Nama ku Sun Yi-jung, setidaknya itulah yang tertulis di akta kelahiranku.
Tahun ini ayah ku sakit parah. Kondisi keuangan keluarga kami menurun sangat drastis, seperti orang tua pada umumnya menginginkan masa depan anaknya punya masa depan yang menjanjikan.
Agar aku bisa masuk ke Universitas terbaik di kota ku, mereka telah mengusahakan koneksinya serta tabungannya untuk memindahkan ku dari daerah pinggiran ke sekolah SMA favorit di kota.
SELAMAT KEMBALI KE SOKOLAH, itu lah tulisan yang tertera di depan pagar sekolah baru ku, aku pun berjalan masuk ke sana.
Ketika aku sedang berjalan, seketika itu motor lewat dan menginjak genangan air yang mengenaiku saat itu. Baju ku basah kuyup seketika.
Aku pun mendatangi orang yang memakai motor tadi dan ternyata dia Cheng Zheng, orang kaya generasi ke-2 anak dari pejabat terkemuka adalah pangeran semua gadis sekolah, setiap bagian dirinya mempertunjukkan nilai keunggulan!
"Apa masalah mu?" tanya Cheng Zheng
"Apa kau tau cara naik motor?" sergah ku saat itu.Tiba-tiba bola bisbol hampir mengenai kepala ku yang langsung di tangkis oleh Cheng Zheng dengan cepat
"Kalian mau mati?" teriak Cheng Zheng pada anak-anak pemain bisbol.
"Lain kali hati-hati!" ucapnya sambil meninggalkan ku,
Untungnya tidak semua teman kelas sama, seperti dia.
"Hai! Mo Fu Ho, teman sekelas mu" seorang wanita tomboy mengajak ku untuk berkenalan latar belakang keluarga Mo Fu Ho, sama denganku.
Dia di sekolah ini adalah teman pertamaku dan satu-satunya.
"Halo aku Sun Yi-jung," sahut ku
"Kau pasti merasa tak mudah kan menjadi anak baru kan?" tanyanya padaku "Kalau nanti ada kesulitan tanyalah ke padaku!" tambahnya.Aku hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kelapa ku, mendengar perkataannya.
"Anak itu juga dari kelas kita" sambil menunjuk seorang gadis yang populer di sekolah ini.
Meng Xue, itulah namanya pacar masa kecilnya Cheng Zheng. Putri kecil yang membanggakan ini untuk beberapa alasan, selama jangka waktu lama kemudian, menganggap ku sebagai musuh tangguhnya dia.
Dia pun memiliki asisten pribadi di sekolah Song Ming, itulah namanya walaupun patuh kepada Meng Xue, ia baik dan ramah padaku.
Dan ada satu lagi teman sekelas ku yang sedikit aneh suka dandan dan, bertingkah kemanapun ia pergi Zou Ziy namanya.
Ia suka membuat onar suka mengintip celana dalam wanita, tiba-tiba bola bisbol melayang mengenai wajah Zou Ziy, dan bola itu berhenti tepat di kaki ku. Aku pun meraih bola itu dan ternyata itu bola milik Cheng Zheng.
Semua wanita di sekolah bersorak ketika melihat nya, dia pun mengambil kembali bola bisbol di tangan ku.
"Anak bandel, apa yang kau lakukan di sini?, Sengaja melempar bola pada ku!" tegur Zou Ziy dan membawanya pergi dari hadapan ku.
Meng Xue melewati ku dan melihatku dengan tatapan sinis, aku pun tak memperdulikannya.
Pada saat, itu sungguh di luar dugaanku kalau dia akan membuat masa SMA ku, dan tahun-tahun ku menggemparkan karena dia.
Bel masuk pun berbunyi, aku bergegas masuk ke dalam kelas ku.
"Guru Sun menyuruh mu duduk di sana! yang di belakang baris ke-4". Sambil menunjukan bangku tempat duduk ku ucap sekertaris kelas.
Aku pun berjalan menuju kursi ku, di belakang tempat duduk ku adalah Cheng Zheng, di samping kursi ku ada Zou Ziy, di depan meja ku adalah Meng Xue.
"Guru kepala datang" teriak salah satu murid di kelas.
Dan waktu itu pembagian nilai hasil soal yang baru ku kerjakan "Sun Yi-jung" teriak guru saat itu memanggil nama ku untuk mengambil hasil soal tadi.
"98, aku tak mengharapkan kita berkawan, kau cuma 4 angka lebih tinggi dari nilai ku! nilai ku akan lebih tinggi nanti dari mu" sambil tertawa Zou Ziy yang hendak mengetahui nilai ku.
"Apa kau tidak malu Zou Ziy" lemparan kertas mengenai wajah Zou Ziy seketika "Bukan urusan mu Cheng Zheng" sahut Zou Ziy.
"100 Cheng Zheng, yang kau dapatkan" ucap guru saat itu. Ternyata ia siswa yang pandai.
Saat belajar aku tak sadar dan menyandar di bangku ku aku hampir terjatuh, aku tak tau kalau bangku yang ku duduki rusak.
"Hati-hati dong! kau akan mati bila terjatuh" gumam Cheng Zheng yang kaget ketika melihat ku hendak terjatuh.
Tak lama bel kelas berbunyi "Baiklah kelas dibubarkan" ucap guru saat itu sambil meninggalkan kelas.
Aku pun membuka tas ku dan mengambil sesuatu yang ku tutup menggunakan buku dan akan pergi keluar, ternyata Cheng Zheng mengamati ku sedari tadi.
Dia pun merampas buku yang ku pegang "Harusnya bertanya padaku saat kau tak bisa mengerjakannya! mengapa kau tak bertanya pada ku? hasilku lebih baik dari mu. Aku bisa mengajari mu jangan khawatir!
"Kembalikan" ucap ku sambil mencoba meraih buku yang ia pegang, dan terjatuh sesuatu dari dalam buku itu. Semua siswa-siswi melihatnya.
Aku langsung meraih dan menamparnya, dan seketika itu aku langsung pergi, tanpa ku sadari salah satunya tertinggal di lantai.
Zou Ziy meraihnya dan membukanya "Ada apa ini, apa isinya hah! ternyata Pembalut" semua orang tertawa di dalam kelas.
Cheng Zheng merasa bersalah seketika itu dia terdiam melihat kejadian itu.
Ketika di dalam kelas "Aku punya impian, semua orang punya impian bagaimana jika menjadi kenyataan dalam 3 tahun di SMA?" penjelasan singkat dari salah satu guru yang mengajar.
Cheng Zheng memukul pundak ku menggunakan buku. Namun aku tak menghiraukannya sampai beberapa kali ia melakukan hal yang sama, tiba-tiba ia melempar kan buku itu di meja ku dan berbisik "Baca buku itu!".
Aku pun tak menghiraukannya ia menendang-nendang kursi ku dan tak ku sengaja kursi ku menginjak kakinya m
Aku pun membuka dan membaca apa yang ia tulis di buku itu (tanya aku bila jika kau tak mengerti) itulah tulisan yang ia tulis.
"Kelas telah berakhir kalian bisa bersiap-siap untuk pulang" ujar guru saat itu
"Kalau begitu biarkan ayah beristirahat dulu dengan tenang!" aku sedang menelpon ibu ku yang berada di rumah sakit waktu itu.
"Bagaimana? apakah ayah mu sudah baikan?" tanya Mo Fu Ho sambil menggandeng tangan ku.
"Kondisinya tak begitu menggembirakan, tapi kondisi tertentunya tak di beritahukan oleh ibu ku" sahut ku "Dia akan membaik"
Tiba-tiba Zou Ziy muncul dari balik tembok di sekolah "Zou Ziy, kamu ini pura-pura jadi apa?" cetus Mo Fu Ho
"Keluarlah" ucap Zou Ziy ternyata Cheng Zheng datang dengan kaki sebelah yang pincang.
"Hutang di miliki penghutang, kejahatan di miliki iblis, kita harus selesaikan masalahnya ini" tutur Zou Ziy sambil menggandeng tangan Cheng Zheng.
"Maaf"
"Maaf tak ada artinya, ia tak bisa jalan"."Lalu apa maumu?""Menggendongnya di punggung mu ke kantin!""Menggendongnya?"Aku pun kaget mendengar perkataan Zou Ziy ketika aku di suruh menggendongnya.
"Pegangi aku jika kau tak bisa menggendong ku" sahut Cheng Zheng
"Jika kau tak bisa memegangi dia bayarlah ganti rugi! dengan diri mu atau uang" ucap Zou Ziy"Untuk apa uang?" tanya Cheng Zheng"Uang pasti di perlukan untuk biaya rumah sakit dan obat-obatan" jelas Zou Ziy."Semua uang ku ada di kartu ini jika masih kurang akan ku lunasi bulan depan" ucap ku sambil memberikan kartu ku dan menarik tangan Mo Fu Ho, untuk pergi dari sana.
Ketika di kantin aku hanya memakan roti kerena uang ku telah habis dan hanya tersisa di kartu kredit ku saja, Cheng Zheng pun lewat dan melihat ku hanya memakan roti.
"Kau tak bisa terus makan seperti ini" ujar Mo Fu Ho sambil memberikan aku makanan "Ayo kita makan bersama". ucapnya lagi.
"Terima kasih" sahut ku sambil memegang sendok yang ia berikanAku pun tak bisa menolaknya karena aku merasa sangat lapar juga seketika itu, kami pun makan bersama.
Aku akan mengambil kembali kartu mu" tutur Mo Fu Ho sambil berdiri
"Jangan pergi! aku telah membuat terluka jadi aku harus bertanggung jawab aku tak mau berhutang padanya" ucap ku sambil menahan Meng Xue pergi.Tiba-tiba Zou Ziy datang dan membagikan es krim "Hai semuanya aku tua Zou sekarang ingin menawarkan es krim Deluxse gratis?". teriaknya sambil meleparkan es krim ke semua orang yang di kantin.
Semua orang berteriak gembira dan senang
"Ini untuk mu, ini juga rangkap lah dengan benar" ucap Zou Ziy sambil membagikan es krim."Hei gendut ini untuk mu" ucap Zou Ziy ke pada Song Ming "Tak bisa di percaya Sun Yi-jung ini, benar-benar bangkrut hanya pembelian es krim Delux ini aku telah menguras kartu kreditnya dan hanya bisa membeli 30 es krim ini saja" ucap Zou Ziy ke pada Cheng Zheng.
Cheng Zheng hanya terdiam dan merasa bersalah telah melakukan kebodohan ini, ia tak bisa melarang temannya melakukan itu.
Tiba-tiba Mo Fu Ho datang
"Apa kalian tau ini untuk hidup Sun Yi-jung untuk sebulan?" sambil melempar es krim yang di berikan Zou Ziy tadi"Itu bukan urusan kami, jika kau tak makan itu urusan mu, Gendut makanlah lagi ini masih banyak es krim nya" sahut Zou Ziy yang masa bodoh dengan kehidupan orang lain.
Di dalam kelas aku sedang mengerjakan Matematika yang belum ku pahami aku sedari dulu tak pernah begitu paham dengan pelajaran ini, jika aku tak bisa memperbaiki nilai Matematika maka beasiswa ku akan di cabut dan aku akan membayar uang sekolah.
Tiba-tiba Zou Ziy melempar kartu kredit di meja ku dan aku pun meraihnya dan segera pergi mengecek sisa berapa uang yang berada di dalamnya.
Uang ku masih utuh saat itu, ternyata Cheng Zheng telah mengembalikan uang yang di pakai Zou Ziy tadi untuk membeli es krim.
"Cheng Zheng ayok, ayok, ayok" sorak siswa-siswi di lapangan yang melihat pertandingan besball Cheng Zheng.
Ketika ia selesai bermain bisbol aku mendatanginya.
"Cheng Zheng ini memang tak banyak, tapi bisa membuat kaki mu sembuh!" sambil menjulurkan uang yang tak seberapa.
"Kenapa kau banyak bicara" cetusnya sambil meninggalkan ku.
"Terima kasih, tapi tolong jangan lakukan ini lagi pada ku!" aku menunduk dan memberikan uang tersebut.
Tiba-tiba Meng Xue, datang dan merebut uang dari tangan ku.
"Dengar! bahkan ia tak mau menerima kebaikan mu". ucapnya sambil memberikan uang ku pada Cheng Zheng.
"Aku tak butuh bantuan orang" sahut ku dan pergi meninggalkan mereka.
Meng Xue, memberikan uang ku pada Cheng Zheng namun Cheng Zheng malah meninggalkannya sendiri di lapangan.
Aku pergi ke atap gedung sekolah dan memikirkan bagaimana aku bisa lolos ujian Matematika ku, agar Beasiswa ku tak di cabut oleh pihak sekolah!
Cheng Zheng datang dan menarik rambut ku. Aku pun pergi dari sana dan tas ku di tarik oleh Cheng Zheng.
"Apa yang kau lakukan?" tanyaku dan melepaskan tangannya dari tas ku
"Biar aku bantu pelajaran Matematikanya!" sahutnya
"Untuk apa?" cetus ku.
"Karena nilai ku penuh! Kau hanya 98" ucapnya dengan senyuman mengejek.
"Jangan salah paham, aku cuma tak bisa terima orang bodoh duduk di depan ku". tambah Cheng Zheng.
"Itu masalah mu! bukan urusan ku tak ada hubungannya dengan ku". cetus ku
"Siapa yang terpengaruh dengan nilai mu yang jelek?.
Aku terdiam sejenak dan memikirkan apa yang di katakan guru ku tadi
(Sun Yi-jung, ayah mu sakit parah dan keluarga mu dalam kondisi sulit. Bagimu bisa sekolah di sini betapa sulitnya. Sara ku kau lebih baik memperhatikan nilai mu)
Nilai ku turun drastis semenjak ayah ku sakit parah, aku harus memperbaiki semua nilai ku. Agar Beasiswa ku tak di cabut oleh pihak sekolah dan aku menyetujui bantuan Cheng Zheng.
Aku pun kembali ke kelas dan hendak mengumpul buku soal ku. Cheng Zheng datang dan memberikan keras kecil pada ku, lalu berlalu begitu saja.
(Latihan pelajaran akan di mulai sepulang sekolah, di atas atap tunggulah aku di sana!)
Begitulah isi keras kecil itu.Sepulang sekolah aku pun pergi ke atap sekolah dan menunggunya di sana.
"Jadi kau mau juga ke sini?" Cheng Zheng duduk di samping ku.
Kami pun mulai belajar pada hari itu dan hari seterusnya.
Ini tak bisa di sangkal. Cheng Zheng punya cara efektif untuk menjawab soal pertanyaan, walau metodenya mudah dan kasar.
Ia selalu menyeman ku, dia tau aku sering kelelahan. Dan sering tidur di kelas ia pun sering membangunkan ku ketika ketiduran sewaktu jam pelajaran sekolah.
Perlahan kita mulai berkembang saling mengerti secara diam-diam. Sebenarnya ini membuka rahasia kecil.
"Sun Yi-jung 100" teriak guru Matematika ku dan memberikan sepucuk kertas nilai ku.
Sontak aku bahagia bisa mendapatkan nilai sempurna waktu itu, Cheng Zheng langsung menariknya dari tangan seketika itu dan berkata.
"Sukses" dengan wajah gembiranya melihat nilai ku yang naik.
Orang ini nampaknya mulai kurang menyebalkannya. Sepulang sekolah kami pun tak belajar saat itu kami menghabiskan sore di atas atap untuk bercerita dan bermain-main kecil.
"Hasil mu ada sedikit perbaikan akhir-akhir ini, senang ada yang membantu mu" ucap Mo Fu Ho.
"Ya seperti itulah" jawab ku
Mo Fu Ho pun berlari ke lapangan dan meninggalkan ku ia sedang melihat pria idamannya bermain baseball.
"Aku tak tahu kau suka nonton baseball?" tanya ku berdiri di sampingnya.
Dia pun berbisik di telinga ku.
"Sebenarnya aku menonton Zou Ziy, jadi kau tak memperhatikan Cheng Zheng?"Aku pun tertawa mendengar perkataannya.
"Sun Yi-jung, Guru Yang mencari mu!"
Aku dan Mo Fu Ho bergegas berlari menuju ruangan guru, Cheng Zheng pun melihat ku dan Mo Fu Ho saat itu.
Cheng Zheng pun mendatangi Mo Fu Ho dan bertanya.
"Mo Fu Ho, di mana Sun Yi-jung?"
"Ada sesuatu yang terjadi pada keluarga. Sun Yi-jung, dia harus pulang".
Cheng Zheng pun terdiam dan khawatir pada ku saat itu, aku pun hampir satu Minggu tak masuk ke sekolah.
Hari demi hari di lewati Cheng Zheng, tanpa kehadiran ku di sekolah ia selalu meratapi bangku yang kosong di depannya.
Keesokan harinya Mo Fu Ho duduk di bangku ku.
"Kenapa kau duduk di sini?" tanya Cheng Zheng.
"Sun Yi-jung meminta ku agar bertukar tempat duduk" sahut Mo Fu Ho sambil mengeluarkan buku-bukunya.
"Dia kan belum kembali?"tanyanya lagi dengan penasaran.
"Dia sudah kembali"
"Hentikan ocehan mu" Cheng Zheng berteriak pada Mo Fu Ho dan semua Siwa melihat mereka.
Mo Fu Ho melihat ke arahnya dengan tatapan sinis "Dia sudah kembali", sahut Mo Fu Ho dengan tenang.
Cheng Zheng pun berlari seketika itu mencari ku ke mana-mana sambil berteriak-teriak. Salah satu memberi tahukan bahwa aku berada di WC saat itu.
"Sun Yi-jung, aku tau kau ada di dalam keluar lah aku mohon, Sun Yi-jung buka pintunya atau aku akan dobrak. Jika kau tak buka, bukalah!" suara Cheng Zheng berteriak di depan pintu WC saat itu.
Aku pun membuka pintu WC tersebut
"Kenapa kau tiba-tiba pindah tempat duduk, apa kau ingin menjauhi ku. Apa aku punya masalah dengan mu, apa kau tau betapa bingungnya aku ketika kau tak sekolah. Kembalilah?" Cheng Zheng langsung memberikan ku banyak pertanyaan.
"Aku tak akan pergi" ucap ku.
"Setidaknya jawablah pertanyaan ku!" gumamnya.
Aku pun terdiam dan membuka pintu WC yang tadinya sedikit seorang aku buka dengan lebar, ia kaget ketika melihat di bahu tangan kanan ku ada kain berwarna Hitam.
Cheng Zheng kaget dengan keadaan aku, dia tau alasan ku mengapa tak bersekolah beberapa hari ini. Ayah ku telah meninggal dia pun terdiam seketika itu.Sepulang sekolah aku berlarian di lapangan Cheng Zheng, mengikuti berlari dari belakang, aku menangis sejadinya saat itu.Aku merasa kehilangan harapan ku, aku berjuang untuk sekolah favorit hanya untuk ayah ku saja namun ia telah tiada sekarang.Setelah itu aku fokus belajar untuk ujian. Cheng Zheng sebenarnya telah menepati janjinya dan tidak mencari ku lagi. Sebelum aku menyadari ujian masuk perguruan tinggi telah tiba.Dan pergi dengan tiba-tiba, inilah tahun yang kami khawatir kan, dan tetap menatap masa depan. Inilah tahun yang kita cintai dan kita benci tahun ke-3 SMA, seperti harus menemukan jalan di hari-hari musim panas sampai akhir.Malam ini kami mengadakan pesta kelulusan di sebuah cafe, semuanya berdansa dengan bahagia.Cheng Zheng, menatap ku dari kejauhan"Kau sedang me
Aku pun melepaskan ciuman Cheng Zheng, dan pergi ke dalam mobil saat itu. Cheng Zheng terdiam melihat ku.Shen Juan, melihat ku dan Cheng Zheng, sedang berciuman tadi, sontak wajahnya berubah menjadi merah menandakan ia sedang marah.Zang You, yang melihat kami tadi langsung mengalihkan pandangan Shen Juan, dan memberikannya sebotol minuman dingin.Kami pun pulang dan mampir di sebuah warung makan, di sana Cheng Zheng meminum minuman keras."Minumlah! Sun Yi-jung" tawarnya pada ku."Aku tak bisa minum" aku menggunakan nada pelan agar ia tak marah pada ku."Ini anggur pertama yang ku tawarkan padamu...!" cetusnya padaku."Biar aku yang minum, ia tak bisa minum!" potong Shen Juan yang hendak menggantikan ku untuk meminum anggur itu."Ini antara aku dan dia, kau tak boleh minum untuknya" cetus Cheng Zheng.Aku pun mengambil gelas yang terisi penuh anggur itu dan meminumnya."Sun Yi-jung! hentikan itu!" seru Sen Juan da
