“Aku lihat Tuan sabar sekali. Kelak kamu pasti akan menjadi ayah yang baik,” puji Linda.Jason pun tersenyum dan tidak berkata-kata.Jason sendiri juga tidak menyangka dirinya akan begitu menyukai Yana. Jangan-jangan karena Jason sudah berumur, jadi dia ingin menjadi seorang ayah. Jason sendiri merasa lucu dengan pemikirannya.Linda berkata, “Kalau begitu, Tuan lihatin Yana dulu, ya. Kebetulan aku harus belanja sayuran untuk makan malam Yana.”“Tenang saja, aku akan menjaganya. Kamu pergi sana!” balas Jason dengan pelan.“Baik!” balas Linda dengan hormat. Dia mengambil kunci, lalu keluar rumah.Ruangan seketika menjadi hening. Cahaya matahari siang menyinari ke dalam ruangan. Ruangan terasa hangat.Jason menunduk untuk melihat Yana. Tidurnya sangatlah lelap. Bulu mata lentik, pipi gembung, hidung mancung, semuanya terlihat sangat imut. Jason sungguh menyukai semua sisi dari si kecil.Pelukan Jason spontan semakin erat lagi. Aroma susu di tubuh Yana membuat hati Jason terasa sangat nyam
Linda berjalan keluar dari dapur, lalu segera berkata, “Yana, sini sama Bibi. Paman sudah menggendongmu selama beberapa jam. Tangannya pun sudah kebas.”“Tidak apa-apa. Kamu masak untuk Yana saja. Biarkan aku gendong dia sebentar lagi.”Melihat Yana sudah bersemangat, nada bicara Jason juga semakin lembut lagi.“Baiklah. Aku tidak akan lama-lama,” balas Linda, lalu kembali ke dalam dapur.“Apa tangan Paman sakit?” Jemari kecil Yana mengusap tangan Jason, lalu mencondongkan tubuhnya. “Biar Yana tiup. Kata Ibu, setelah ditiup, tidak akan sakit lagi!”“Kenapa kamu hebat sekali? Bisa mengingat semua ucapan ibumu.” Jason memangku Yana di atas pahanya. “Sini, biar Paman tanya, sekarang kamu sudah umur berapa?”Yana mengulurkan tangan kanannya, lalu mengeluarkan dua jarinya. Kemudian, dia melihat Jason dengan tersenyum. “Umur dua!”“Hebat sekali!” puji Jason sembari mengangguk. “Siapa namamu?”“Ya-na!” Yana mengatakannya dengan pelan sembari mengangguk. Sosok seriusnya terlihat sangat imut.“
Kelly mengangguk, lalu berkata pada Bibi Linda, “Dia itu temanku.”Linda memuji, “Tuan itu orangnya sangat tampan dan sabar. Siang hari tadi dia menggendong Yana sewaktu tidur siang.”Yana segera berkata dengan bangga, “Kata Paman, dia akan datang lagi besok!”Kelly merasa sangat tidak enak hati. Dia berkata pada Yana, “Kamu jangan selalu repotin orang lain!”“Paman itu bukan orang lain!” balas Yana dengan sedikit mengambek.Kelly mengusap hidung mancung si kecil. “Kamu malah bela orang lain!”Yana menyipitkan matanya.Beberapa hari kemudian, di saat tidak ada kerjaan, Jason selalu menemani Yana di sore hari. Dia membujuknya untuk tidur, lalu menemaninya untuk bermain dan menonton kartun. Sempat sekali Jason datang di saat Yana sedang demam. Begitu Jason datang, Yana pun menjadi sangat penurut.Setiap kalinya Jason akan datang setelah jam makan siang dan pulang sekitar pukul empat sore. Tidak pernah sekali pun dia bertemu dengan Kelly.Jason mendengar dari Linda bahwa ibunya Yana sedan
Mereka berdua mengobrol beberapa saat, baru mengakhiri panggilan. Setelah panggilan diakhiri, Sonia terbengong sejenak. Sonia bisa menyetujui untuk menjadi guru bimbel Tandy juga karena Diana dan Tandy. Namun sekarang, dia tidak tahu bagaimana untuk menghadapi Reza?Setelah mereka berbicara di restoran barat waktu itu, Sonia mengira mereka berdua tidak akan bertemu lagi. Sekarang, Sonia juga akan berkunjung ke rumahnya.Sonia mengusap kepalanya merasa semua ini sungguh di luar dugaannya. Hanya saja, Sonia sudah menyetujuinya, dia juga tidak mungkin untuk memungkiri janjinya.Sonia melihat jam. Sekarang waktunya Tandy untuk pulang sekolah. Dia pun menelepon Tandy.Panggilan terhubung. Tandy pun terdengar sangat gembira. “Bu Sonia?”Sonia membalas dengan tersenyum, “Sudah pulang sekolah?”“Ini lagi di mobil.”“Aku telepon kamu buat kasih tahu satu kabar baik dan satu kabar buruk. Kamu mau dengar yang mana dulu?” tanya Sonia.Tandy tertegun sejenak. “Tentu saja kabar baik!”Sonia menjawa
