya, Jemmy tampak tidak tertarik. Namun, setelah melihat beberapa kali, matanya perlahan melebar. Kemudian, dia menatap lekat layar ponselnya, “Sonia cucuku?”Aska sengaja berkata, “Aku suruh kamu lihat bunga, siapa yang kamu lihat?”Jemmy langsung duduk tegak, “Itu Sonia cucuku, kan?”Aska mengangguk, “Iya, hari ini dia datang ke rumahku. Dia juga beli banyak makanan kesukaanku. Padahal aku bukan anak kecil, untuk apa beli begitu banyak kue?”Jemmy langsung kebakaran jenggot, “Dasar tua bangka, kamu sengaja, kan? Panggil dia sini, aku mau tanya sama dia. Lebih sayang kakeknya, atau gurunya?”Cucunya itu sudah lama tidak pulang ke rumah, tapi malah pergi ke rumah Asa si tua bangka itu.Aska menekuk wajahnya, lalu berkata dengan serius, “Lihat kamu ini. Dengan persahabatan kita, memangnya aku masih bisa rebutan cucu sama kamu? Tentu saja lebih sayang gurunya.”Usai berkata, Aska mengarahkan kamera ke wajahnya sendiri. Dia tertawa senang, lalu menutup panggilan video.Aska melet
Sonia tertawa pelan, “Nama pelukisnya sangat menarik.”Seseorang di dekat Sonia langsung melirik Welmus dan berkata sambil tersenyum, “Pelukis lukisan ini masih seorang mahasiswa dan sangat berbakat. Aku langsung syok saat melihat lukisan ini. Saat aku berusia dua puluhan, aku belum punya kemampuan melukis seperti ini.”Sonia tersenyum, lalu berkata, “Pelukisnya memiliki style yang unik. Sudut pandangnya luar biasa menarik. Ditambah lagi tekniknya matang, komposisinya penuh. Sebuah lukisan bagus.”Semua orang spontan mengangguk setuju. Welmus bahkan tersenyum lebar, terlihat sedikit bangga.“Tapi ....” Sonia tiba-tiba mengubah gaya bicaranya, dia pun menggelengkan kepala, “Hanya saja daya tariknya masih kurang. Apalagi lukisan ini bersebelahan dengan lukisan Pak Welmus. Perbedaan kedua lukisan dalam segi daya tarik dan konsepsi artistik tidak kecil. Secara logika, lukisan ini seharusnya tidak muncul di pameran seni ini.” Semua orang terkejut, ada beberapa orang diam-diam mengangguk. A
Juno pun punya tebakan sendiri ketika melihat Sonia tidak berbicara, “Sudah punya pacar?”Sonia mengatupkan bibirnya, lalu mengangguk pelan.“Orang mana? Kerja apa?” tanya Juno sambil mengerutkan alis.“Dia orang Kota Jembara. Kami juga baru berkencan, hubungan kami belum pasti,” kata Sonia dengan kikuk serta wajah serius.Raut wajah Juno semakin muram, “Hubungan belum pasti, tapi kamu sudah biarkan masuk ke rumahmu? Kamu pindah dari Vila Green Garden juga karena dia?”Sonia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, karena itu dia hanya bisa mengangguk dan berkata, “Iya.”Juno menarik napas dalam-dalam. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan menatap Sonia dengan serius, “Awalnya karena ada keluarga Atmojo di dekatmu, aku juga nggak terlalu banyak tanya soal kehidupanmu. Tapi kamu tiba-tiba punya pacar, bisa-bisanya kamu juga nggak kasih tahu aku!”Juno tahu kalau perjanjian pernikahan antara Sonia dan keluarga Herdian akan segera berakhir. Dia tidak keberatan Sonia memiliki
Suara Sonia bergetar saat bertanya, “Satu dus isi berapa?”Reza memikirkannya dengan serius, “Kira-kira ada 50 kotak.”Ekspresi Sonia terlihat lebih kaget daripada malu, “Bagaimana kamu lewati kasir?”Apakah kasir melihatnya seperti melihat orang cabul?Reza mengerutkan kening, “Kasir itu apa?”Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu menjelaskan, “Tempat kamu bayar barang-barang yang kamu beli di supermarket.”Reza mengerutkan keningnya semakin kencang, “Manajer supermarket yang pindahkan dus itu ke mobil. Aku kasih uangnya ke dia.”Sonia, “....”“Ada apa?” tanya pria itu.“Nggak apa-apa,” ujar Sonia dengan datar. Paling-paling, manajer supermarket mengira Reza membeli secara grosir untuk dijual kembali.Pergi ke supermarket untuk membeli secara grosir. Tidak heran kalau hal itu mengejutkan manajer supermarket, bahkan manajer itu sendiri yang memasukkan barang ke mobil Reza.Sonia mendongakkan kepala dan berkata dengan bersungguh-sungguh, “Lain kali jangan pergi ke supermarket itu lagi.”
Stella terdiam sejenak, lalu berkata dengan sedih, “Hanya saja, aku takut Kakek akan suruh aku cepat-cepat nikah. Aku masih ingin tinggal di sisi Mama lebih lama.”Reviana merasa kesal begitu teringat kejadian sebelumnya, “Kakekmu sudah linglung. Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan kamu menikah dengan orang seperti Gerry. Kalau mau nikah, suruh saja Sonia yang nikah.”Stella tersenyum ceria, lalu memeluk Reviana, “Mama baik banget sama aku. Aku akan kerja keras dan menghabiskan seluruh hidupku untuk berbakti pada Mama.”“Anak Mama yang paling baik.”Keduanya saling berpelukan, sambil mengucapkan banyak kata yang menyentuh. Setelah itu, Reviana baru berdiri dan berkata, “Sudah hampir waktunya. Ganti pakaianmu, kita segera berangkat.”“Hmm,” gumam Stella sambil tersenyum manis.Lukisan Stella dipajang di pameran seni, hal ini merupakan momen yang sangat membanggakan bagi keluarga Dikara. Hendri menunda semua agendanya untuk mengantar istri dan anaknya ke pameran seni. Sore hari n
Welmus berkata, “Kamu juga datang ke dalam pameran lukisan itu? Awalnya aku ingin menelepon kamu, tapi dua hari ini karena sibuk mengurus pameran, jadi lupa kasih tahu kamu. Benar, lukisan kamu diturunkan karena suatu alasan.”Otak Stella seperti berdengung, wajahnya menjadi pucat pasi, seluruh badannya terasa sangat kaku. Dengan suara bergetar hebat, perempuan itu berkata, “Kenapa bisa begini? Bukankah hal ini sudah diputuskan? Kemarin Ketika kita lewat masih melihatnya, kenapa hanya dalam satu hari langsung berubah seperti ini?”Welmus berkata dengan nada suara meminta maaf, “Memang seperti ini, aku juga nggak bisa berbuat lebih banyak lagi. Maaf, ini semua salahku nggak memberitahu kamu dari awal.”Air mata Stella mulai turun, dengan suara yang terisak, perempuan itu bertanya, “Apa nggak bisa untuk didiskusikan dahulu?”Welmus berkata dengan suara yang sangat berat, “Sudah nggak bisa! Tapi nggak apa-apa, kamu masih muda, masih punya banyak kesempatan lainnya. Jangan terlalu diambil
Stella berusaha untuk tetap mempertahankan harga dirinya, “Oke, tunggu lukisanku selesai diperbaiki, aku akan mengundang kalian datang lagi untuk melihatnya, yah.”“Oke, kamu jangan terlalu sedih yah!” Kedua perempuan itu berusaha menghibur Stella, lalu mereka berdua pun buru-buru pergi.Mereka bertiga datang ke pameran dengan perasaan gembira, tapi pulang dengan perasaan yang bercampur aduk antara sedih dan kecewa. Di dalam perjalanan pulang, Reviana hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Sementara Stella terus menerus menangis dengan pelan.Sesampainya di rumah, amarah Reviana langsung meledak. Dia mengambil gelas air yang baru saja diantar oleh pelayan rumah mereka dan membantingnya dengan keras ke lantai. “Benar-benar membuatku marah! Apa-apaan ini!”Stella menangis hingga matanya menjadi bengkak, “Ma, maaf!”Reviana langsung membentak putrinya, “Kamu lain kali bisa nggak, memastikan semua hal terlebih dahulu, baru bilang! Aku berkali-kali kehilangan muka gara-gara kamu!”Stella
Setelah dua hari berlalu sejak masalah lukisan Stella yang diturunkan, Hendri pun akhirnya mendapatkan sedikit kabar.Pria itu membayar seorang karyawan yang bekerja di dalam pameran lukisan tersebut. Orang tersebut memberi tahu Hendri, bahwa satu hari sebelum pameran dibuka, penanggung jawab pameran mengundang Pak Aska dan kedua muridnya untuk melakukan pengecekan. Namun, setelah mereka pergi, lukisan Stella langsung diturunkan. Mengenai alasan yang jelas, mengapa lukisan Stella diturunkan, pria itu juga tidak mengetahuinya.Sesampainya di rumah, Hendri langsung memberitahu berita ini kepada Reviana dan juga Stella. Reviana menebak dan berkata, “Apa karena Pak Aska nggak suka dengan lukisan Stella?”Hendri berkata, “Di dalam dunia seni, Pak Aska sangatlah dihormati. Walaupun Pak Welmus sangat terkenal, dia bukanlah murid Pak Aska yang paling dibanggakannya. Kalau memang Pak Aska nggak menyukai lukisan Stella, takutnya Pak Welmus juga nggak bisa berbuat banyak.”Stella sudah beberapa
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih
“Biarkan aku tetap berada di sisimu, kita bisa tetap berteman seperti dulu, tapi jangan lagi bersikap dingin dan menjauhiku! Beri kita waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Kalau kamu tetap nggak bisa menyukaiku, aku akan mundur.” Tasya mengucapkan kalimat terakhir itu dengan suara terisak-isak.Yandi tidak langsung menjawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dengan perlahan. “Oke, boleh!”Tasya tersenyum manis, tetapi dibaluti dengan air mata. Sosok dia saat ini menyentuh hati siapa pun yang melihatnya.Tasya tersenyum karena dirinya memiliki harapan dan juga tersenyum karena dirinya yang tidak berguna. Padahal Yandi tidak menjanjikan apa-apa, dia malah merasa gembira.Tasya buru-buru menyeka air matanya, lalu mengulurkan tangannya sembari berkata dengan sedikit canggung dan berani, “Boleh nggak aku peluk kamu?”“Ja ….”Belum sempat Yandi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Tasya melompat ke arahnya dan memeluknya erat, menempelkan tubuh mungilnya ke dada pria
Kening Yandi berkerut. “Aku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!”“Tapi, aku peduli!” Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, “Semalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!”Yandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, “Tasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!”Tasya tidak mengambil