Kelulusan sudah dekat semua, berlarian mencari pemberhentian selanjutnya. Di kehidupan mereka dalam rangka ku untuk bertemu Cheng Zheng.Aku telah mengirim lamaran pekerjaan ku ke Beijing seperti orang gila. Bagaimanapun keinginan ku yang terdalam telah mengering, dan tanpa respon sama sekali."Tentang lamaran kerja mu di Beijing, bagaimana? apa ada kabar?" Mo Fu Ho, bertanya pada ku."Jika aku tahu? aku akan ikut mengikuti mu, mendaftar di Universitas kesehatan, lalu aku bisa tinggal di sekolah selama beberapa tahun." curhat ku pada sahabat SMA ku itu."Ayok, masukkan lamaran kalian ke sini!" teriak salah seorang di sana, dan banyak orang-orang yang memberikan lamarannya di sana."Tak apa! ada banyak lulusan, ada banyak juga yang kesulitan mencari pekerjaan. Benarkan?" Mo Fu Ho, menyemangati ku.Tak lama suara Heandphone, Mo Fu Ho, berbunyi sebuah pesan.[Aku ingin bertemu bertemu dengan mu] pesan dari Zou Ziy.Mo Fu Ho,
"Sudah tak usah bersedih, kalian masih bisa saling berhubungan dengan Ponsel kan? ayok ikut aku." Cheng Zheng, mencoba menyemangati ku, dan mengajiku pergi. "Ke mana." tanyaku. "Malam ini, adikku mengadakan pesta di rumahnya. Ia merayakan pesta ulang tahunnya. Jadi kita harus membeli kado dan pakaian untuk kita berdua malam ini." Cheng Zheng, pun mengajak ku pergi ke sebuah toko besar. Kami pun melihat-lihat sendal saat itu. "Bagaimana, apa kau suka?" tanyanya padaku sambil memasangkan sendal heels Ke kakiku dan ternyata pas sekali. Aku pun tersenyum melihat, betapa perhatiannya ia padaku. Setelah berbelanja, kami pun bersiap-siap menuju rumah adiknya Cheng Zheng. Ketika sampai, betapa mewah dan besarnya rumah itu, aku kagum melihat betapa kayanya keluarga Cheng Zheng, "Ini rumahnya Zhen You," tanyaku sambil melihat megahnya rumah ini. "Iya, ayok" Cheng Zheng menggandeng tanganku. "Cheng Zheng" ter
Pagi ini seperti biasanya, sebelum menuju tempat kerja. Aku mencontreng kalender dan tak terasa sudah 2 tahun, aku tak mendengar kabar Cheng Zheng. Waktu sungguh sesuatu yang menakutkan. Waktu bisa menyembuhkan apapun. Tak perlu itu baik, atau kenangan buruk. Waktu akan menghapus semua kenangan meninggalkan luka samar pada kira. Jangka waktu yang lama setelah perpisahan, sosok dua berada di mana-mana. Dia tampak berdiri di sudut setiap sudut jalan, setiap kali aku berbalik, secara samar ku melihat sosoknya yang ku kenal disana. Selama 2 tahun ini, telah berubah menjadi satu-satunya jalan yang menguntungkan aku dan dia. Selain dari itu aku harus terus mengurangi memikirkan dia. Apa ada orang spesial di hari mu? setelah dia pergi hidup harus terus di jalani, tanda-tanda keberadaannya, perlahan lenyap dalam hidup yang sunyi. Jarak dan masa muda yang indah itu, telah berubah menjadi kenangan yang memudarkan, layu secara perlahan. Setelah kepergian
Malam ini sepulang dari tempat berkerja, kami di ajak oleh Cheng Zheng, pergi ke bar untuk minum. Dan aku pun, pergi bersama-sama meraka untuk minum bersama. "Sun Yi-jung, pakailah riasan sepertinya kau akan menunjukan kepada semua orang bahwa kau selamanya sendirian." dengan telah mabuk parah, Jong Woon mengatakan perkataan yang melantur. "Kau, memang benar aku tak pernah berkencan selama 3 tahun terakhir ini, tapi aku sedikit populer akhir-akhir ini. Aku telah menerima pengakuan seperti orang gila" jawabku yang sudah setengah sadar. "Itu bagus, mulailah mendayung saat air sedang pasang. Kau harus bisa melupakan orang yang meninggalkan mu 3 tahun ini, kau pasti bisa jangan mengharapkan orang itu terus ia sudah tak perduli pada mu sekarang." sambung Song Hye. "Hei, apakah ini Song Hye, atau apa mengapa aku harus mendayung?" "Betul, mendayung bukanlah hanya ketika ombak datang saja. Jika kau tidak beruntung kau bisa hanyut, kau harus bi
Malam ini sepulang dari tempat berkerja, kami di ajak oleh Cheng Zheng, pergi ke bar untuk minum. Dan aku pun, pergi bersama-sama meraka untuk minum bersama. "Sun Yi-jung, pakailah riasan sepertinya kau akan menunjukan kepada semua orang bahwa kau selamanya sendirian." dengan telah mabuk parah, Jong Woon mengatakan perkataan yang melantur. "Kau, memang benar aku tak pernah berkencan selama 3 tahun terakhir ini, tapi aku sedikit populer akhir-akhir ini. Aku telah menerima pengakuan seperti orang gila" jawabku yang sudah setengah sadar. "Itu bagus, mulailah mendayung saat air sedang pasang. Kau harus bisa melupakan orang yang meninggalkan mu 3 tahun ini, kau pasti bisa jangan mengharapkan orang itu terus ia sudah tak perduli pada mu sekarang." sambung Song Hye. "Hei, apakah ini Song Hye, atau apa mengapa aku harus mendayung?" "Betul, mendayung bukanlah hanya ketika ombak datang saja. Jika kau tidak beruntung kau bisa hanyut, kau harus bi
Pagi ini seperti biasanya, sebelum menuju tempat kerja. Aku mencontreng kalender dan tak terasa sudah 2 tahun, aku tak mendengar kabar Cheng Zheng. Waktu sungguh sesuatu yang menakutkan. Waktu bisa menyembuhkan apapun. Tak perlu itu baik, atau kenangan buruk. Waktu akan menghapus semua kenangan meninggalkan luka samar pada kira. Jangka waktu yang lama setelah perpisahan, sosok dua berada di mana-mana. Dia tampak berdiri di sudut setiap sudut jalan, setiap kali aku berbalik, secara samar ku melihat sosoknya yang ku kenal disana. Selama 2 tahun ini, telah berubah menjadi satu-satunya jalan yang menguntungkan aku dan dia. Selain dari itu aku harus terus mengurangi memikirkan dia. Apa ada orang spesial di hari mu? setelah dia pergi hidup harus terus di jalani, tanda-tanda keberadaannya, perlahan lenyap dalam hidup yang sunyi. Jarak dan masa muda yang indah itu, telah berubah menjadi kenangan yang memudarkan, layu secara perlahan. Setelah kepergian
"Sudah tak usah bersedih, kalian masih bisa saling berhubungan dengan Ponsel kan? ayok ikut aku." Cheng Zheng, mencoba menyemangati ku, dan mengajiku pergi. "Ke mana." tanyaku. "Malam ini, adikku mengadakan pesta di rumahnya. Ia merayakan pesta ulang tahunnya. Jadi kita harus membeli kado dan pakaian untuk kita berdua malam ini." Cheng Zheng, pun mengajak ku pergi ke sebuah toko besar. Kami pun melihat-lihat sendal saat itu. "Bagaimana, apa kau suka?" tanyanya padaku sambil memasangkan sendal heels Ke kakiku dan ternyata pas sekali. Aku pun tersenyum melihat, betapa perhatiannya ia padaku. Setelah berbelanja, kami pun bersiap-siap menuju rumah adiknya Cheng Zheng. Ketika sampai, betapa mewah dan besarnya rumah itu, aku kagum melihat betapa kayanya keluarga Cheng Zheng, "Ini rumahnya Zhen You," tanyaku sambil melihat megahnya rumah ini. "Iya, ayok" Cheng Zheng menggandeng tanganku. "Cheng Zheng" ter
Kelulusan sudah dekat semua, berlarian mencari pemberhentian selanjutnya. Di kehidupan mereka dalam rangka ku untuk bertemu Cheng Zheng.Aku telah mengirim lamaran pekerjaan ku ke Beijing seperti orang gila. Bagaimanapun keinginan ku yang terdalam telah mengering, dan tanpa respon sama sekali."Tentang lamaran kerja mu di Beijing, bagaimana? apa ada kabar?" Mo Fu Ho, bertanya pada ku."Jika aku tahu? aku akan ikut mengikuti mu, mendaftar di Universitas kesehatan, lalu aku bisa tinggal di sekolah selama beberapa tahun." curhat ku pada sahabat SMA ku itu."Ayok, masukkan lamaran kalian ke sini!" teriak salah seorang di sana, dan banyak orang-orang yang memberikan lamarannya di sana."Tak apa! ada banyak lulusan, ada banyak juga yang kesulitan mencari pekerjaan. Benarkan?" Mo Fu Ho, menyemangati ku.Tak lama suara Heandphone, Mo Fu Ho, berbunyi sebuah pesan.[Aku ingin bertemu bertemu dengan mu] pesan dari Zou Ziy.Mo Fu Ho,
Aku pun melepaskan ciuman Cheng Zheng, dan pergi ke dalam mobil saat itu. Cheng Zheng terdiam melihat ku.Shen Juan, melihat ku dan Cheng Zheng, sedang berciuman tadi, sontak wajahnya berubah menjadi merah menandakan ia sedang marah.Zang You, yang melihat kami tadi langsung mengalihkan pandangan Shen Juan, dan memberikannya sebotol minuman dingin.Kami pun pulang dan mampir di sebuah warung makan, di sana Cheng Zheng meminum minuman keras."Minumlah! Sun Yi-jung" tawarnya pada ku."Aku tak bisa minum" aku menggunakan nada pelan agar ia tak marah pada ku."Ini anggur pertama yang ku tawarkan padamu...!" cetusnya padaku."Biar aku yang minum, ia tak bisa minum!" potong Shen Juan yang hendak menggantikan ku untuk meminum anggur itu."Ini antara aku dan dia, kau tak boleh minum untuknya" cetus Cheng Zheng.Aku pun mengambil gelas yang terisi penuh anggur itu dan meminumnya."Sun Yi-jung! hentikan itu!" seru Sen Juan da
Cheng Zheng kaget dengan keadaan aku, dia tau alasan ku mengapa tak bersekolah beberapa hari ini. Ayah ku telah meninggal dia pun terdiam seketika itu.Sepulang sekolah aku berlarian di lapangan Cheng Zheng, mengikuti berlari dari belakang, aku menangis sejadinya saat itu.Aku merasa kehilangan harapan ku, aku berjuang untuk sekolah favorit hanya untuk ayah ku saja namun ia telah tiada sekarang.Setelah itu aku fokus belajar untuk ujian. Cheng Zheng sebenarnya telah menepati janjinya dan tidak mencari ku lagi. Sebelum aku menyadari ujian masuk perguruan tinggi telah tiba.Dan pergi dengan tiba-tiba, inilah tahun yang kami khawatir kan, dan tetap menatap masa depan. Inilah tahun yang kita cintai dan kita benci tahun ke-3 SMA, seperti harus menemukan jalan di hari-hari musim panas sampai akhir.Malam ini kami mengadakan pesta kelulusan di sebuah cafe, semuanya berdansa dengan bahagia.Cheng Zheng, menatap ku dari kejauhan"Kau sedang me
Nama ku Sun Yi-jung, setidaknya itulah yang tertulis di akta kelahiranku.Tahun ini ayah ku sakit parah. Kondisi keuangan keluarga kami menurun sangat drastis, seperti orang tua pada umumnya menginginkan masa depan anaknya punya masa depan yang menjanjikan.Agar aku bisa masuk ke Universitas terbaik di kota ku, mereka telah mengusahakan koneksinya serta tabungannya untuk memindahkan ku dari daerah pinggiran ke sekolah SMA favorit di kota.SELAMAT KEMBALI KE SOKOLAH, itu lah tulisan yang tertera di depan pagar sekolah baru ku, aku pun berjalan masuk ke sana.Ketika aku sedang berjalan, seketika itu motor lewat dan menginjak genangan air yang mengenaiku saat itu. Baju ku basah kuyup seketika.Aku pun mendatangi orang yang memakai motor tadi dan ternyata dia Cheng Zheng, orang kaya generasi ke-2 anak dari pejabat terkemuka adalah pangeran semua gadis sekolah, setiap bagian dirinya mempertunjukkan nilai keunggulan!"Apa masalah mu?" tanya Cheng