Dua tahun lalu, saat terakhir kalinya Sonia mengajar bimbel di Kediaman Herdian, dia sendiri juga tidak menyangka akan terjadi begitu banyak masalah selanjutnya. Sekarang dua tahun telah berlalu dan dia pun kembali lagi.Sonia membayar sopir taksi, lalu menuruni mobil. Pelayan sudah menunggu di depan pagar hitam. Ketika menyadari kedatangan Sonia, dia langsung menyambut dengan hormat, “Bu Sonia, kamu sudah datang!”Sonia mengangguk sedikit kepalanya. Kemudian, dia mengikuti langkah pelayan berjalan ke dalam halaman.Selama dua tahun ini, selain pohon yang semakin tinggi, sepertinya tidak ada perubahan lain lagi.Fadin berjalan mendekat. Dia mengenakan jas rapi dengan dasi kupu-kupu di lehernya. Ubannya semakin banyak saja. Dia menyapa Sonia dengan ramah, “Bu Sonia sudah datang, ya!”“Pak Fadin!” sapa Sonia.Entah firasat Sonia saja atau bagaimana, dia merasa Pak Fadin lebih ramah daripada sebelumnya.“Nyonya Diana sudah berpesan, Tuan Muda sedang menunggumu di atas. Biar aku bawa kamu
Selama dua tahun ini, Tandy memang semakin tinggi saja. Dia bahkan sudah lebih tinggi daripada Sonia. Sekarang tinggi badannya sudah melewati 1,7 meter. Ditambah lagi dengan gen unggul Keluarga Herdian, Tandy yang baru berusia 12 tahun ini kelihatan sangatlah tampan!Tandy mendengus, “Apa kamu masih akan memukulku?”“Nggak berani! Ampun!” Sonia menunjukkan ekspresi jera.Tandy tersenyum dengan lebar. Dia mengamati Sonia, lalu berkata, “Kamu masih sama seperti dulu. Nggak berubah sama sekali.”“Terima kasih. Aku anggap kamu lagi puji aku!” balas Sonia dengan tersenyum lebar.“Cih!” Tandy menyindir, “Ternyata kamu masih nggak berubah. Mukamu tebal sekali!”Sonia mengambil raket bola tenis di samping, lalu memukul di kepalanya. “Kenapa kamu berbicara seperti itu terhadap gurumu?”“Iya, tak peduli kamu itu guruku atau bibiku, kamu tetap adalah seniorku. Aku salah, oke?” tanya Tandy dengan tersenyum.Senyuman di wajah Sonia terkaku. “Sudahlah, jangan banyak bicara lagi. Sudah saatnya belaja
Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan datar, “Kalau begitu, terima kasih, Tuan.”Reza tidak berbicara. Dia membalikkan tubuhnya berjalan keluar.Sonia mengenakan sepatunya, lalu berjalan di belakangnya.Saat Sonia keluar, mobil Reza sudah menunggu di luar. Gambaran familier ini membuat hati Sonia menjadi kalut.Setelah masuk ke dalam mobil, lelaki yang duduk di bangku pengemudi bersuara, “Duduk di depan.”Sonia mengerutkan keningnya. Suaranya semakin datar lagi. “Aku duduk di sini saja.”“Kamu kira aku itu sopir?” Nada bicara si lelaki agak tinggi.Sonia menggigit bibirnya, lalu menuruni mobil, lalu duduk di baris depan.Setelah Sonia memasang sabuk pengaman, si lelaki mengendarai mobil melaju meninggalkan Kediaman Herdian.Sonia memandang ke luar jendela. Si lelaki mengendarai mobil dengan serius. Tidak ada yang berbicara di dalam mobil, seolah-olah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.Waktu memang sangat mengerikan. Kedua insan yang sebelumnya sangat mesra malah menj
Tiba-tiba hati Sonia terasa sangat penat. Dia pun tidak memiliki suasana hati untuk berdebat dengan Reza lagi. Tanpa berbasa-basi, Sonia menuruni mobil, lalu membanting kuat pintu mobil.Reza menatap bayangan punggung wanita yang kesal itu. Ujung bibirnya melengkung ke atas. Setelah Sonia masuk ke dalam gedung, dia mulai menenangkan dirinya. Tiba-tiba kakinya terhenti. Dia memalingkan kepalanya dan kepikiran, dia tidak pernah memberi tahu Reza alamat tempat tinggalnya. Kenapa Reza bisa tahu dirinya tinggal di Kompleks Vila Anggrek?Tiba-tiba Sonia tidak mengerti sebenarnya apa yang ada di benak Reza?Bukankah dua tahun lalu Reza mengatakan dirinya sudah bosan dan mengajukan putus? Sekarang Reza juga memiliki kekasih baru, tetapi Reza masih saja mendekatinya. Terkadang Reza malah kelihatan sangat peduli terhadapnya.Apa karena Reza tahu Sonia adalah Suki? Oleh sebab itu, Reza merasa bersalah telah berpisah dengannya waktu itu?Terlintas senyuman sinis di wajah Sonia. Dia masuk ke dalam
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun